empat

200 47 3
                                    

Bantah dan Bantah terus, Bantahlah sampai kau puas dan nikmati rasa sakitnya, jika kau bantah takdir alam kau akan terluka


"Gi?"

Laki-laki itu menatap terkejut Regina yang berada di depannya dan menatapnya tajam, nafasnya tercekat memandang orang yang di rindukannya berdiri di hadapannya.

"Jangan menyentuh atau menemui putriku lagi!"

Ucapan tajam penuh amarah meluncur dengan sengitnya dari Regina dan membuat Chakra tersentak dari lamunannya, mimpi berpelukan penuh rindu hancur sudah, dimana kelembutan istrinya dulu, mengapa sangat berbeda sekarang.

"Bunda..." Anin menatap Regina masih dengan mata sembabnya.

"Ayo! kita pergi sayang."
"Tunggu sebentar Gi.. Kumohon," Chakra memelas berusaha membuat Regina luluh.

Regina menatap tajam Laki-laki itu.nafasnya kini memburu, seolah menambah pekat aura ketidaksukaan yang menguar dari Regina, oh ini benar-benar Regina yang berbeda, Chakra bahkan tak mengenali istrinya lagi, anggun menjadi beku, kelembutan kian mengeras, sangat berbanding terbalik
Sikap yang belum pernah dia lihat dari Regina kini sangat tampak dengan jelas, ini benar-benar menamparnya, sisi gelap dari Regina menamparnya pada kenyataan dan penyesalan dari sikapnya di masa lalu, dimana dia melupakan sejenak istrinya yang sedang mengandung demi meniti karir, hingga sampai puncak gemilang Chakra melupakannya, lupa akan kasih sayang yang sedang menantinya.

Hingga dimana hubungannya dengan model cantik Bandung waktu itu membuatnya semakin jauh dari ingatan sang istri, sampai kandasnya hubungan itupun dia masih lupa, entah bagaimana bisa sebuah keluarga kecil yang miskin saling berpelukan di tepi jalan langsung menyadarkannya jika kenangan-kenangan kebahagiaan menantinya, di situlah baru dia sadar ada cinta yang menunggu, ada kebahagiaaan yang menunggu, ada janji yang harus di tepati ada takdir yang menuliskannya untuk pulang.

Dan saat ini penyesalan datang dan menghajarnya, istrinya yang selalu mencintainya kini terlihat membencinya bahkan enggan untuk menatap lembut dirinya, bahkan enggan untuk menyentuhnya, dan kini istrinya juga menjauhkannya dari sang putri? Ini benar benar tamparan yang bertubi tubi sungguh menyakitkan.

"Jangan temui putriku lagi Tuan Aditama!" sarkas Regina, menatap tajam Chakra.

Regina menggapai tangan mungil Anin untuk pergi dari tempat itu.. Anin menoleh ke belakang menatap wajah sayu Laki-laki itu.

"Maaf Gi kau boleh membenciku tapi jangan jauhkan aku dengan putriku!"

Deg~

"Bunda apa dia Ayah?"

Anin menghentikan langkahnya dan menghempaskan tangan Regina, Regina yang terdiam membeku hanya menatap kosong ke depan.

"Iya sayang, ini Ayah" Chakra tersenyum di sela tangisannya.

"Ayah!" teriak Anin sembari berlari kearah Chakra dan memeluk erat putrinya.

"Jangan sentuh putriku!"

Regina menghampiri Chakra dan Anin yang sedang berpelukan erat melepas rindu, biar saja dia jadi ibu yang jahat toh Chakra juga menjadi ayah yang bejat jadi bisa impaskan?

"Gi!" Chakra yang baru beberapa detik memeluk putrinya harus rela terlepas secara paksa. Menatap wajah cantik yang dulu hanya memancarkan kelembutan, kini berganti dengan raut beringas yang sangat kentara. Chakra sampai terperangah melihat ekspresi itu. Istrinya yang manis dan lembut kini berubah sangat mengerikan. Semarah itu kah Regina?

"Kenapa kamu kembali? Apa kamu tak punya malu datang lagi?"

"Regina! Aku masih suamimu!"

"Suamiku sedang bekerja jauh untuk memenuhi kebutuhan anakku kelak, suamiku tak pernah menghubungiku dari aku mengandung Anin, suamiku bahkan tak ada saat aku berada di hidup dan mati saat berjuang demi darah dagingnya. Mungkin sekarang suamiku sudah mati!"

Teriakan Regina membuat Chakra bungkam. Dia seketika tercekik dengan kata-kata istrinya, Chakra menatap sayu wajah tanpa ekspresi itu. Tak Ada airmata yang jatuh. Dan Chakra yakin jika itu belum semua rasa sakit yang istrinya rasakan. Belum semua....

Kayu yang kuat pun akan hangus jika terbakar dengan api, hati yang lebut pun akan berubah membara jika tersulut amarah akibat luka yang tidak hanya beberapa senti dalamnya.

"Kita pulang Anin!"

Regina menarik kasar lengan kecil Anin dan menggaApangnya untuk meninggalkan Chakra yang masih mencoba menggapai mereka.

"Tapi Bunda... Ayah.."

"Bunda bilang pulang Anin!"

Untuk pertama kalinya Regina membentak anaknya, dan itu cukup membuat Anin takut dan menuruti perintah Regina.

"Dan kau!"

Regina menunjuk pada wajah Chakra yang masih belum menggering dengan air mata yang sangat terlihat membekas. Sungguh menyedihkan hamya satu sifat tapi bisa membuat perpecahan yang luar biasa, sifat egois yang membuat dua orang tak mengerti jika sikap mereka sekarang sedang membentuk sesuatu yang bisa menghancurkan karakter anak kecil di antara mereka.

"Jangan temui putriku lagi dan jangan ganggu kehidupan kami lagi!.. Pergilah!"
Berbalik dan menumpahkan semua yang dari tadi dia tahan., air asin yang kini mengalir untuk pertama kalinya sejak dia melahirkan Anin.

Langkah gontainya mengikuti jejak kecil Anin yang kini menunggunya di dekat sepedanya, Chakra menatap nanar punggung rapuh di depannya, jeritan hatinya mengatakan untuk mengejar tapi apadaya kakinya kaku seolah matirasa, hanya tumpahan airmata yang tersisa di temani langit lembayung yang menyimpan banyak kenangan.

"Maaf sayang!"
.
.
.

TBC

Princess in the Rain√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang