Arilla terduduk di bangku taman pinggir jalan. Tak sanggup lagi melanjutkan langkahnya. Tubuhnya serasa lemas dan dadanya sesak luar biasa. Tangisnya meledak. Air matanya berjatuhan seiring dedaunan yang berguguran dari tangkai pohon yang menaunginya.Kejutan yang luar biasa. Ya, tak menduga justru dirinya sendiri yang mendapatkan kejutan itu.
Apa yang terjadi sebenarnya? Sesaat yang lalu dia masih diliputi perasaan bahagia tak terlukiskan karna setelah memendam kerinduan sekian lama, akhirnya dia akan bertemu dengan kekasihnya. Aryan.
Tapi apa yang ia dapatkan? Mengapa jadi begini?
Arilla meraung, menangis sesugukan. Tak peduli pandangan mata beberapa orang yang melintasinya. Dunianya seakan telah runtuh. Ia luapkan rasa sakit yang sudah ia tahan sejak dari apartemen Aryan tadi.
Samar- samar terdengar suara langkah berlari mendekat. Arilla mengangkat pandangannya. Dan melihat Aryan berlari ke arahnya. Mungkin lelaki itu berpakian lebih dulu, sebelum mengejar kepergian Arilla karna tadi dia masih bertelanjang dada.
"Rill ... tunggu dulu! Aku bisa jelasin semuanya, Sayang! Aku mohon!" Nafas Aryan terengah. Ia berjongkok di hadapan lutut Arilla.
Arilla hanya menatapnya dengan isakan tangis yang terus terdengar. Wajahnya sudah kacau karna lembab oleh air mata. Ia tak sanggup bahkan untuk sekedar berkata- kata.
Aryan meringis seraya menundukkan wajahnya. Tampak menyesal luar biasa. Kedua tangannya menggenggam erat tangan Arilla di pangkuan gadis itu.
Aryan saksikan dengan jelas, wajah Arilla dengan kehancuran tergurat nyata. Tangis kesakitannya seolah memilikki kekuatan yang bisa mempercepat guguran dedaunan di tempat mereka berada.
Perasaannya ikut hancur menyaksikan kepedihan gadis itu.
"Apa yang sudah kamu lakukan yan? Apa?" pekik Arilla di sela tangis.
Aryan menundukkan kepalanya ke pangkuan gadis itu. Sungguh menyesal. Sangat menyesal.
"Kenapa kamu lakukan ini sama aku? Hhk ...hhk ... kenapa?" Tangis Arilla menderu.
"Biar aku jelaskan ..." Aryan memohon.
"Olivia dalam keadaan terpuruk. Orang tuanya bercerai dan dia datang kemari dengan uang seadanya. Dia hanya kenal aku di sini. Aku enggak tega Rill. Makanya aku ngasih dia tumpangan karna di apartemen ada kamar kosong. Dia sedang tertekan, aku hanya berusaha membantu sebisa aku. Percaya, Sayang ... enggak ada apa- apa antara aku sama dia. Dia hanya menumpang sebentar saja. Enggak ada yang terjadi di antara aku sama dia!" jelas Aryan tampak sungguh- sungguh.
Arilla tak menyahut. Masih berusaha meredakan tangisannya.
"Dia enggak punya pilihan, Rill. Dia sedang menenangkan diri karna kondisinya sedang sangat down. Aku hanya membantu sebagai seorang teman, percayalah ...!" lanjut Aryan dengan wajah mengiba kepercayaan dari Arilla.
Arilla mengeraskan rahangya. Nafasnya tersengal karna amarah yang mulai menyeruak.
"Kamu bilang dia enggak punya pilihan? Ha?" Mata Arilla membundar.
"Apa kamu sepolos itu, Aryan?!" Arilla berang.
"Dia bisa memilih untuk tidak datang ke tempat ini, kan? Kamu pikir dia datang dari Jepang ke Melbourne cukup dengan menumpang taksi? Karna nyasar, begitu? Atau karna salah naik pesawat? Kenapa dari sekian tempat di dunia ini dia harus mendatangi Melbourne? Apa teman yang dia milikki cuma kamu?" hentak Arilla dengan wajah memerah.
Aryan menundukkan wajahnya. Berusaha tak sampai menangis. Ia terima kemarahan Arilla. Atau apapun yang ingin dilakukan kekasihnya itu padanya sekarang, dia akan terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER LOST (ARYAN 2)
Storie d'amore18 + Squel dari kisah cinta ARYAN dan ARILLA.