Note:
Latar cerita ini di dunia iblis, ketika Kerajaan Mammon masih berdiri kokoh, dengan perandaian kalau Baal tidak menyerang dan Val besar di kerajaan ayahnya.
————————————————————
Setiap anak kecil pasti punya pengasuh favorit mereka. Valac yang masih berusia 7 tahun pun demikian adanya.
Di istana tempatnya tinggal, Valac punya beberapa pengasuh yang dipekerjakan untuk menjaganya sedari kecil. Dari sekian pengasuh itu, tentu Valac punya favoritnya sendiri.
"Uuuung ...."
Valac berbaring di atas tempat tidurnya, menarik selimut sampai menutupi mulut.
Kamarnya sudah gelap, hanya diterangi oleh lampu tidur berwarna oranye yang begitu remang. Walau begitu, Valac masih tidak bisa tidur. Ia terus melirik pintu, menanti seseorang.
Ada satu yang dinanti-nanti Valac hampir setiap malam sebelum tidur: kehadiran orang yang datang dan membawakannya sesuatu untuk pengantar tidur. Kadang, ibunya yang datang membawa susu hangat dan membacakannya cerita pengantar tidur. Kadang juga, Phenex datang hanya dengan membawa air—katanya minum air sebelum tidur itu bagus untuk kesehatan. Ah, juga ada Decarabia yang kadang datang untuk menggantikan ibunya atas perintah sang ratu sendiri. Kadang juga, ayahnya yang masuk dan malah meledeknya karena tidak bisa tidur—benar-benar ayah yang mengesalkan.
Tetapi, ada kalanya tidak ada siapa pun yang datang karena sang ratu terlalu sibuk, bahkan sampai tidak sempat menyuruh salah seorang bawahannya untuk mengantar anaknya berjelajah ke dunia mimpi.
Ah, benar, kalau sudah terlalu lama seperti ini, berarti memang tidak akan ada yang datang.
Valac menyibak selimutnya, kemudian dengan cepat melompat turun dari kasurnya yang besar. Tungkai-tungkai kecil anak itu berlarian, menuju ke arah pintu kamar. Ia membuka pintu kamar, tersenyum karena sana seperti malam-malam biasanya: pintu kamarnya tidak dikunci.
Setelah beranjak keluar dan menutup rapat kembali pintu kamarnya, Valac berjalan pelan menyusuri koridor di luar kamarnya.
Jujur, Valac agak takut berjalan di sana ketika malam hari karena koridor itu terlalu sepi. Ia ingat salah satu bawahan ayahnya pernah cerita kalau bisa saja muncul monster mengerikan di malam hari. Valac, 'kan, tidak sekuat ayahnya. Kalau bertemu monster, ia bisa mati!
"Uuuh ...."
Valac menggeleng-geleng. Tidak boleh takut! Ia harus tetap berjalan dan mencari ibunya atau salah satu bawahan orang tuanya!
Lebih bagus lagi kalau ia berhasil menemukan ibunya atau Decarabia. Valac senang kalau ibunya menemaninya sebelum tidur, namun Decarabia juga favoritnya karena pria itu sangat pintar memilih dongeng untuk mengantarnya tidur. Bahkan cara pria itu bercerita sangat menarik. Biasanya, tanpa sadar Valac akan tertidur karena terbawa dalam nada bercerita lelaki itu yang lama-lama semakin pelan untuk membuatnya mengantuk.
Valac menoleh ke sana-sini, mencari keberadaan manusia di sekitarnya. Ia meremas baju tidurnya, menahan rasa takut.
"Hm, Pangeran?"
Valac terhenti saat mendengar suara memanggilnya. Kepalanya yang tadinya tertunduk mendongak perlahan. Kemudian, muncul sesosok pria yang berjalan ke arahnya. Valac hampir saja mendesah kecewa karena itu bukan sosok Decarabia walau pakaiannya sama-sama serba hitam.
Ia tidak kenal pria itu.
"Kenapa Anda ada di lorong kamar pelayan? Sudah malam, 'kan?"
Pria itu berjongkok di hadapannya, bertanya sembari tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Irregulars
Fanfiction-Aegis Orta- [Fanfictions Collection] Seingin apa pun, kau maupun aku tidak akan bisa menjadi biasa. Kita ini tidak biasa. Panggung sandiwara harus dibubarkan, kau harus sadar bahwa dirimu bukan apa yang mereka sebut "biasa". Oh, ya, kamu tidak ingi...