Aneh sekali. Semua terasa begitu lambat awalnya.
Sejak dikalahkan di dunia iblis, Lucifer selalu menunggu sampai kekuatannya pulih. Bagi makhluk abadi sepertinya, menunggu seharusnya bukan hal yang sulit, apalagi ketika sudah dipastikan apa yang ditunggunya akan datang. Namun, sejak Mammon mengambil serpihan dirinya, waktu terasa berjalan begitu lambat.
Kata para manusia, sesuatu akan terasa begitu lama ketika kau terlalu bersemangat menantinya. Lucifer akui, mungkin hal itu ada benarnya.
Namun, entah kapan, ya, tiba-tiba aliran waktunya kembali seperti biasa. Tidak, bukan. Saat itu, ia sudah tidak bisa lagi menyebutnya sebagai "biasa".
... Waktu berjalan begitu cepat ....
"Terkadang begitu pulang dari gereja, kamu kelihatan sangat senang. Apa ada sesuatu yang menyenangkan?"
Evangeline Frederick, manusia yang ia manipulasi untuk menjadi kakaknya, satu hari berkomentar demikian. Mungkin kalau Eva tidak berkomentar begitu, Lucifer tidak akan pernah menyadarinya ..., kenyataan bahwa ia begitu senang begitu "seseorang" memasuki pandangannya setiap ia menginjakkan kakinya di gereja.
Benar, ada seseorang yang membuat hidupnya yang membosankan lebih menyenangkan. Seseorang yang seharusnya tidak membuatnya merasa seperti itu. Orang itu ... orang yang memegang serpihan kekuatannya ..., orang yang harus dibasminya ....
Tidak, bukan Mammon. Orang itu sama sekali bukan Mammon, tidak peduli seperti apa pun Mammon memercayai bahwa orang itu adalah dirinya.
Makanya, begitu ia melihat Mammon akhirnya memulai usahanya membuat orang itu menjadi dirinya, Lucifer tidak tahan untuk menyadarkan Mammon akan kebodohannya itu.
"Wah, ternyata aku enggak salah lihat .... Kamu Val Gregory, 'kan?"
Ketika Lucifer rmenemukan Val Gregory lagi, kesadaran pemuda itu tidak lagi menguasai tubuhnya. Yang ada adalah Mammon, Si Raja Iblis dari Keserakahan, tengah menguasai tubuh itu dengan sedikit kesadaran Val Gregory yang masih memengaruhi jiwa Sang Raja.
Ah, salah, ya. Bukan Val Gregory lagi. Anak itu ....
"Oh, iya, kamu enggak mau berterimakasih padaku ...? Berkatku, kamu bisa mengambil tubuhmu kembali, 'kan, Valac?"
Bukan Val Gregory, nama aslinya Valac, anak dari Mammon. Dengan kata lain, anak itu adalah iblis ... yang harus dibasminya.
Dirinya mengenal Val Gregory yang tinggal di gereja bukanlah atas sebuah kebetulan. Ia tahu serpihan dirinya ada di dalam bangunan itu ... bersama dengan anak Mammon yang disembunyikan di bawah naungan komunitas gereja. Ia terus bolak-balik ke gereja itu untuk mengawasi Valac, memastikan apa Mammon sudah bangkit kembali atau belum. Tentu saja interaksinya dengan Valac juga bukan hal yang bisa dihindari.
Namun, ia tidak pernah menyangka interaksinya dengan Valac itu akan jadi suatu kesalahan fatal baginya.
"Linus, kau ini benar-benar anak baik, ya."
Satu hari, Valac berucapa demikian padanya ketika mereka duduk berdua menunggu Bapa Gregory di dalam gereja. Ketika Lucifer bertanya mengapa anak itu berkata demikian, begini jawab Valac,
"Habis, kamu rajin ke gereja. Lalu, kamu juga duduk di sebelahku yang sendirian padahal bisa cari tempat lain setelah menanyakan soal Bapa padaku. Seharusnya kamu tahu ini akan jadi canggung karena kita tidak begitu dekat. Eh, bukannya maksudku tidak mau duduk denganmu karena canggung, ya! Maksudku ..., um, terima kasih sudah menemaniku ...?"
Lucifer tahu anak itu iblis, anak dari raja iblis. Valac bukan temannya, dan Lucifer pun awalnya tidak berniat jadi temannya. Namun, entah bagaimana, ada sesuatu dalam diri anak itu yang membuat Lucifer tertarik.
