Empat - Reaza Fauzan

49 14 4
                                    

Sekarang sudah satu minggu Asta berada di sekolah barunya. Teman-temannya sangat ramah, dan kemarin Asta memilih Sania untuk dia angkat menjadi sahabatnya. Sania jelas saja merasa senang. Menurut Sania, Asta berbeda dari teman-temannya yang lain, dan yang terpenting mereka sama-sama pencinta novel.

Seperti sekarang, Asta dan Sania berada di taman sekolah dengan novel di masing-masing tangan. Mereka seperti memiliki dunianya sendiri.

"Selesai." Ucap Asta sambil merenggangkan tubuhnya.
Sania melirik Asta dan lanjut membaca novelnya, hingga beberapa menit Sania selesai membaca.

"Novel lo keren-keren deh, Ta." Puji Sania lalu mengembalikan novel Asta.

"Novel lo juga keren." Jawab Asta yang juga mengembalikan novel Sania.
Mereka memang bertukar novel sejak kemarin.

"San, gue perlu ke toilet deh kayaknya. Udah di pucuk. Titip novel!" Asta berlari kecil menuju toilet dan meninggalkan Sania yang mendengus kesal karena di tinggal.

Asta memasuki toilet dan langsung masuk kesalah satu bilik yang terbuka dengan buru-buru.
Setelah selesai dengan urusannya Asta berjalan ke arah wastafel untuk mencuci tangan lalu setelah itu keluar dan berjalan kembali ke kelas.

Di tengah perjalanannya, pak Bagas memanggilnya untuk mendekat. Asta yang bingung karena tumben sekali guru BK memanggilnya pun mau tidak mau harus berjalan mendekat.

"Kenapa pak?"

"Kamu mau bantu bapak enggak?" Tanya pak Bagas.

"Bantu apa?"

"Bantu bawain anak yang namanya Reaza Fauzan kelas 12 IPS 1 ke ruangan bapak ya. Anak-anak pada nggak mau, jadi kamu saja. Nanti bapak kasih kamu materi BK yang ketinggalan ke kamu. Bapak tunggu." Ucap pak Bagas lalu berjalan masuk ke ruanganya.

Asta melongo, kenapa harus dirinya. Tetapi, Asta membutuhkan materi BK tersebut, karena dia ketinggalan banyak. Di sekolah ini materi BK menjadi salah satu mata pelajaran untuk kelulusan.

Menghelas nafas kasar, akhirnya Asta memilih berjalan ke arah kelas IPS, lebih tepatnya 12 IPS 1. Sepertinya yang bernama Reaza Fauzan itu pintar, terbukti dari kelasnya.

Selama perjalanan, lumayan banyak yang memandangnya, membuat Asta gugup dan risih. Mungkin karena Asta tidak pernah menginjakan kaki di kelas IPS.

Sesampainya di depan kelas 12 IPS 1, Asta menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Di ambang pintu Asta mengetuk pintu perlahan.
Kelas yang semula sangat ramai tiba-tiba menjadi hening, memandang Asta dengan bingung. Asta meneguk ludahnya kasar.

"Cari siapa?" Ucap salah satu siswa yang Asta tebak adalah ketua kelas 12 IPS 1.

"Maaf, gue lagi cari yang namanya Reaza Fauzan."

"Itu di belakang lo."
Jawaban siswa itu membuat Asta mengernyit bingung.

"Hah?"

"Yang lo cari di belakang lo."

Sontak Asta membalikan tubuhnya. Matanya melihat seorang siswa yang di kenalnya. Aza, Vindo, Gandi, dan Eka.

"Loh, mana Reaza Fauzan nya?" Tanya Asta bingung.

Vindo tertawa kencang dengan mulut lebarnya, lalu berkata "itu depan lo, Ta. Si Aza."

"Hah? Reaza Fauzan itu Aza?" Tanya Asta Lagi.

Asta terus menggumamkan nama Reaza Fauzan dan baru menyadari jika ada kata 'Aza' di tengahnya. Astaga kenapa dirinya bodoh sekali sih.

"Iya Reaza itu Aza." Jawab Eka santai.

Different BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang