002 Q

60 6 0
                                    

Rooftop

---

Ayane mengecek jam di tangan kanannya.

06.44.

Baru seminggu Ayane sekolah di Teikou. Dan hari ini, piket Ayane, hari Senin. Mengakibatkan Ayane harus datang lebih pagi dari biasanya.

Sembari memegang tali di kedua sisi tas, perlahan kaki Ayane melangkah ke gerbang sekolah. Ini ialah pengalaman pertamanya, pergi ke sekolah tanpa Midorima. Omong-omong, si tsundere itu menolak datang pagi bersama Ayane dengan dalih menonton ramalan bintang ---yang akan dilewatinya bila ia datang sepagi ini bersama Ayane.

Ayane tersenyum tipis dan mengangguk sopan saat melawati penjaga gerbang. Kemudian dilanjutkannya langkah hingga ke pintu depan kelasnya yang sedikit terbuka, sekitar tiga jari.

Tak.

Ayane tidak jadi memegang gagang pintu kelasnya.

Samar-samar, Ayane mendengar suara sesuatu yang dihentakkan dari dalam kelas. Suaranya benar benar samar. Namun masih jelas di telinga Ayane.

Tak. Tak.

Suara itu muncul lagi. Kali ini dua kali dan lebih jelas. Membuat Ayane penasaran. Apa yang ada didalam kelasnya ya?  Ah, Ayane tidak tau dan tidak akan takut jika itu hantu.

Krieeeeet.

Decitan pintu tersuarakan, seperti di film film horror.

Laki-laki, rambut merah, dua mata tertutup, duduk di kursi dengan shogi di atas meja.

Pandangan Ayane berubah malas saat melihat musuh peringkatnya. Ketuanya yang satu ini benar-benar aneh. Mau main shogi kok gak ada lawannya? Apa dia main bersama hantu?

Pikiran Ayane melayang absurd sesaat.

Namun menurutnya itu tidak logis karena Ayane tidak melihat bidak shoginya melayang atau bergeser sendiri, jadi Ayane simpulkan kalau sang ketua sedang bermain solo alias sendirian.

Mengabaikan Akashi, Ayane mulai melangkah cuek ke kursinya yang persis di sebelah Akashi. Di waktu bersamaan pula, mata Akashi yang tertutup terbuka cepat, menatap Ayane tajam, membuat sang empunya berhenti berjalan tepat di depan meja.

Ayane menoleh perlahan, matanya memandang Akashi lekat, kemudian ia mengucek kedua matanya sekali. Memastikan apabila ia tidak salah lihat.

Tetap. Sama sekali tidak berubah.

'Di-dia. Di-dia!'

"Kurasa kau perlu berkedip, Meireilia-san."

Ayane mengerjap-ngerjap. Ah, ia melamun, membuat dirinya seperti tak berkedip dan tengah terpesona pada Akashi, padahal nyatanya tidak! Tidak akan pernah sama sekali!

'Eh, kembali seperti biasa.' Batin Ayane seraya memandang Akashi dari tempat duduknya.

"Kenapa kau menatapku seolah aku adalah orang bersalah, Meireilia-san?"

Ayane menoleh ke Akashi. Ia memutar otak, mencari jawaban yang pas agar nyambung dengan pertanyaan Akashi.

Mata Ayane menatap sekeliling ruangan.

"Tentu saja kaichou. Kelasmu sedikit berantakan, bukankah kau piket hari ini? Lalu untuk apa kau lebih memilih memainkan shogimu?" sindir Ayane, berkelit dari yang sebenarnya.

Mata Akashi mengobservasi kelas. Papan tulis penuh coretan rumus, keranjang sampah yang sudah penuh dengan gumpalan kertas, kursi meja yang sedikit tidak beraturan dan vas bunga di meja guru yang pecah bekas aksi 'lempar tangkap penghapus' anak kelasnya sehari yang lalu.

My Story Graphia (KnB Fan-fiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang