Happy Reading.
-
Suasana mencekam terlihat dalam salah satu ruangan kerja mewah seorang laki-laki matang. Dimejanya penuh dengan berbagai foto seseorang. Mata tajamnya terlihat mengamati foto-foto itu dan mengalihkan pandangannya kearah jendela yang tertutup rapat. Cahaya diruangan ini hanya remang-remang, hanya disinari matahari yang siap tenggelam di ufuk barat.
"Menarik!" Sudut bibir atasnya tertarik membentuk senyum seringai yang terlihat datar tapi sangat mengerikan.
"Sajangnim" laki-laki bermata tajam itu mengalihkan pandangannya pada pintu ruangan yang baru saja terbuka.
"Katakan!" Pria paruh baya itu meneguk salivanya kasar dan menatap mata sang tuan dengan Takut, sudah hampir 28 tahun hidup bersama sang Tuan tidak membuat ketakutan itu hilang. Padahal dulu tuan yang ada didepannya ini hanya anak kecil yang menjelma menjadi laki-laki dewasa yang mengerikan.
"Saya mendapatkan apa yang tuan inginkan. Ini datanya?" Pria itu tersenyum tipis dan mengulurkan tangannya, dan pria paruh baya itu langsung mendekat dan memberikan berkas yang dirinya bawa.
"Dan ya Tuan Muda, Nona Park menunggu anda untuk makan malam!" Laki-laki itu, Park Jimin hanya mengangguk pelan dan membuka berkas yang diberikan olehnya.
"Aku akan datang!" Cetusnya dingin dan mulai membaca rentetan kata yang tertera di kertas berukuran A4 tersebut. Mata tajamnya terlihat meneliti semua kata-kata yang tertulis disana.
Senyumnya terlihat terbit saat membacanya. "Aliya Kim! Menarik!"
Kim Jung Hyun yang mendengar Tuan Mudanya menyebut nama gadis itu hanya meneguk salivanya kasar. Sudah dipastikan jika gadis yang disebut namanya tadi akan mendapatkan masalah dari tuannya. Itu bukan rahasia umum.
"Semoga kau baik-baik nona!" Kim Jung Hyun hanya berdoa agar nasib gadis itu tidak berakhir mengerikan saat berhadapan dengan Jimin. Yah semoga saja, walaupun Kim Jung Hyun tidak yakin.
"Pergilah Paman. Aku akan menyelesaikan ini sendiri!" Kim Jung Hyun Mengangguk pelan dan membungkuk hormat pada Jimin.
"Jadi ini gadis itu!"
-
"Oppa tidak perlu!" Gadis berperawakan tinggi itu menolak bantuan dari seorang laki-laki yang terus berada disampingnya. Demi Tuhan Aliya tidak butuh, ia bisa membawa barang belanjaannya sendiri.
"Itu berat" Aliya memijat keningnya pusing mendengar ucapan Han Eun Woo.
"Aku tidak akan pingsan hanya membawa ini. Ini tidak berat sungguh. Aku bisa, dan lebih baik Oppa pulang. Kasihan Jina Eonni. Dia pasti sudah menunggu Oppa!" Eun Woo menghela nafas dan akhirnya mengangguk. Mengusap rambut Aliya lembut.
"Hati-hati, jika sampai rumah hubungi aku" Aliya Mengangguk tanpa ragu dan menyuruh Eun Woo untuk cepat pergi.
"Hais dasar tidak sopan!" Aliya tersenyum dan melambaikan tangannya pada Eun Woo.
"Hati-hati Oppa! Bye!" Setelah Eun Woo Pergi Aliya terlihat tersenyum manis.
-
Aliya menjatuhkan barang belanjaannya saat melihat rumahnya hancur, jangan lupakan jika adik dan ibunya bersimpuh menangis dilantai.
"Eomma!" Aliya berlari menghampiri ibunya. Berlutut didepan ibunya dan menatap ibunya iba.
"Eomma wae?" Aliya bertanya dengan suara lirih dan jangan lupa intonasinya yang bergetar hebat.
"Aliya" tubuh Aliya tertarik kasar oleh ibunya. Dirinya dipeluk sangat erat, dan jangan lupakan jika ibunya terus saja menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret 21+ ✅
FanfictionKebenaran itu terungkap dengan berjalannya waktu. Dan rasa itu tumbuh diantara kebencian. Kebencian dan dendam. "Lakukan apapun padaku? Aku tidak akan mengeluh atau menolak!" + Sad Story'.