Part 10

64 11 0
                                    

Sudah lebih dari 20 menit Ardo berdiri di samping sepedanya. Menunggu seseorang yang sangat berarti keberadaannya di hidup Ardo.

Hari ini matahari sedang bersinar terang. Hari yang indah untuk bersantai. Tapi, tentunya dalam keadaan meneduh. Bukan malah berada di bawah matahari yang sedang membara seperti ini.

Ia merasa otaknya seperti dipanggang oleh panasnya matahari. Dan membuat keringat Ardo mengalir dari dahi hingga leher. Walaupun ia sudah berusaha menutupi kepalanya dengan kipas berwarna pink kesayangannya. Tetap saja ia merasa kepanasan.

Sebenarnya ia ingin berteduh di koridor sekolah yang tentunya teduh dengan atap yang berkualitas tinggi. Ditambah memiliki bangku di sana. Namun, ia sangat risih dengan beberapa sorot mata yang mengarah padanya. Sehingga ia lebih memilih untuk berdiri di parkiran-tepatnya di samping sepedanya yang terparkir.

Tak lama kemudian ia melihat sesosok manusia yang sangat ia kenali. Namun, ia langsung berdecak ketika melihat bahwa ada seseorang di samping sosok itu yang bukan lain adalah Sheina dengan ketos ter-kamvrets (pakai s karena dia benar-benar orang ter-kamvret) yang pernah Ardo temui—Arka.

Sheina dan Arka berjalan santai sambil berbincang-bincang. Sheina yang tampak senang dan antusias mendengarkan Arka berbicara. Sedangkan Arka yang terlihat santai sambil memasukkan tangannya ke saku celana.

Ya. Siapa lagi kalau bukan Sheina yang Ardo tunggu sedari tadi. Namun, ia merasa percuma menunggu Sheina ketika ia sadar bahwa waktu 20 menitnya yang ia habiskan dengan berdiri di parkiran-tambahkan ia yang harus menikmati jahatnya panas matahari hanya untuk melihat adegan ini.

Mereka berjalan beriringan ke arah Ardo-tepatnya parkiran sekolah dengan ekspresi berbeda. Sheina yang tampak bersemangat dan antusias. Sedangkan, Arkanda yang terlihat bereaksi seadanya.

Arkanda menunjuk motornya sambil bergumam yang kemudian disusul oleh Sheina yang mengangguk semangat sampai-sampai membuat Ardo khawatir bahwa sendi putar Sheina sudah lose control saking kencangnya ia menganggukkan kepalanya.

Lalu, seperti Arkanda ia juga menunjuk ke arah Ardo-tepatnya sepeda Ardo. Arkanda pun menoleh ke arah yang ditunjuk Sheina. Lalu, tersenyum simpul ke arah Ardo. Ardo pun melancarkan aksinya dengan melambai-lambaikan tangannya dengan kesan centil ala-ala banci lekong ke arah Arkanda. Merasa kesal dengan tingkah Ardo. Sheina pun memberi pelototan gratis kepada Ardo. Sedangkan Ardo bersikap tak peduli dengan pelototan yang diberikan Sheina padanya.

Sheina menarik baju Arkanda agar laki-laki tersebut menoleh padanya. Setelah fokus Arkanda ada padanya. Sepertinya Sheina mengatakan terimakasih dan tak lupa Arkanda membalas perkataannya. Mereka pun saling melambai yang dimana Ardo merasa ingin muntah. Tak lama setelahnya Arkanda melangkah maju ke arah motornya berada.

Setelah dirasa cukup aman. Sheina langsung berlari ke arah Ardo diiringi dengan teriakan serta senyum yang lebar ketika ia sampai di depan Ardo.

"Ardo!!! Gue diizinin jadi salah satu panitia festival!!!" teriaknya dengan bersemangat.

"Gila-gila! Gue nggak nyangka bakal diizinin. Kya!!! Ardo Gue seneng banget sumpah," sambungnya.

"Cihhh, leboying banget sih, Sheina. Eike ajjah tius leboying begindose pas samosir sista Lusa. Bahkan Eike cipika-cipiki lageus samosir deseu," kata Ardo sinis.

"Ye Lo kan sama dia sama. Nah gue kan sama si Arka beda." Sambil menyenggol Ardo.

"Ya jelas dungs berdindang, Sheina Eike. Kan kanua waras deseu tius."

"Heh?! Yang nggak waras itu Lo. Udah dikasih fisik lengkap, dalam keadaan baik, dan sempurna. Eh, Elo nya nggak terima jadi cowok." kata Sheina kesal.

Thanks For Your Perfect Acting, Jerk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang