Sakit rasanya membuka luka masa lalu tapi bagaimana jika demi orang yang berharga luka itu kembali terkuak ? tapi rasa egois mendominasi mana jalan yang kau ambil ? menyerah atau pergi ?
Semua orang tua pasti bahagia melihat anaknya bahagia, walaupun tawa anaknya yang mereka dapatkan, nyatanya banyak orang tua yang rela melakukan apapun demi tawa anak mereka, sederhana bukan? Sederhana tapi penuh makna
Chakra meraba jantungnya terasa hangat namun menyejukkan kala melihat puterinya tertawa lepas kala menaiki wahana air di sebuah karnaval, raut bahagia sang puteri membawa kebahagiaan tersendiri baginya.
"Ayah ayo lepas maskernya kau terlihat jelek." Chakra tersentak kala melihat puterinya berada di depamya dengan ekspresi kesal.
"Kau ingin kita jadi buron orang-orang di sini?"
"Buron itu apa?"
Anin memiringkan kepalanya ke kanan dan menatap Chakra bingung, ah jangan lupa mata bulatnya yang berkedip lucu serta bibir mungilnya terbuka ah Chakra sangat gemas dengan putrinya.
"Aigoo sayang kau ini membuat Ayah gemas, dengar kalau Ayah membuka masker ini, wajah Ayah di lihat oleh gadis gadis di sini, bisa gawat nanti, gadis gadis di sini melihat wajah tampan Ayah dan jatuh cinta-"
"Tidakkkkk!”
Sebelum Chakra meneruskan kalimatnya Anin sudah memotongnya dengan teriakan protes.
"Kenapa kau berteriak sayang?"
"Ayah!"
"Iya?"
"Tetap pakai maskermu!"
"Kenapa? Bukanya kau ingin Ayah membukanya?" Chakra mencoba menggoda puterinya, tanganya bersiap membuka maskernya.
"Tidak! Kalau Ayah membukanya nanti Ayah di ambil orang, Anin nanti tak punya Ayah!" Anin menatap polos wajah tegang Chakra yang tersentak dengan kalimat Anin.
"Ayah itu milikku, milik Bunda, jadi tak boleh ada yang mengambilnya."
Chakra terharu dengan kalimat puterinya, tanpa aba aba Chakra menarik putrinya ke pelukanya mengabaikan pakaian Anin yang masih basah akibat bermain tadi.
"Ayah jangan pergi lagi, Anin kesepian bahkan Bunda selalu menangis setiap malam."
"Bunda menangis?"
"Iya Ayah, jika aku bertanya kenapa Bunda menangis, Bunda selalu bilang Bunda menangis karna bahagia."
"Anin berjanjilah pada Ayah, kalau Anin tak boleh membiarkan Bunda menangis lagi." Chakra mengelus rambut panjang dan basah puterinya yang kini sudah berada dalam dekapanya.
"Maka dari itu Ayah kembalilah, jangan biarkan Bunda menangis,aku bukan anak laki laki Ayah, aku tak bisa menjaga Bunda dengan baik, malah aku selalu merepotkan Bunda, kalau Ayah kembali pasti Bunda baik-baik saja."
"Nanti Ayah pulang, mau lanjut main?"
Anin mengangguk semangat, kini Chakra membawanya ke wahana yang lain, mencoba mengenyampingkan rasa bersalahnya karena saat ini yang di inginkan adalah waktu bersama putrinya.
****
Tak terasa hari semakin sore, di dalam mobil mewahnya Chakra tak henti hentinya tertawa kala mendengar sang putri bercerita semua pengalaman yang menurutnya sangat berkesan, hingga cerita Anin sampai di sang ibu dan itu cukup membuat Chakra tersentak, hatinya was was kala memikirkan reaksi Regina karna membawa Anin tanpa kabar, tak terasa mobil mewah itu terhenti di sebuah gang kecil menuju rumah Anin, Anin menggaApang senangat jari besar Chakra membimbingnya menuju rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess in the Rain√
Romancekerindukan di kecil. keegoisan orang tua.. semuanya hanya Ada di dalam emosi yang mematikan ego tinggi. "ayah seperti apa bunda?" "Hanya ada Bunda, jangan pikirkan yang lain." "Apa kau harus seegois ini, Gi!" "kau tak pernah mengerti Bim."