26

664 57 8
                                    

Sesudah makan, Jae berjanji mengantar Jin Seok pergi ke rumah sakit untuk mengambil obat Mama nya. Karena Jin Seok terburu buru akibat dokter yang akan ada jadwal operasi dan Jae yang malas berjalan, akhirnya Jae duduk di kursi dekat resepsionis.

Jae memandangi setiap pasien yang lewat di depannya dan bersyukur setelahnya. Tapi satu pasien yang menyita perhatian Jae, seorang bapak bapak yang nampak tidak asing dimata. Dia kesusahan menjalankan kursi roda, dan obat yang diletakkan diatas pahanya berjatuhan satu persatu.

Dihampirinya bapak itu, lalu Jae membantu memungut obat dan mendorong kursi roda. "Bapak di kamar mana? Biar saya antar." Ucap Jae halus dengan senyumannya, siapa yang melihatnya pasti merasa terpukau. "Enggak usah nak, saya mau beli bakso di kantin dulu. Bosen kalau makan bubur terus." Sahutnya.

"Mau saya antar kesana atau biar saya saja yang belikan ya pak?" Tanya Jae, bapak bapak ini terlihat terkejut dengan kebaikan Jae. Bapak itu tersenyum, "apa saya tidak merepotkan kalau meminta diantar ke kantin?" Jae menggeleng pelan lalu mengantar bapak itu ke kantin rumah sakit. Jae memesankan bakso, sesuai keinginan si bapak.

"Nama kamu siapa nak? Tumben saya bertemu anak sebaik kamu." Pujinya membuat Jae tersipu malu, "ah saya Jaena om, om sendiri?" Tanya Jae. "Saya Jung Sin, kamu pasti seumuran sama anak saya. Saya kangen mereka." Ucapnya.

Awalnya Jae ragu untuk bertanya, tapi dengan segenap keberanian. "Keluarga bapak dimana?" Tanya Jae. "Saya sendirian, saya pergi dari rumah meninggalkan istri dan kedua anak laki saya karena takut mereka repot mengurus saya yang berjuang melawan kanker ini. Tidak apa mereka mengira saya selingkuh, saya tidak mau mereka khawatir nak."

"Bukannya saya bermaksud menyinggung perasaan bapak, menurut saya lebih baik kalau keluarga bapak tau tentang penyakit bapak. Supaya bapak semakin semangat dan termotivasi untuk sembuh." Bapak itu tersenyum lagi, "saya benar benar beruntung bertemu anak seperti kamu." Baru saja Jae ingin menjawab, ibu penjual bakso sudah mengantarkan pesanannya.

"Ayo pak, biar saya antar ke kamar." Kata Jae setelah membayar bakso tadi, walaupun ada sedikit drama siapa yang harus membayar bakso itu. Jae dengan tulus dan ikhlas mendorong kursi roda menuju kamar Pak Jungsin.

"Istirahat yang baik pak, saya bakal sering sering dateng kesini kok." Pamit Jae, Jungsin benar benar kagum dengan kebaikan Jae. Saat di koridor depan, Jae mengecek hand phone nya dan ternyata terdapat banyak notifikasi panggilan tidak terjawab dari Jin Seok, dia lupa memberi kabar.

Jae berlari menuju lobby dan akhirnya menemukan Jin Seok dengan wajah khawatirnya. Jin Seok segera berlari ke arah Jae, "ke mana aja sih? Kalo lo ilang dibunuh Yugyeom gue nya." Jin Seok menggaruk kepalanya keras, walaupun sama sekali tidak gatal. Memang kebiasaannya sejak dulu, Jae benar benar hafal.

"Tadi bantuin pasien dulu, kasian dia sendiri." Sahut Jae lalu berjalan mendahului Jin Seok. "Asik nih, calon dokter." Jin Seok menyusul dengan menaik turunkan alisnya menggoda Jae, tetapi Jae sama sekali tidak tergoda.

"Apasih, gajelas."

***

Disisi lain, Jungkook sedang mengantar Yugyeom pergi ke kantor polisi. Entah apa yang akan dilakukannya, Jungkook tidak mengerti dari awal tentang masalah ini.

"Selamat siang Saudara Yugyeom." Sapa salah satu polisi yang meminta Yugyeom menjadi saksi agar penyerahan diri Eun Sik segera di proses. "Siang bos, saya mau menyerahkan ini." Yugyeom mengeluarkan flashdisk berwarna merah itu dari kantongnya, entah apa isi file didalamnya.

Wajah Jungkook semakin serius setelah membaca judul file Jae's Accident. Masalah Jae? Jae ada masalah apa, kenapa Jungkook ketinggalan sejauh ini?

Video diputar dan menampilkan rekaman kamera cctv dari awal Jae masuk ke toilet dan berakhir memperlihatkan Jungkook di dekat pohon menatap mereka berdua dengan sorot kecewa. Jelas saja Jungkook kaget, dugaannya selama ini salah. Dia seharusnya bertanya baik baik kepada Jae apa masalah yang menimpanya, bukan menjauhi nya atas pemikiran sendiri.

Sungguh, Jungkook merasa bersalah. Matanya memerah, bukan ingin menangis tapi marah terhadap dirinya sendiri. Suara polisi menyadarkannya dari lamunan penyesalan, "apa benar itu anda? dan apa yang anda lakukan disana?" Yugyeom yang sadar akan itu, langsung membuka file yang satunya untuk membuktikan bahwa Jungkook tidak ada kaitannya dengan masalah ini.

"Maaf, saya terlambat." Semua menoleh ke arah sumber suara, Nari dengan sweater hitamnya sukses membuat Yugyeom dan Jungkook melongo, kenapa perempuan secantik ini bisa dikatai cupu. Nari diundang ke sini sebagai saksi atas kejadian itu, dan dia benar benar memenuhi undangan itu untuk membantu Jae.

 Nari diundang ke sini sebagai saksi atas kejadian itu, dan dia benar benar memenuhi undangan itu untuk membantu Jae

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang