Real Story

10.6K 731 21
                                    

Happy Reading.

+

Jimin benci kebisuan Aliya. Kediaman Aliya yang hanya menjawab pertanyaannya dengan singkat. Berbicara seperlunya dan tidak mengatakan apapun. 3 hari, 3 hari Jimin sudah melakukan hal memuakkan seperti ini. Didiamkan Aliya! Jimin mencoba bertanya dan hasilnya luar biasa memalukan. Jawaban Aliya singkat tapi sangat menohok hatinya.

"Kenapa diam?"

"Karena aku Pelayan dan aku punya batasan untuk seorang Tuan!"

Aliya juga tidak pernah masuk kedalam kamarnya saat dirinya ada. Hanya menyiapkan keperluannya seperti biasa dan tanpa melakukan apapun lagi. Aliya benar-benar jadi pelayan sekarang.

Pagi ini juga terjadi lagi. Jimin makan sendiri seperti orang bodoh. Meja makan penuh dengan makanan dan hanya Jimin yang duduk. Alan memilih pulang ke rumahnya dan meninggalkan mereka. Aliya? Sibuk dengan kebisuannya. Menyesakkan.

Sebenarnya Jimin bisa saja minta maaf. Hanya saja terlalu gengsi. Tapi jika dirinya tidak minta maaf, akan gila sendiri. Aliya benar-benar memutuskan komunikasi antara mereka.

Jina! Jimin butuh kakaknya. Jimin butuh saran dari kakaknya. Ini yang benar!

+

Jimin meletakkan kepalanya dipaha Jina. Mengadukan semua kegundahan hatinya pada Jina. Hanya seperti ini yang bisa Jimin lakukan. Jimin memang kejam bagi musuhnya hanya saja Jimin akan jadi kucing jika bersama Jina. Ini mutlak!

"Alan mengancam akan membawa Aliya pergi dariku Noona. Apa aku bisa terima itu? Apa aku akan jadi Jimin yang dulu? Noona aku takut. Aku takut jika akan kembali seperti 14 tahun lalu. Dimana aku jadi idiot saat Eomma pergi. Noona apa aku akan kembali seperti itu jika Aliya pergi dariku. Noona aku takut jika Aliya pergi seperti Eomma. Noona~~~"

"Dia bukan Ibu yang Baik Jim!" Bibir Jimin terkatup mendengar ucapan yang ia yakini dari Jina. Jimin mendongak dan memperhatikan Jina dengan mata kosong. Memperhatikan Jina dengan terkejut.

"Noona?" Jina menggeleng dan mengusap kepala Jimin. Air matanya sudah mengalir dari tadi.

"Dia Ibu yang buruk!" Jimin menangis. 14 tahun dirinya ingin mendengar suara Jina. 14 tahun dan ini terwujud sekarang.

"Noona!"

"Kita anak haram dari Ibu. Park Ji-Sung bukan ayah kita!" Dan Jimin seperti kejatuhan batu besar dikepalanya saat Jina mengatakan itu. Anak haram? Dirinya?

"Kumohon jangan benci aku saat kau tau kebenaran ini. Dan berterima kasihlah pada Aliya. Dia yang membuat aku berani bicara kembali. Eomma~~~"

+

"Hentikan sandiwara ini Park Hae Sun. Sampai kapan kau akan mengakukan Jimin dan Jina sebagai anak Park Ji-Sung. Mereka anakku!" Teriak Park Jae Hwan emosi.

"Lalu dengan mengatakan jika mereka anakmu aku akan dapat apa? Aku akan jatuh miskin karena ayah akan mencoret namaku dari kartu keluarga. Aku hamil anak seorang pelayan!" Park Jae Hwan emosi mendengar suara Hae Sun. Dirinya memang pelayan tapi bukan berarti harga dirinya direndahkan begitu saja.

"Jika kau memang hanya peduli pada harya itu maka matilah dengan harta itu!" Desis Park Jae Hwan dan langsung berbalik meninggalkan Hae Sun.

"Laki-laki bodoh!"

+

"Jadi kau ayah anak-anak Hae Sun?" Tubuh Park Jae Hwan bergetar mendengar suara Park Ji-Sung.

My Regret 21+ ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang