Sejak Laura dinyatakan buta, Robet jadi mudah marah. Robet putus asa karena belum mendapatkan donor mata untuk Laura. Robet selalu menyalahkan Inah sebagai penyebab Laura menjadi buta.
Laura terbiasa memanggil Robet dengan sebutan ayah. Ririn yang sering mendengar Laura menyebut nama ayah, ikut serta memanggil ayah. Robet sangat marah pada Ririn dipanggil ayah.
"Jangan memanggilku Ayah! Ingat, aku bukan ayahmu!" Hardik Robet.
Inah mengetahui Robet sedang memarahi Ririn, langsung menghampiri Robet.
"Jangan membentaknya, Tuan! Ririn tidak bersalah. Bukankah Tuan juga ayahnya Ririn?" Ucap Inah.
Robet sangat marah mendengar ucapan Inah. Robet menarik tangan Inah di depan mata Ririn. Robet mendorong Inah keluar dari pintu. Ririn histeris dan menangis.
"Jangan pernah sebut aku adalah ayahnya Ririn! Kamu yang menyebabkan istriku meninggal!" Hardik Robet.
Usia Ririn dan Laura sudah sepuluh tahun saat itu. Ketika Laura mendengar tangisan Ririn, Laura langsung mencari arah suara.
"Ririn... kamu kenapa?" Teriak Laura.
Ririn memeluk Laura dan terus menangis. Robet melihat Laura keluar dari kamarnya langsung panik. Robet takut kalau Laura tahu bahwa Ririn adalah saudaranya.
Robet menarik tangan Ririn dan mendorongnya ke arah Inah yang sedang duduk di lantai sambil menangis. Robet membawa Laura ke kamar.
Inah sudah tidak tahan dengan perlakuan Robet. Inah sudah bertekad akan pergi dari rumah Robet.
"Bu, kenapa ayah selalu kejam pada Ibu?" Tanya Ririn sambil menangis.
"Hari ini terakhir ibu dimaki ayahmu. Ibu akan pergi dari rumah ini," jawab Inah.
Inah mengemasi semua pakaian Ririn ke dalam tas. Inah tidak mau lagi Ririn terus menerus melihat Robet menyakiti dirinya. Inah keluar dari pintu kamar dan dipergoki Robet.
"Mau kemana kalian?!" Tanya Robet.
Robet tidak menyadari Laura mengikutinya dari belakang. Laura mendengar Inah akan pergi dari rumahnya.
"Aku dan Ririn akan pergi, Tuan! Permisi!" Ucap Inah ketus.
"Pergilah! Dan jangan pernah datang lagi ke rumahku!" Usir Robet.
Laura terkejut mendengar ayahnya mengusir Inah dan Ririn. Laura berlari sampai jatuh sambil teriak.
"Tidak! Jangan pergi! Jangan tinggalkan aku, Ririn... Bi... " teriak Laura.
Robet terkejut melihat Laura tiba-tiba muncul. Robet mengejar Laura yang jatuh dan menolongnya untuk berdiri.
"Ayah, mereka tidak boleh pergi! Aku tidak mau kehilangan mereka. Aku sayang mereka, tolonglah cegah mereka Ayah," ratap Laura sambil menangis.
Inah menitikkan air mata melihat Laura masih mempedulikannya. Inah sudah menganggap Laura seperti anaknya sendiri. Tapi Inah sudah bertekad akan pergi membawa Ririn. Saat Inah akan turun dari tangga, Robet mengejarnya dan menarik tas Inah.
"Jangan pergi! Kamu tidak dengar apa yang diucapkan Laura?! Masuk ke kamar!" Bisik Robet dengan penuh marah.
"Tidak, Tuan! Aku akan tetap pergi dengan Ririn," balas Inah.
Robet sangat marah mendengar keputusan Inah. Robet melihat Laura berjalan tertatih mengejar Inah.
"Bi, jangan pergi... jangan pergi... " teriak Laura sambil menangis.
Inah tidak bergeming dan ingin turun dari tangga. Robet menarik tali tas Inah. Ririn sangat ketakutan melihat Robet memperlakukan ibunya dengan kasar.
"Berhenti!" Teriak Robet.
"Lepaskan, aku Tuan!" Bentak Inah.
Robet dan Inah saling menarik tali tas. Ketika tali tas dilepas Robet, Inah terjatuh dari atas tangga. Ririn histeris dan menjerit melihat ibunya jatuh dan berlumuran darah. "Ibuuuuuuuuuu!" Teriak Ririn.
Robet sangat panik, dan langsung menelepon ambulan. Ririn dan Laura dikurung di dalam kamar. Robet memberi keterangan pada polisi kalau Inah jatuh dari tangga.
Hasil otopsi dari rumah sakit menyatakan kalau Inah murni jatuh dan tidak ada tanda penganiayaan. Robet merasa tenang tidak menjadi tersangka.
Robet kembali ke rumah setelah menyelesaikan jenazah Inah. Robet mengirim jenazah Inah ke kampung halamannya. Semua keluarga Inah tidak ada yang tahu kalau Inah sudah memiliki anak.
Saat Robet kembali ke rumah. Robet membawa Ririn ke kamar Inah. Ririn sangat ketakutan melihat Robet.
"Ingat? Jangan pernah cerita pada Laura tentang ibumu. Jangan pernah cerita pada siapapun tentang kematian ibumu. Kamu paham?" Ancam Robet.
"Ayah sudah menyakiti ibu!" Ucap Ririn.
"Aku bukan ayahmu! Dan ibumu sendiri yang jatuh dari tangga!" Tegas Robet.
Mata Ririn menatap tajam ke arah Robet. Rasa sakit hati dan dendam jadi satu. Ririn masih ingat perlakuan Robet pada ibunya. Ririn menahan amarahnya dan memilih diam.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/191029044-288-k683686.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Indigo (Misteri Mata Laura) PART 1
ParanormaleSang Indigo, Misteri Mata Laura Part 1 Menjelang pernikahan Robet, musibah datang. Ayahnya Robet meninggal dunia. Robet mabuk berat dan tidak sadar meniduri pembantunya. Istri Robet mulai curiga melihat Inah perutnya semakin membesar. Inah...