Empat Belas

87 14 0
                                        

Chris terduduk di atas batu karang. Membiarkan rambutnya disibak oleh semilir angin berbau asin. Sesekali matanya terasa perih. Namun dia tidak menghiraukan hal itu dan langsung memejamkan keduanya. Berusaha menikmati berbagai suara merdu yang ada di sekitar.

"Em..." sebuah suara membuat si pemuda bermata biru harus menyudahi ritual rutinnya. Dia bergegas membalikkan badan untuk melihat siapa yang baru saja datang. "Maaf mengganggumu," ujar Thalita.

"Oh, maaf. Apa semua sudah berkumpul?"

"Iya. Mereka berkata akan mempercepat rapat hari ini."

"Wah maaf membuatmu repot-repot menyusul ke sini."

Thalita menggeleng sembari tersenyum.

"Oiya, bisa berikan aku waktu sebentar lagi? Aku akan segera menyusul."

"Baiklah."

Setelah Thalita pergi beberapa langkah, Chris bangkit dari duduknya. Dia memandangi sebuah botol kaca yang berisikan gulungan kertas. Beberapa saat setelahnya, dilemparkanlah benda tersebut jauh ke dalam laut. Membiarkannya hanyut terbawa oleh ombak.

"Tolong sampaikan surat itu padanya," ucapnya pelan sebelum akhirnya mulai berjalan menjauhi pantai.

Botol kaca masih terus terombang-ambing, disapu oleh gelombang yang mengalun lembut. Seakan dia tengah menari di bawah terik sinar mentari yang memantul dengan indah di atas lautan. Dia terus melaju dan melaju hingga bermuara di sebuah tempat dengan pasir putih yang cantik. Terdiam menanti kehadiran seorang gadis yang baru saja datang menghampiri. Langsung saja dikeluarkannya gulungan dari dalam botol kaca untuk membaca isinya.

Crystal [Sequel of Aster Trilogy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang