Nol

304 52 18
                                    

Ombak berdebur dengan ganas. Mengikis batu karang yang selalu tampak kokoh. Angin berhembus, membawa bau asin semerbak ke seluruh penjuru daratan. Matahari bersinar dengan terik. Memberikan semangat yang justru membuat semua orang lebih memilih untuk bermalas-malasan.

Di saat yang sama, seorang lelaki muda tengah mengerjakan sesuatu di dalam ruangan sepi yang sangat berantakan. Rasanya baru saja ada angin topan yang datang berkunjung ke dalam kamarnya. "Ayolah, pasti bisa!" ucapnya pelan namun penuh kekesalan. Jemarinya bergerak lincah di atas keyboard laptop. Bulir keringat memenuhi dahinya yang mengerut. Bahkan tangannya terlalu sibuk hanya untuk sekedar menyeka bulir keringat yang berjatuhan.

"Sial!" teriak lelaki itu sembari menggebrak meja. Seharian ini dia sudah menghabiskan waktunya di tempat yang sama. Tidak beranjak kemana pun demi mencari sesuatu yang tak kunjung dia dapatkan. Rasa lapar dan haus pun sama sekali tak dihiraukan. Dia menundukkan kepala, berusaha meredam emosi yang semakin menjadi-jadi. "Kenapa bisa sesulit ini..."

Telapak tangan yang semula berada di atas meja, dikepal sekuat tenaga. Otot-otot wajah lelaki berambut cokelat itu semakin bermunculan. Menandakan bahwa rasa kesalnya sudah tidak mungkin lagi dipendam. Sebuah gelas yang berada paling dekat menjadi korban pertamanya. Dia lempar hingga hancur berkeping-keping karena menabrak dinding.

Lelaki tersebut kembali menelaah seisi ruangan. Dia meraih sebuah kursi, mengangkatnya tinggi sebelum akhirnya kembali melempar benda tersebut sekuat tenaga. Dia berteriak, menangis. Kepalantangannya meninju tembok yang justru menggoreskan luka pada jemarinya. Namun dia tidak bisa berhenti menyakiti dirinya sendiri.

"Akan kubunuh dia! Akan kubalaskan dendamu, Yah!"

Crystal [Sequel of Aster Trilogy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang