17

704 67 8
                                    

"Jae, jangan deket sama cowo lain ya. Gue sayang sama lo, jadi pacar gue gimana?"

"Hah apaan sih kook!?" Tolongin Jae, udah baper tingkat dewa itu dia. "Bercanda, tapi gatau nantinya. Tunggu gue ngeyakinin perasaan gue dulu ya." Gagal terbang, tapi Jae dibuat berharap, suka suka mereka aja deh.

"Ajak gue keliling rumah lo dong, pengen liat liat" Kata Jae, mencoba mengalihkan topik "Ayo. Itung itung latihan buat jadi istri gue nan--adoohh iya iya maaf" Jae buru buru mencubit lengannya keras sebelum Jungkook menuntaskan ucapannya tadi, bahaya untuk jantung Jae.

"Duh gemes banget sih" Dia berjalan sambil mengelus lengannya yang masih sedikit nyeri. "Seperti yang lo lihat, itu kolam renang. Bukan kolam manusia, tapi buat anjing gue noh" Jae beralih menatap anjing anjing peliharaan Jungkook yang ada di kandangnya.

"Lah baru tau gue ada anjing disini, kasian tau ih di kandangin mulu." Cibir Jae, ingin mendekati anjing bernama Louis tetapi dengan cepat mundur setelah digonggongi dengan keras.

"Kata siapa. Tiap sore gue ajak jalan kok kalo lagi free." Mereka melanjutkan home touring, sampai lah mereka berdua di depan pohon mangga besar yang berbuah lebat. Buahnya banyak dan besar besar, beberapa juga ada yang sudah dimakan kelelawar. "Eh ada mangga, mau dong!"

"Asem weh, aneh aneh aja sih." Jungkook tertawa keras, dia aja sama sekali gak tertarik dengan asemnya mangga ini. "Pliss, gue suka yang asem. Atau ntar gue makannya sambil ngaca aja, biar jadi manis mangganya" Jungkook mencubit keras pipi gue hingga timbul rona kemerahan, enggak sakit kok serius.

"Duh gemayyyyyy" Jungkook mulai memanjat untuk memetikkan Jae mangga, Jae yang melihatnya kagum karena Jungkook dapat naik dengan gampangnya. "Mau yang mana jae?" Tanya nya, dengan cepat Jae menunjuk mangga yang sudah agak menguning

"Nih tangkep. Adoh ni gue kayak suami yang manjat buat istri yang lagi ngidam nih. Ah soon ya." Jungkook terkikir geli, sedangkan Jae hanya menatapnya kesal.

"Kook, gue ikutan naik ya?" Tanya Jae, sebenarnya tanpa bertanya pun dia pasti akan naik tidak peduli dilarang atau tidak. Jae mulai memijakkan kakinya dari dahan terendah, dan merasa bangga telah mencapai titik itu.

"Jae turun weh, jangan tinggi tinggi. Turunnya susah tau." Cegah Jungkook. Jae tidak mengindahkan kata kata Jungkook dan mulai mendekatinya ke atas sana. "Adu, untung Jungkook sayang" Jungkook mendekat ke Jae karena sadar kalo Jae gak mungkin bisa mencapai tempatnya.

Jae menatap ke bawah, dan ternyata emang tinggi banget sampai ngebuat Jae pusing liatnya. Wajah Jae jadi pucat, Jungkook menggelengkan kepalanya pelan. "Gue duluan yang turun, nanti gue tangkep lo dibawah ya."

"Ayo Jae, lompat!" Sekali lagi Jae melihat ke bawah, bumi terlihat memutar. Jae gak kuat, sampai harus menutup mata dengan kedua tangannya. "Takut"
Jungkook nya ngakak dulu, emang jahat banget dia.

"Ayo gapapa, gue tangkep" Dengan segenap keberanian walaupun masih dengan mata tertutup, Jae loncat ke arah Jungkook. Untungnya Jae bisa mendarat dengan baik, dan dia bangga karena masih bisa hidup selama beberapa hari kedepan.

Karena Jungkook yang meledek Jae dibarengi dengan tawaan keras tanpa hentinya, Jae merasa kesal hingga meninggalkan Jungkook di sana beserta mangga yang sudah dipetik tadi. Nyatanya perjalanan Jae tidak berjalan mulus karena matanya yang lain lain, dia tersandung.

Akibatnya kaki Jae tergores kayu. Sakitnya gak nahan, darah mengalir sampai serpihan kayu yang menyangkut di luka. Gak usah dibayangin, terlalu perih sialnya. Kali ini Jungkook gak ada ketawanya, dia berlari ke arah Jae secepat kilat. Tanpa pikir panjang, Jungkook menggendong Jae ala pengantin ke arah ruang tamu nya.

Jungkook mengambil kotak p3k lalu dengan telaten mengambil beberapa serpihan kayu menggunakan pinset. Setelahnya, Jungkook mengoleskan alkohol dan rasa perihnya emang bukan main. "Bandel sih, sakit kan jadinya." Katanya sebelum memberi kaki Jae obat merah, lalu diperban dengan baik. Lukanya emang separah itu.

Untung Jungkook anggota PMR yang bisa menjadi dokter dadakan, setidaknya Jae tidak akan infeksi untuk saat ini. Setelah selesai, Jungkook mengelus luka yang ditutup perban itu dengan halus. "Cepet baikan ya!"

"Ayo, gue anter pulang. Biar lo nya istirahat dulu dirumah." Maaf ajanih, Jae luka bukan demam atau typus. Tanpa berniat melawan, Jae mengiyakan ajakan Jungkook.

Jae dianter dengan mobil berwarna hitam, ditengah perjalanan Jungkook ingin membungkuskan martabak manis untuk keluarga Jae. Tapi Jae buru buru mencegah dan menyuruh Jungkook melanjutkan perjalanan.

"Gue lagi berantem sama Mama Papa dan Kak Soora, intinya hubungan kita gak baik baik aja." Kebetulan Jae berkata seperti itu di lampu merah, sehingga membuat Jungkook leluasa menatapnya.

Atas niat yang sudah dikumpulkan sebelumnya, Jae mulai menceritakan semua satu persatu sampai tidak sadar air matanya menetes. Dengan mata yang masih terfokus pada jalanan didepan, Jungkook tetap berusaha mengelap air mata Jae.

Jungkook menggenggam tangan Jae, lalh mengecupnya penuh sayang. "Jangan nangis ya, nanti kita berjuang bareng bareng."

with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang