25.11.19
"Eh Sihoon. Kau datang lagi?"
"Kau mengatakan itu setiap bulan selama tiga tahun terakhir, Seungwoo hyung. Apa tidak bosan?" Sihoon tunjukkan senyum manisnya sambil duduk di salah satu kursi yang disediakan foodtruck. Seungwoo, pria berponi pemilik foodtruck yang tadi menyapa segera menyodorkan menu . "Untuk apa bosan. Harusnya aku yang bertanya, apa kau tidak bosan datang ke sini setiap bulan?"
"Kau tau jawabannya Han Seungwoo."
Tawa Seungwoo terdengar. Sihoon menendang tulang keringnya main main. "Aku pesan Americano dan muffin coklat."
"Akan siap dalam 15 menit."
Sepeninggal Seungwoo, Sihoon alihkan atensinya ke penjuru taman. Belum banyak pengunjung, mengingat jam masih menunjukkan pukul 07 pagi. Tak lama kemudian mata Sihoon tertuju pada pohon tua yang tegak kokoh di sebrang lapangan. Daunnya mulai gugur, kalah lawan kuatnya angin musim dingin di bulan November setelah lama dibuai musim panas.
Senyum semangat mengembang di wajah manis Sihoon. Pemuda 23 tahun itu meraba kantong coat nya, mengeluarkan polaroid photo dari sana, memandangnya sendu.
"Kau datang hari ini kan?" Bisiknya pelan. Terlalu pelan sampai hanya dia yang bisa mendengarnya. "Kau datang hari ini kan, Gyullie? Akan sangat menyenangkan jika kau datang. Kau sudah berjanji..."
"Bagaimana jika kau tidak datang?"
"Aku pasti datang. Seorang pangeran tidak akan membohongi tuan putri nya."
Pukul 13.51 waktu Seoul
Sihoon masih duduk di meja nomor 3 di gerai foodtruck Seungwoo. Ditemani secangkir coklat panas dan marshmallow cake, matanya masih tatap penuh harap ke taman, terlebih pohon tua besar di seberang lapangan.
"PAPAAAAAA"
Seorang batita berbaju kuning berlari memasuki kawasan foodtruck Seungwoo, menarik perhatian Sihoon dan beberapa pengunjung lain. Di belakangnya berjalan seorang laki laki yang tampak kesusahan mengejar si batita.
Sihoon kenal mereka. Si batita bernama Han Dongpyo, sedangkan laki laki di belakangnya bernama Han Byungchan, anak dan istri Seungwoo si pemilik foodtruck langganan Sihoon.
Seungwoo yang sadar segera keluar dari van nya, membawa Dongpyo ke dalam gendongan sebelum si batita menabrak ban mobil. Byungchan ikut bergabung, mencubit pipi anaknya gemas sebelum mencium pipi suaminya sekilas.
Sihoon tersenyum simpul. Dia iri, jujur saja dia sangat iri. Mereka tampak sempurna, saling melengkapi.
"Gyul... Kau pulang kan?" Gumamnya tanpa sadar."PAPA! PYO PUNYA ONEKA BAYUUU! MAMA BEYII!" Cerocos Dongpyo, buat orang sekitarnya tertawa.
"Pagi Sihoonie!" sapa Byungchan ceria. Sihoon balas sapa, singkirkan awan mendung yang sempat datang dalam hati. "Aku bawa bekal, ayo makan bersama di belakang." Ajak Byungchan sambil menunjuk Van. Sihoon menggeleng, sama seperti bulan bulan sebelumnya. Byungchan mencebik. "Hoon... Dia masih belum datang?"
Sihoon mengangguk sebagai balasan
"Kapan dia akan datang?"
"Tidak ada yang tau hyung."
"Hahh... Ayolah Sihoon, makan siang sebentar saja. Aku membuat soup, kau suka kan?" Bujuk Byungchan, kali ini menggenggam tangan Sihoon. Sihoon kembali menggeleng. "Tidak bisa hyung. Bagaimana jika dia datang saat aku sedang makan dan malah menunggu? Aku tidak mau membuatnya menunggu. Lagipula aku sudah memakan banyak cake tadi, jadi tidak terlalu lapar."
Byungchan menghela napas. "Ya ampun Sihoonie... Aku tidak mengerti lagi. Hatimu terbuat dari apa hah? Harusnya kau tidak menghawatirkan hal seperti itu. Apa salahnya sih membuatnya menunggu sebentar? Dia saja sudah membuatmu menunggu sangaaat lama. Tapi, terserahmu. Kalau begitu, kau makan disini saja. Ini, dimakan ya Sihoon. Aku tau kau sudah makan banyak cake, tapi tetap saja kau harus makan makanan berat. Selamat makan sayangku." Diletakkannya kotak bekal bergambar beruang ke depan Sihoon lalu pergi menghampiri keluarga kecilnya, tinggalkan Sihoon yang termenung setelah mendengar ucapannya.
Benar kata Byungchan
Sihoon menatap lama ke arah pohon tua di seberang lapangan, menggeleng pelan beberapa saat kemudia. Tidak, dia tidak akan beranjak dari tempatnya dan membuat orang yang dinantinnya malah menunggu. Walaupun sebentar, dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Byungchan memperhatikan Sihoon dari jauh, menghela napasnya untuk yang kesekian kali. "Seungwoo hyung..." Panggilnya, membuat Seungwoo menoleh dengan tatapan bertanya. "Ada apa?"
"Aku tidak mau Sihoon seperti itu lagi. Look, He's deserve better. Tidak seharusnya menghabiskan hari seperti ini setiap tanggal 25 datang. Ya ampun adik kesayanganku sudah menderita banyak."
Seungwoo menggeleng. "Tak ada yang bisa hentikan dia. Kau tau bagaimana sifatnya, Uchan. Keras kepala sepertimu."
Hwhwhw
Saya kembali lagi dengan cerita baru padahal cerita yang lama kagak lanjut lanjut:) Hope you like it fellas:)P. S : its the aftermath of watching a lot of sad films yorobun:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Page ; gyulhoon
Fanfiction"pulang lah, cerita kita belum usai" Sihoon telah menunggu, sedang menunggu, masih menunggu, terus menunggu, dan akan tetap menunggu Warn! -Yaoi -Gyulhoon area