Pulang

438 75 24
                                    

Meski sudah tau Hangyul belum menikah, Sihoon tetap menginap di rumah keluarga Han beberapa hari karna demam yang dialami membuatnya selalu ingin berdekatan dengan Byungchan karna alasan tidak jelas. Pemuda manis itu menyuruh Hangyul pulang dan tidak menemuinya sebelum dia yang mengajak untuk bertemu dahulu.

Dan hari ini, setelah berpikir panjang, Sihoon memutuskan untuk berhenti bersembunyi dari masalahnya. Sudah saatnya dia pulang.

"Antel siun jangan tinggal pyoo..." Sihoon terkikik geli saat Dongpyo jatuh terduduk di hadapannya dengan ekspresi mendramatisir. "Uncle harus pulang Dongpyo. Kan uncle sudah menginap lama di sini." ucapnya. Dongpyo menggeleng. "Antel nda boleh pulang! Tinggal cini, cama pyo!"

"Tapi uncle harus pulang. Maafkan uncle."

"Ndaaaa!"

Bocah 4 tahun itu memeluk kaki Sihoon erat, buat Sihoon sedikit oleng. Byungchan dan Seungwoo hanya bisa menghela napas menyaksikan betapa dramatik nya anak mereka.

"Dongpyo, biarkan uncle mu pulang. Kan besok bisa bermain lagi." bujuk Byungchan. Dongpyo semakin mengeratkan pelukannya pada kaki Sihoon. Seungwoo bergerak untuk melepaskan pelukan itu, tapi jari jari mungil Dongpyo tetap kukuh memeluk tungkai uncle tersayangnya.

Sihon mengelus pipi Dongpyo lembut. "Pyo, uncle Hangyul sudah menunggu sejak hampir setengah jam yang lalu. Apa tidak kasihan?" ujarnya lembut. Dongpyo menggeleng kuat, lalu melirik sengit Hangyul yang sejak tadu bersandar di pagar halaman pekarangan kediaman keluarga Han. "Nda kacian.."

"Dongpyo, tidak baik membuat orang menunggu terlalu lama. Memang Pyo mau jadi orang jahat?"

Hangyul tersedak soda mendengarnya

Sihoon memang tidak bermaksud apa apa, dapat dilihat dari ekspresi wajahnya yang tetap tenang. Tapi Hangyul cukup tau diri untuk tertohok mendengar serentet kalimat polos dari mulut si manis.

"A-ah, Sihoon, Hangyul. Lebih baik kalian pergi sekarang karna hari sudah mulai gelap. Dongpyo, be a good boy and say bye bye to your uncles." Seru Seungwoo.

Hangyul dan Sihoon mengangguk bersamaan. "Hyung aku pamit. See you pyo, We'll meet again soon."

Hangyul mengambil alih tas bawaan Sihoon, buat si manis tersenyum samar dan bergegas keluar dari perkarangan.
Byungchan bersiul jahil. "Jaga dia, Hangyul. Demamnya baru reda semalam." Titap Byungchan. Hangyul mengangguk mengerti lalu pergi menyusul Sihoon yang sudah duduk tenang di dalam mobil.

"Pulang?" Tawar Hangyul. Sihoon mengangguk, mengulum senyum saat Hangyul mengusak rambutnya sebelum menjalankan mobil. "Eh, kau ingat alamat apartemen?" Tanya Sihoon heran. Meski sempat menuruh Hangyul untuk pergi ke apartemen mereka, Sihoon lupa memberi alamat apartemen, lupa kalau pria itu mungkin saja alamat gedung apartemen karna sudah lama tidak pulang.

Hangyul terkekeh. "Tentu saja. Itu hal kedua yang kuingat saat ingatanku kembali." Jawab pria Lee itu. Sihoon mengerutkan keningnya. "Kau tidak bilang kau sempat hilang ingatan."

"Kau tidak bertanya."

"Hangyul! Kau berhutang banyak cerita." pekik Sihoon kesal. Hangyul mengangguk. "Nanti, saat sampai di apartemen, kau bebas bertanya apa saja. Akan kujawab dengan jujur." ucapnya. "Janji?" Sihoon menatap Hangyul dengan puppy eyes nya. Mau tidak mau Hangyul menahan diri untuk tetap fokus menyetir, bukannya mencubit gemas pipi kemerahan itu. "Hm. Janji."

Sihoon diam. Matanya terasa sangat berat, kemungkinan akibat obat yang diminumnya tadi. Kepalanya berdenyut, sepertinya Sihoon belum benar benar sembuh dari demamnya.

"Kau mengantuk?"

"Sedikit."

Hangyul melirik Sihoon khawatir. "Masih demam?" kekhawatiran jelas terdengar dari suaranya. Sihoon mengangguk singkat. "Mungkin. Cepatlah, aku lelah."

Our Page ; gyulhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang