Satu chapter lagii.......Lagi lagi manusia adalah budak dari hawa nafsu, sangat berat memang memulai dari awal tapi apa langkah kita akan terus berada di sini ?
Semu, meningalkan, tak ada yang lebih menyakitkan dari terbuang. Lalu salahkah Regina jika membalas Chakra dengan tak mempertemukan dengan sang putri? salahkan Regina jika sampai sekarang sakit itu masih bersarang dengan apiknya? Regina sangat tersiksa jika kalian menyalahkan Regina karena ke-egoisan Regina, apa Regina pantas di salahkan sepenuhnya di kasus anya berawal dari penghianatan.,terlupakannya janji sampai ke tahap yang sangat menyesakkan.
Bagaimana dengan Chakra apa dia juga bisa di salahkan karena semua berawal darinya. Meninggalkan, melupakan janji, serta menghianati, dan kini dengan gampangnya Chakra kembali dan ingin mengulang semuanya setelah bertahun tahun? manusia memang egois,dan tak pernah puas.
“Jadi bagaimana keputusan kalian ? terutama kamu Regina. Kau tau keadaan Anin sangat lemah sekarang.”
Bima, dia menatap dua orang yang duduk berjauhan dengan tatapan datar, Regina yang masih memandang lurus kearahnya sedangkan Chakra masih menunduk lesu, Anin mengalami tekanan berat hingga membuatnya stress di tingkat tinggi dan itu benar benar bisa membahayakan kejiwaannya.
“Aku ingin tetap merawat Anin sendirian!”
Pernyataan Regina yang datar penuh penuh penekanan membuat Chakra dan Bima menahan nafas, sekeras itukah Regina.“Dengar Regina yang di butuhkan Anin saat ini hanya Chakra.”
“Aku ibunya, aku berhak melarangnya!”
“Bagaimana bisa kamu seegois ini? kau tak menyayangi putrimu lagi? apa perlu aku mengambil Anin darimu?” ujar Bima dengan kesalnya.
“Tidak!”
Teriakan demi teriakan dari Bima yang sudah lepas kedali serta Regina yang frustasi menghiasi ruangan kedap suara samping kamar rawat Anin, Chakra hanya terus tertunduk, dan Rere kini mulai menangis, berat memang rasanya merasakan nafas yang sesak di keadaan serumit ini
“Jangan mempersulit Regina!”
“Bagaimana bisa mempersulit jika yang ku inginkan hanya hidup bahagia bersama putriku.”
“Dia menginginkan sosok ayah Regina!” Bima terus mengulang pendapatnya. Dan entah mengapa Regina semakin menolak keras. Regina geram? Dia lebih geram, tubuh semungil Anin harusnya bisa menikmati masa kecil yang bahagia, menggali bakat dan kesenangannya. Tapi, tubuh sekecil itu harus melihat pertengkaran orang tua, yang mana akan menjadikan mentalnya semakin tersiksa
.
“Tutup mulutmu jika maksudmu ingin merebut hak asuh Anin!”Chakra kembali mendapat skak mati dari Regina dengan nada sarkastis yang bercampur emosi, terlihat sekali emosi yang di keluarkan Regina, jauh dari ekspestasi Bima yang sedari tadi sangat di buat kesal oleh Regina.
“Dengar Regina selesaikan urusan kalian, hingga mencapai titik di mana tak ada korban dari segi manapun, tak ada yang tersakiti dari sisi manapun, sementara ini biarkan Anin dengan kami, aku harap kalian cepat mendapat jawaban dari sikap kekanakan kalian!"
“Hentikan Bima, jangan ambil Anin dariku, ku mohon, Bima!”
Teriakan teriakan Regina di acuhkan begitu saja oleh Bima yang menarik tangan istrinya manjauh, sedangkan Regina hendak mengejarnya.
“Kau fikir bisa mematahkan keinginan Bima, dia sama kerasnya sepertimu jika kau lupa”Perkataan Chakra menghentikan langkah Regina yang baru dua langkah,Regina menggeram lirih, tangannya mengepal keras, tak ada niatan untuk berbalik menghadap Chakra yang masih terduduk di sofa ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess in the Rain√
Romancekerindukan di kecil. keegoisan orang tua.. semuanya hanya Ada di dalam emosi yang mematikan ego tinggi. "ayah seperti apa bunda?" "Hanya ada Bunda, jangan pikirkan yang lain." "Apa kau harus seegois ini, Gi!" "kau tak pernah mengerti Bim."