03. Cinta | 1.3 (Prequel SENIOR)

22.7K 843 37
                                    

Nakula Jamie Megantara,

Kalian bertanya tentang cinta kepada saya?

Saya tidak yakin. Saya tidak memiliki banyak kisah tentang cinta. Atau lebih tepatnya, saya sudah mengubur dalam-dalam kisah itu.

Bagi saya cinta bukan hal yang harus dibicarakan. Bukan hal yang harus kita umbar. Cukup dirasakan saja. Dalam hati masing-masing.

Tapi, jika kalian penasaran definisi cinta dari sudut pandang saya, maka saya akan menceritakan terlebih dahulu bagaimana cinta membuat saya bahagia sekaligus menderita.

Saya terlahir kembar dari pasangan beda negara. Miguel Jamie Fernandez dan Nur Aisyah Megantara. Papa saya berkebangsaan Spanyol dan Mama berkebangsaan Indonesia.

Mereka bertemu di Seville ketika Mama sedang melakukan study di sana. Kata Mama, pertemuan mereka berdua adalah pertemuan yang takkan penah bisa dia lupakan.

Papa adalah cinta pertama Mama.

Mama pernah bercerita, Papa adalah orang yang romantis. Semasa pendekatan, Papa selalu memberikan Mama bunga dan puisi yang indah. Papa juga mengenalkan tentang Spanyol dan Seville kepada Mama. Dan saat Mama berusaha menyelesaikan skripsinya, Papa selalu ada dan membantunya untuk menyemangati.

Pendekatan mereka tidak begitu lama, setelah dua bulan saling mengenal, Papa melamar Mama dan mereka menikah setelah Mama lulus kuliah. Mama memutuskan untuk ikut Papa tinggal di Seville.

Dua bulan kemudian Mama mengandung saya dan Sadewa. Setelah menikah, Mama merasa semakin istimewa karena Papa selalu merawatnya, menjaganya, dan menyayanginya dengan tulus. Ketika usia kandungan masih dua bulan, Papa meminta Mama untuk tidak banyak melakukan kegiatan rumah tangga. Dan selalu begitu hingga akhirnya saya dan Sadewa lahir di dunia ini.

Kami tinggal di Seville hingga umur saya dan Sadewa 7 tahun. Setelah itu, kami semua pindah ke Indonesia dan tinggal di kota Bandung. Kami tinggal di Bandung karena Mama harus menjaga Nenek.

Papa adalah seorang dosen di Spanyol. Ketika menikah dengan Mama, Papa berjanji akan bergabung dengan perusahaan Kakek—yang tidak lain adalah Papa dari Mama—untuk mengelola batu bara di Kalimantan dan Jakarta. Setelah Kakek meninggal, Papa memutuskan untuk melanjutkan tugas Kakek mengurus perusahaan tersebut.

Semua berjalan normal. Hingga pada saat umur kami menginjak 11 tahun, semua berubah secara tiba-tiba.

Saya sering mendengar Papa dan Mama berselisih paham. Bertengkar. Meskipun tidak jelas, saya mendengar bahwa perbedaan di antara mereka lah yang menjadi alasan utama pertengkaran. Papa mengatakan kalau Indonesia bukan tempat yang baik untuknya dan selalu menyalahkan Mama atas ketidak nyamanan itu.

Puncaknya ketika saya dan Sadewa akan masuk Sekolah Menengah Pertama, Papa memutuskan untuk berpisah dengan Mama dan kembali ke Spanyol.

Hari itu adalah hari terberat untuk kami. Nenek meninggal tidak lama setelah perceraian Papa dan Mama. Lalu Mama mengambil alih perusahaan. Tidak ada lagi cinta di keluarga kami. Tidak ada lagi kehangatan yang kami rasakan di rumah.

Mama masih sangat mencintai Papa. Tiap malam saat beliau pulang kerja, Mama selalu menyempatkan diri membaca puisi-puisi pemberian Papa dahulu. Menatap kehangatan masa lalu lewat gambar kebersamaan kami. Mama masih sering menangis dan semua itu karena Papa.

Saya sangat membenci Papa. Tidak ada kalimat lain yang menggambarkan perasaan saya selain kalimat itu. Jika saja Papa bisa lebih mengerti, jika saja Papa lebih bisa menerima kebudayaan Mama—seperti Mama yang menerima kebudayaannya. Perpisahan ini tidak akan pernah terjadi. Kami tidak akan kehilangan kebahagiaan kami.

Tiga tahun setelah bercerai, tepat setelah lulus SMP, Sadewa koma karena mengalami kecelakaan. Sadewa tertabrak mobil karena berusaha mengejar saya yang menghindar darinya. Setelah kejadian tersebut saya merasa sangat bersalah dan menyesal dengan apa yang terjadi. Hari itu saya merasa sesuatu dalam diri saya ikut tertidur bersama Sadewa.

Setelah mendapatkan kabar kalau Sadewa koma, Papa kembali ke Indonesia dan memutuskan untuk membawa dan merawat Sadewa di Seville. Setelah itu saya tidak pernah lagi bertemu dengan Sadewa. Saya tidak ingin kembali ke negara orang yang sudah menghancurkan kehidupan kami.

Dan semenjak itu saya mengubur perasaan cinta saya dalam-dalam.

Saya hanya memiliki Mama dan Sadewa. Saya menyayangi keduanya melebihi saya menyayangi diri saya sendiri. Mama berjuang keras setelah perpisahan itu dan Sadewa selalu menemani saya, di sisi saya.

Rasa cinta Mama kepada Papa tidak bisa memertahankan hubungan mereka. Rasa cinta Papa kepada Mama hanya sebatas ideologi kewarganegaraan. Rasa cinta saya dan Sadewa tidak pernah bisa membuat kami bahagia seperti dahulu.

Saya tidak menyalahkan cinta. Hanya saja cinta itu sudah terkubur. Dan cintabukan hal yang mudah untuk diartikan.

Sekarang kalian mengerti kenapa saya mengubur dalam-dalam cinta itu?

Saya memutuskan untuk tidak terbuka, meskipun banyak orang yang berusaha mendekati saya. Mereka percaya kepada saya, tetapi saya tidak ingin menganggap mereka lebih dari sekedar teman.

Meskipun pada akhirnya masih ada seseorang yang selalu menemani saya dalam kondisi ini.

Dan dia....

•Senior•

SIAPA HAYO TEBAK???

Kali ini kalian sudah masuk ke diary Nakula.

GIMANA RASANYA BACA DIARY COWOK DINGIN? Wkwkwkw

Ini bukan diary Nakula sih. Nakula mana pernah nulis diary, tapi ini lebih seperti dia mengenalkan hidup dia kepada kalian....

Hmm.... banyak hal yang enggak kita tahu tentang Aluna dan Nakula.

Masih mau tahu nggak? Oh nggak... yaudah wkwkwk

Terima kasih banyak guys!! Jangan lupa ada teman kalian baca Prequel Senior dan follow Instagram @katakokoh @millenniapictures_ @seniorthemovie @pastelbooks.id untuk info filmnya nanti!!!

Babay!!!

Bandung, 30 Juli 2019

SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang