Pernahkan kamu merasa hidup seperti neraka berjalan?
Sepeninggal ayah angkat dan teman-temannya, Valac merasa seperti itu. Ke mana pun ia melangkah, pikiran tentang mereka—orang-orang terkasihnya yang pergi mendahuluinya—selalu menghantuinya.
Valac bukannya ingin, namun keadaan membuatnya merasa seperti berada di neraka ke mana pun ia pergi, seakan neraka itu sendiri yang mengikutinya.
Ia merasa dadanya sesak, sedih, menderita karena kehilangan semua orang yang dicintainya. Akan tetapi, yang menantinya di balik segala rasa sesak itu bukanlah kelegaan, melainkan kenyataan pahit lain yang harus dihadapinya: dikhianati orang yang dipercaya, menanggung identitas yang paling tidak diinginkan. Mengeluarkan semua kegundahannya pun tidak jadi jalan keluar, karena ia tidak merasa lebih baik dengan melakukan itu.
Yang bisa dilakukannya hanya ... menyimpan semuanya sendiri ... sembari berharap semua akan jadi lebih baik dengan sendirinya. Semua terus berjalan seperti itu.
Semua akan baik-baik saja. Semua akan surut pada waktunya. Semua akan—
"Kamu tidak baik-baik saja."
Lucifer berucap dengan wajah datar, memotong rentetan sugesti yang bisa didengarnya itu. Lengannya mendekap erat tubuh Valac yang lemas, bagai tidak hidup.
"Kamu tidak pernah baik-baik saja ... karena aku sudah memastikan bahwa aku telah merusakmu dengan baik."
Senyum tergores di wajah Lucifer. Lengannya mendekap tubuh Valac semakin dekat dengannya. Disandarkannya kepalanya ke atas rambut Valac, mengusap-ngusapkan wajahnya di sana hingga helaian pirang yang menutupi kepala Valac bergerak-gerak.
"Kasihan, ya, kamu. Gara-gara aku, kamu jadi menyedihkan begini."
Berkebalikan dengan ucapan belasungkawa yang keluar dari mulutnya, senyum Lucifer tampak begitu puas kala menatap Valac saat itu. Permata merahnya memandang Valac, melihat bagaimana pemuda dalam dekapannya itu hanya diam dengan permata delima yang begitu kosong. Pemuda itu bagaikan mati, dan Lucifer rasa itu memang benar adanya.
Valac sudah mati ..., setidaknya, mentalnya untuk melawan sudah mati. Lucifer yang membuatnya seperti itu. Seharusnya anak itu sudah lebih baik setelah bertemu ibunya, namun hanya dengan membuat perasaan negatif Valac menjadi lebih dominan seperti yang dahulu dilakukannya pada Mammon ketika sang raja kerasukan itu mengambil alih tubuh Valac, anak itu jadi "lumpuh".
"Aku tidak akan membiarkanmu mati begitu saja. Kamu harus tetap bersamaku, Val. Itu lebih buruk daripada dilenyapkan, bukan?"
Lucifer melirik intens Valac yang bahkan tidak melihat ke arahnya, terus menatap kosong ke depan. Sesuatu mengalir di sebelah sisi wajah Valac, membuat Lucifer menyipit berbahaya.
"Kamu menderita, ya? Hahaha .... Memang seharusnya begitu. Aku akan pastikan kamu menderita bersamaku, menderita jauh lebih dan lebih banyak lagi."
Berlawanan dengan ucapannya yang terdengar begitu kejam, nada bicara Lucifer terdengar begitu lembut, begitu juga ekspresi wajahnya, bagai menyampaikan ketulusan dengan cara yang tidak pantas. Senyumnya tampak begitu polos, bagai tidak berdosa.
Dahulu, senyum itu juga yang membuat Valac tertipu oleh "Linus".
"Linus" adalah sosok yang digunakan Lucifer untuk menyusup dalam kehidupan Valac. Sosok Linus adalah roda gigi yang perlahan terus bergerak menghancurkan hidup Valac. Lalu sekarang, "Lucifer" adalah sosok di balik Linus yang akan memastikan bahwa Valac tetap hancur.
Baik sosok Linus maupun Lucifer, yang mana pun akan membekas dalam diri Valac ... karena keduanya telah mencuri hal-hal berharga dalam hidup Valac.
Lucifer terus memandang Valac, bagai memandang sebuah karya seni yang begitu agung.
"Tetaplah tenggelam dalam kekalutanmu. Dengan begitu, kita akan bersama selamanya."
Dalam dimensi kecil buatan Lucifer, tubuh Valac terus didekap posesif. Bagai boneka, Valac tidak bergerak. Hanya air mata yang terus mengalir tanpa henti dengan pandangan kosong.
Bagi Lucifer, apa yang dilakukannya merupakan hal yang wajar. Valac jadi begitu, semua karena salah iblis itu sendiri.
Itu konsekuensi karena Valac sudah lancang sebagai iblis, menapak di area yang tidak sepantasnya.
Semua itu merupakan konsekuensi ... karena Valac membuat Lucifer goyah untuk menghabisinya.
Benar. Kalau memang sanubari dan takdir tidak membiarkannya membubuh Valac, maka sudah sepantasnya Lucifer memastikan Valac hancur dalam jangkauannya, bagaimanapun caranya.
Selamanya, Lucifer akan pastikan anak itu jadi hal terkacau yang pernah dimilikinya.
————————————————————
A/N:
Halo, semua! Saya datang lagi bawa fanfiksi singkat! Sebenarnya cerita ini sudah di draft saya sejak beberapa bulan lalu, tetapi baru saja selesaikan beberapa hari belakangan, soalnya agak bingung melanjutkannya plus ditiban kewajiban. Cerita ini memang tidak panjang, tetapi saya harap ada yang menikmatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Irregulars
Fanfiction-Aegis Orta- [Fanfictions Collection] Seingin apa pun, kau maupun aku tidak akan bisa menjadi biasa. Kita ini tidak biasa. Panggung sandiwara harus dibubarkan, kau harus sadar bahwa dirimu bukan apa yang mereka sebut "biasa". Oh, ya, kamu tidak ingi...