Valac berbeda dengan Mammon maupun para raja iblis yang dulu mengalahkannya. Ia iblis, namun entah mengapa terasa begitu murni. Sangat aneh mengingat anak itu adalah keturunan raja iblis. Mungkin itu pengaruh karena anak itu sejak awal dibesarkan sebagai manusia—ditambah lagi, dirawat di lingkungan gereja.
Setelah hari itu, setiap mereka bertata mata, Valac selalu menyapanya. Lucifer yang dalam penyamarannya sebagai Linus membalas sapaan anak itu dengan senyuman. Gejolak aneh muncul dalam dirinya menerima sapaan riang dari iblis semacam Valac.
Tanpa ia sadari, ia mulai menikmati setiap kedatangannya ke gereja dan setiap kali matanya menangkap sosok Valac di sana. Bersamaan dengan hal itu, rasa gelisah mulai muncul dalam dirinya. Aliran waktunya yang tadinya terasa begitu lambat mulai kembali seperti biasa ... dan kali itu terasa terlalu cepat. Ia tidak ingin waktunya untuk balas dendam datang secepat apa yang diinginkannya sebelumnya ... karena Lucifer tahu, ketika waktu itu tiba ... ia harus membunuh Valac juga ....
Mungkin karena itu juga ia merasa tidak tenang begitu mengertahui Owen Gregory sudah meninggal dan Valac menghilang dari gereja. Ia memang bisa melacak apa pun yang bisa dilakukan Mammon dengan kekuatannya, namun ia tidak bisa melacak keberadaan Valac yang tidak bersama dengan serpihan dirinya.
Begitu ia menemukan kembali sosok Valac bersama dengan Orias—keturunan raja iblis yang dengan kurang ajar yang suka mendekati Eva tanpa tahu posisi—Lucifer pun jadi senang tidak terkendali. Ia bergerak cepat, mencari alasan untuk mengunjungi tempat tinggal Orias dan memastikan bahwa apa yang dilihatnya tidak salah. Sayang ketika itu, Mammon sudah mengambil alih tubuh Valac—tentu Lucifer sejak awal bukannya tidah tahu menahu akan hal itu.
Sejujurnya, sampai sekarang pun—sampai saat di mana ia akhirnya sudah membunuh Mammon dan membuat Valac yang berhasil mengambil alih tubuhnya lagi dan memperjelas posisi anak itu sebagai musuhnya—Lucifer masih tidak paham mengapa ia begitu terobsesi dengan Valac. Saking terobsesinya, ia sampai mninggalkan bekas di tubuh Valac ketika menyerang Mammon waktu itu. Ia tidak ingin dilupakan, sebutlah begitu.
Walau sebentar, ia berpikir ingin kembali menghabiskan waktunya bersama Valac sebisa mungkin—bagaimanapun caranya—mungkin karena itulah ia memanasi pemuda itu dan menciptakan berbagai kondisi agar pemuda itu tanpa sadar memilih untuk menyusulnya.
"Sekarang semua terserah kamu .... Kamu bisa saja melupakan semuanya dan hidup di dunia manusia ..., atau kamu akan menghentikanku ... dan bertarung demi iblis yang kamu benci ...?"
Membunuh teman-teman Valac ..., semuanya adalah bagian dari rencana Lucifer. Ia ingin memancing Valac keluar ... dan sekaligus membunuh semua hal yang berhubungan dengan "Val Gregory" hingga Valac tidak punya pilihan selain menerima identitas aslinya dan pergi mengejarnya—musuh dari ras aslinya. Bagi Valac yang ingin menjadi manusia biasa, teman-teman dekat yang ia selama hidup mengenalnya sebagai manusia pasti sangat penting baginya, bukan? Kalau dengan membunuh hal yang penting bagi Valac akan membuat iblis itu mengikutinya, Lucifer akan dengan senang hati melakukannya.
Dendamlah, lalu susullah aku. Buat hidupmu hanya untuk mengejarku, Valac.
Karena bagi Lucifer yang sekarang, selain menghabisi para iblis, bersenang-senang dengan Valac sampai iblis itu mati di tangannya adalah ambisi yang harus dipenuhinya.
.
.
"... Sampai jumpa di dunia iblis ...."
... Aku menunggumu ....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Irregulars
Fanfiction-Aegis Orta- [Fanfictions Collection] Seingin apa pun, kau maupun aku tidak akan bisa menjadi biasa. Kita ini tidak biasa. Panggung sandiwara harus dibubarkan, kau harus sadar bahwa dirimu bukan apa yang mereka sebut "biasa". Oh, ya, kamu tidak ingi...