Real Life For We

11.2K 629 13
                                    

Happy Reading.

*

Dengan balutan baju pengantin Jina terlihat mengamati pantulan dirinya di cermin. Bibirnya tersemat senyum manis yang tidak pernah luntur dari bibirnya. Sedikit memutar tubuhnya dan meneliti penampilannya.

Kembali tersenyum tipis dan duduk di sofa. Memperhatikan ruangnya dan meraih karangan bunga yang ada disampingnya.

Pintu ruangan Jina terbuka dan menampilkan Han Kang Joo yang tersenyum manis padanya.  Jina bangkit dari duduknya dan tersenyum saat Han Kang Joo berjalan mendekat. "Setidaknya aku akan memberikan sedikit kebahagian karena menjadi walimu" Jina mengangguk pelan dan menerima uluran tangan Han Kang Joo.

"Terima kasih Abojie" Han Kang Joo tersenyum dan mengangguk.

"Ayo nak. Semuanya sudah menunggu" keduanya berjalan meninggalkan ruangannya Jina. Hari ini hari pernikahan Jina. Hari pernikahannya yang kedua.

Menyusuri koridor hotel untuk menuju ballroom hotel dimana acaranya diselenggarakan. Keduanya berjalan beriringan dengan apik, dan saat pintu Ballroom terbuka keduanya jadi bahan tontonan. Semua pasang tamu menatap mereka.

Mereka berjalan perlahan, semuanya masih menatap kagum pada Jina hingga seorang bocah laki-laki berusia 4 Tahun melompat dari pangkuan Sang Ayah dan berlari kearah mereka yang berjalan.

"Joon-a" terlambat, bocah itu mengagetkan semua orang dengan tindakannya. Berlari penuh kearah Jina dan Han Kang Joo.  Tapi ada juga yang terkekehan geli dari para tamu. Bocah nakal.

"Bibi?" Jina menatap shock bocah itu yang menghadangnya.

"Sayang jangan halangi Bibimu. Ayo kembali ke ayah" ujar Han Kang Joo lembut pada anak kecil Itu.

"Kakek Diam.  Aku ingin bertanya pada Bibi dulu" Ballroom penuh suara tawa saat mendengar suara anak itu yang kesal. Seenaknya sendiri, persis seperti laki-laki yang sudah duduk lemas dikursinya.

Jina yang melihat itu hanya terkekeh, melepaskan tangan dari Han Kang Joo dan menunduk menyamai tingginya dengan anak itu. "Apa sayang?" Tanya Jina yang mengusap wajah yang sangat mirip dengan adiknya.

"Bibi kan akan menikah. Bibi akan bahagikan? Ibu bilang jika setelah menikah Bibi bahagia. Dan kata Ayah Bibi akan memberikan Teman untuk Joon jika sudah bahagia.  Benarkan?" Tawa kencang mendominasi Ballroom saat celotehan riang anak itu terdengar. Sungguh polos sekali.

Jina hanya tersenyum dan mengangguk, keponakannya sungguh luar biasa. Selalu punya tingkah untuk mengalihkan semua pandangan padanya. Bocah Itu tersenyum dan berbalik. Setelah mengantongi jawaban dari pertanyaanya dia menatap angkuh pada laki-laki yang duduk di dekat altar.

"Bibi bilang iya untuk memberikan Joon teman jadi Joon tidak perlu minta teman lagi dari ayah. Wleek Ayah dengarkan?" Dan pandangan mengarah pada laki-laki yang masih saja menunduk.

"Dan itu artinya anak ibu harus duduk kembali di tempatnya. Acara bibi harus dilanjutkan" pandangan mereka jatuh pada wanita cantik yang mengenakan gaun putih, berdiri tidak jauh dari ketiganya.

"Ibu" Joon berlari kearah ibunya.

"Ibu ikut" mendengar nada manja dari putranya, perempuan itu tersenyum dan membawa tubuh putranya untuk masuk kegendonganya.

"Maaf untuk kekacauan yang ditimbulkan anakku Eonni"

"Dia keponakanku Aliya"

Aliya tersenyum dan berjalan keempatnya, yah tempat semula sebelum Joon melompat dari pangkuan ayahnya tadi. Siapa lagi jika bukan Park Jimin yang masih saja menunduk.

My Regret 21+ ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang