Lima - Memulai

58 11 3
                                    

Pagi ini Asta memilih untuk naik taksi ke sekolah. Asta marah. Tadi saat sedang sarapan Bian menjahilinya. Mungkin menurut orang lain biasa saja, tetapi tidak dengan Asta ketika dirinya sedang dalam masa menstruasi. Emosinya naik turun, tidak bisa di ajak bercanda. Semua perempuan pasti merasakanya.

Setelah membayar taksi dan turun Asta berjalan ke arah gerbang. Tidak akan ke kelas dulu karena dia akan pergi ke kantin membeli makanan.

Sesampainya di kantin Asta memilih nasi goreng sebagai sarapanya. Kantin tidak terlalu ramai karena masih pagi jadi Asta memilih tempat duduk di tengah.

"Rakus sekali."

Saat sedang fokus dengan sarapanya Asta mendongak dan menemukan satu laki-laki dengan wajah datar seperti biasanya.

"Apa?" Tanya Asta.

"Tidak, lanjutkan saja makanmu." Jawab Aza sembari duduk di depan Asta dan memperhatikan Asta dengan wajah datar itu.

"Lo mau?" Tawar Asta salah paham ketika Aza memperhatikanya.

Aza menggeleng.
Asta mengedikan bahu tidak perduli lalu melanjutkan makan sampai habis.
Tidak ada percakapan setelah itu sampai Asta menghabiskan makanan dan minumannya.

Membersihkan mulutnya dengan tisu lalu menatap Aza dan berkata, "lo lagi apa disini? Oh, atau lo berubah pikiran buat ke ruangan pak Bagas sama gue?"

Aza tidak menjawab pertanyaan Asta, dia malah melepaskan jaketnya lalu menyodorkannya ke arah Asta.

Asta menatap jaket Aza bingung.

"Apa?"

"Jaket saya."

"Iya gue tau, maksud gue lo mau apain tuh jaket lo?"

Asta menatap tidak habis pikir ke arah Aza. Sebenarnya apasih yang dipikirannya. Sudah wajahnya datar sekali.

"Tolong simpan dan kembalikan jika saya menagihnya."

"Maksud lo gimana sih?" Tanya Asta bingung.

"Saya bilang, tolong simpan jaket saya dan kembalikan jika saya menagihnya." Jelas Aza sekali lagi.

"Lah, kenapa harus gitu?"

"Biar saya punya alasan untuk bertemu kamu lagi." Jawab Aza lalu berjalan pergi keluar kantin.

Asta masih melongo dengan perkataan Aza tadi. Tanpa sadar tangannya menyentuh dadanya. Kenapa jantungnya berdetak lebih kencang setelah mendengar ucapan Aza?

***

Sekarang jam istirahat, Asta dan Sania seperti biasanya berada di taman untuk menukarkan novel mereka dan mulai membacanya.

Taman ini berada di tengah-tengah kelas IPA dan IPS. Di depan kelas IPS, Aza dan teman-temannya sedang duduk sambil bercanda. Walaupun Aza hanya menanggapinya dengan wajah datar.

Karena suara tawa Vindo dan Gandi yang keras membuat Asta tidak fokus dengan novelnya. Mendengus kasar lalu melirik ke arah suara tawa tersebut.

Alih-alih menatap objek yang menggangunya, mata Asta malah menatap Aza yang sedang duduk tenang dengan muka tanpa ekspresinya itu.
Asta jadi mengingat percakapannya dengan Sania tadi pagi soal kedua pipi Asta yang memerah sepulang dari kantin. Itu semua gara-gara Aza.

Kerena terlalu serius memikirkan kejadian tadi pagi sambil menatap Aza, Asta tidak sadar jika Aza juga membalas tatapan Asta.
Setelah sadar akan lamunannya, Asta kelabakan dan berusaha bersikap tenang dengan pura-pura fokus membaca novelnya.

Different BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang