Part 7

67 15 1
                                    

Abang pilih yang mana . . .

"Siapa sih, yang telpon? Masih pagi juga!" bentak Sheina pada ponselnya.

"Hallooowwww.... Bebebcu yang acu cintah manjah emuah!" sambar seseorang saat Sheina baru saja mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Dengan sedot WC. Ada yang bisa kami bantu?" balas Sheina.

"Oh, salah sambung ya? Yaudah! Nggak usah telpon telpon eike lagi. Bhay!" Dan sambungan telpon pun terpustus.

"Lah, bohai nggak jelas!" umpat Sheina pada Ardo yang baru saja menelponnya. Sheina pun kembali merebahkan badannya ke kasur empuknya.

"Loh, kok kasur gue jadi keras? Loh loh loh?" bingung Sheina.

"Oh, ternyata gue tidur di lantai. Hehe..."

RIP kecerdasan Sheina.

Gadis itu beringsut menuju kasurnya kembali untuk melanjutkan tidurnya. Namun, ponsel Sheina lagi lagi berbunyi membuat dia berdecak kesal.

Abang pilih yang mana
Perawan atau janda

Sheina pun dengan gontai mengambil ponselnya dan mengangkat telpon. Dan lagi-lagi, Ardo yang menelponnya.

"Hallo?"

"Sheina, ya?"

"Miper!"

"Wah, Sheina lucu. Ha ha ha." Ardo tertawa garing. Mencoba untuk tertawa ikhlas atas guyonan cewek disebrang telepon.

"Lo ngapain pagi-pagi nilpen gue?"

"Nelpon sayangkuh, cintakuh,"

"Hm."

"Temenin Ardo ke salon, yuk!" ajaknya.

"Hah?! Mau ngapain kesana?!" kaget Sheina. Bagaimana tidak, salon itu banyak berisi cowok letoy, mendayur, dan mudah terhempas angin. Bagaimana jika Ardo bermaksud untuk memperdalam ilmu kebanciannya?

"Mau nyiapin diri sebelum kita nyabe."

"Ya ampun, Do! Lo nggak malu apa? Masa nanti ada berita gini ; 'anak model terkenal, Adryana Garneo kini menjadi banci yang sukanya nyabe di perempatan lampu merah.'"

"Jadi, Sheina nggak mau nih?"

"Ya mau lah! Ayo"

"Ya mau lah! Ayo"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Thanks For Your Perfect Acting, Jerk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang