23

7.3K 685 32
                                    

Pagi-pagi sekali di kediaman Chanyeol terjadi keributan. Penyebabnya tak lain adalah Jinyeol. Anak itu menangis histeris setelah masuk ke dalam kamar Chaeyoung hingga membuat Chanyeol yang masih terbuai di alam mimpi seketika bangun.

"Huaaaa Eommaaaaa!!!"

"Jinyeol sayang jangan menangis. Eomma baik-baik saja." Chaeyoung mencoba menenangkan Jinyeol, namun usahanya sia-sia.

"Dulu hiks Eomma juga mengatakan seperti itu hiks, tapi dia pergi huaaaa." Tangis Jinyeol semakin keras.

Chaeyoung tahu maksud Jinyeol adalah Jisoo. Anak itu pasti trauma melihat Jisoo pingsan dan dilarikan ke rumah sakit waktu itu.

Brak!

Chanyeol masuk ke dalam kamar Chaeyoung dengan raut wajah khawatir.

"Jinyeol ada apa?" tanya Chanyeol khawatir.

"Eomma sakit hiks," ucap Jinyeol sambil menunjuk Chaeyoung.

Chanyeol menatap Chaeyoung yang terbaring di ranjang. Wajah dan bibir wanita itu terlihat pucat. Ia mendekati ranjang Chaeyoung lalu duduk di tepi ranjang. Tangannya terulur untuk menyentuh kening Chaeyoung.

"Kau demam?"

"Aku baik-baik saja Oppa hanya perlu istirahat." Chaeyoung berusaha meyakinkan Chanyeol.

"Appa ayo kita bawa Eomma ke rumah sakit." Jinyeol menggoyangkan lengan Chanyeol sambil menangis.

"Jinyeol berhentilah menangis." Bukannya berhenti tangis Jinyeol malah semakin keras.

"Ta-tapi hiks Eomma dulu juga seperti ini hiks aku tidak mau Eomma pergi lagi."

Chanyeol tertegun menengar ucapan Jinyeol. Ia menarik Jinyeol ke dalam rengkuhannya. Putranya sangat rapuh jika menyangkut Jisoo dan Chaeyoung.

"Appa ayo kita bawa Eomma ke rumah sakit hiks." Jinyeol tak henti-hentinya membujuk Chanyeol agar membawa Chaeyoung ke rumah sakit.

"Baiklah." Putus Chanyeol yang tidak tega melihat putranya menangis seperti itu.

"Oppa-"

"Chaeyoung-ah kau sakit dan perlu diperiksa." Chanyeol berucap tegas.

Chaeyoung hanya menghembuskan napasnya pasrah. Ia kaget saat Chanyeol tiba-tiba mengangkat tubuhnya dan menggendongnya ala bridal style. Jantungnya berdegup kencang saat menatap wajah Chanyeol dari jarak yang cukup dekat.

Bagaimana mungkin dulu ia tidak jatuh cinta dengan pria penuh perhatian dan berwajah tampan seperti Chanyeol? Perlakuan Chanyeol padanya sekarang sama seperti dulu. Chaeyoung sadar ia tidak boleh menyalahartikan perhatian Chanyeol seperti dulu karena itu hanya akan membuatnya kembali merasakan sakit hati saat cintanya bertepuk sebelah tangan.

***

Sepulang dari rumah sakit Chaeyoung terus menekuk wajahnya. Ia benci bau dan suasana rumah sakit dan Chanyeol beserta putra semata wayangnya dan sekarang juga menjadi anaknya malah memaksanya ke sana.

Saat turun dari mobil Chaeyoung langsung masuk ke dalam rumah tanpa menatap Chanyeol yang sudah berbaik hati membukakan pintu mobil untuknya dan Jinyeol yang menatapnya bingung.

"Jinyeol kau pergi ke kamarmu dulu ya nanti Appa menyusul," ucap Chanyeol pada putranya.

"Ne Appa." Setelah mengucapkan itu Jinyeol berlari kecil memasuki rumah.

Chanyeol meletakkan beberapa tas plastik yang berisi sarapan untuknya dan Jinyeol di meja makan dan bubur untuk Chaeyoung ia pindah ke dalam mangkuk lalu meletakkannya di atas nampan yang sudah terisi obat dan segelas air putih untuk Chaeyoung.

Chanyeol berjalan menuju kamar Chaeyoung yang pintunya sedikit terbuka. Pria itu masuk ke dalam dan menemukan Chaeyoung sedang duduk sambil bersandar di kepala ranjang. Pria itu meletakkan nampannya di nakas.

"Kau boleh marah padaku, tapi jangan mendiamkan Jinyeol seperti tadi," ucap Chanyeol seraya menyilangkan kedua tangannya didada.

"Aku tidak suka bau rumah sakit," balas Chaeyoung ketus.

"Kau tidak mengatakan padaku tadi."

"Itu karena kau memotong ucapanku."

"Baiklah aku yang salah. Sekarang kau makan ya." Chanyeol hendak menyuapkan bubur pada Chaeyoung, tapi ditolak wanita itu.

"Aku bisa sendiri."

Chanyeol menghela napas. Seakan baru teringat sesuatu pria itu mengeluarkan ponselnya lalu menelpon seseorang.

"Wendy aku tidak bisa pergi ke kantor hari ini karena ada keperluan mendadak . Semuanya aku serahkan padamu dan jika ada hal yang mendesak segera kabari aku." Chanyeol menutup telfonnya secara sepihak.

Chaeyoung menatap Chanyeol dengan dahi berkerut."Oppa bukankah lebih baik kau pergi ke kantor saja? Aku hanya demam bukannya lumpuh."

"Tidak!" tolak Chanyeol.

"Kenapa?" tanya Chaeyoung bingung.

"Aku tidak akan bisa konsentrasi bekerja jika kau sakit."

Pipi Chaeyoung bersemu merah. Chanyeol benar-benar pandai membuat wanita salah tingkah karena ulahnya.

"Sekarang kau makan buburmu setelah itu kau minum obatnya. Aku akan mengurus Jinyeol sebentar."

Setelah Chanyeol pergi Chaeyoung mengambil mangkuk berisi bubur yang dibeli Chanyeol tadi lalu memakannya. Walaupun ia tidak berselera, tapi ia harus tetap memakannya agar ia segera sembuh. Setelah menghabiskan buburnya Chaeyoung meminum obat yang diresepkan dokter padanya.

Chaeyoung menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Ia menghembuskan napasnya. Memikirkan sikap Chanyeol padanya akhir-akhir ini membuatnya kembali pusing.

Padahal ia sudah berusaha menjauh, tapi pria itu malah semakin mendekat. Chaeyoung tahu sikap baik Chanyeol padanya saat ini hanya karena pria itu ingin menebus semua kesalahan yang pernah ia perbuat. Chaeyoung menghargai itu tapi jika Chanyeol terus-terusan bersikap seperti ini bagaimana Chaeyoung bisa menghilangkan perasaan terlarang ini?

Tapi, apakah perasaannya memang terlarang?

***

TBC

28 Juli 2019

PROMISE (ChanRosé)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang