Bab XV : Lara

27 0 0
                                    

"aku didepan". Bunyi pesan singkat yang masuk ke handphone ku pagi itu, ku perhatikan lamat-lamat, mencoba memastikan siapa pengirimnya, tak disangka pesan singkat itu dari Kau, manusia favoritku saat ini. Seketika aku  meloncat dari kasur memastikan apa benar pesan singkat itu dari Kau atau bukan. dua, tiga, empat, lima, ternyata benar itu dari Kau, aku membatin sedikit geram, bertanya-tanya kenapa ia tak menghubungi ku saat malam kalau ingin menjemputku pagi-pagi sekali.

"kenapa nggak ngabarin sih?". kataku setengah berteriak kearahnya dibalik pagar.

Kau hanya senyum simpul, yang kali ini membuatku sangat jengkel.

"ayo ke Sunmor". katanya kemudian.

"haah?". kataku mengerenyitkan mata

"SUNMOR". Kata Kau yang diiringi ketawa yang ditahan.

"haaaah!!...Bentar!". Kataku sembari membalik badan menuju kamar.

"jangan dandan...nggak ada yang kenal kamu kok...haha". kata Kau sembari berteriak.

"haaaah". jawabku sembari berjalan cepat.

*******************************************

"kenapa mendadak sih?". tanyaku saat dibonceng.

"pengen liat kamu kalau belum mandi gimana". Kata Kau cuek sembari memperhatikan jalan.

yaaaaah...lagi-lagi aku luluh, mendengar celetukannya yang cuek tapi syarat  makna. Tanpa sadar aku lingkarkan tanganku kepinggangnya, dan Kau masih tetap sama, diam tanpa ada penolakan atau reaksi apa-apa.

Pagi itu tak begitu ramai, begitulah Jogja saat hari minggu, orang-orang seakan lenyap dari bumi, menyisakan aku dan Kau berduaan. Kau memutar arah dipersimpangan jalan Gejayan, memperlambat laju Amel sembari menurunkan kakinya yang panjang, sedangkan aku masih bergelayutan dipinggangnya, serupa anak simpanse yang enggan jauh dari ibunya. Amel berbelok kekiri, masuk kejalan ber-conblock dan akhirnya berhenti tepat didepan pagar Fakultas Teknik UNY. Banyak kendaraan bermotor berbaris rapi, berjajar menjulang hingga keperempatan jalan, dan dari berbagai provinsi, Bali, Balikpapan, Surabaya, Semarang, Papua, Aceh, Pekan Baru, Lombok hingga Tarakan, Kalimantan Utara. Setelah sekian lama bersama Kau, aku menjadi orang yang tak banyak bertanya, aku tak tahu itu baik atau tidak, tapi yang jelas aku merasa semua hal kupercayakan kepadanya. Kau berjalan pelan dikerumunan orang-orang yang lalu lalang, kebanyakan mahasiswa, aku mengekor dari belakang memperhatikan sekitar sembari memegang kemeja bagian belakangnya, sesekali Kau menoleh kebelakang, mungkin memastikan aku agar tidak hilang, setelah berjalan dibelakang Kau beberapa saat, aku paham kalau Sunmor merupakan pasar dadakan yang hanya ada setiap hari minggu pagi hingga jam dua belas siang, banyak penjajal makanan dan pakaian, tapi tak jarang yang menjual kebutuhan dapur, seperti piring dan wajan, sendok dan nampan, atau mungkin gelas dan pisau. Banyak barang-barang lucu seperti jam dinding yang bisa kita buat sendiri latarnya, atau kotak warna warni berlatar negara Inggris dan bunga-bunga, atau bantal berbentuk buah-buahan dan sayuran.

"mau nggak?". Kata Kau tiba-tiba sembari menunjuk kewajan yang berisi minyak mendidih.

"minyak?". Kata ku kemudian.

"ya bukan, mbaknya..mau nggak?". Kata Kau lagi meladeni guyonanku yang sebenarnya tak lucu.

"ahahaha....itu apa?". Kata ku

"telur gulung....nggak adakan di Jakarta". kata Kau dengan nada meledek.

"enak aja..ada yaaa...". Kata ku sewot.

"mbak sepuluh ribu ya...." Kau memesan ke pedagang yang dari tadi sibuk memutar-mutar telur dengan lidi ditangannya.

Kami menyebrang jalan, duduk ditroatar yang sedikit lengang, Kau memakan telur gulung sesekali menyodorkannya kepadaku. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang