O4. Cuatro

55.9K 6K 1.8K
                                    

Dor!

Dor!

Jeno menurunkan tangannya, melepas kacamata pengaman yang ia gunakan sembari melihat hasil tembakannya pada papan berbentuk bulat yang berada sekitar 7 meter di hadapannya. Sore ini ia sedang berlatih menembak bersama Mark, rutinitas yang selalu dilakukannya jika tidak ada jadwal.

"Seperti biasa, skormu sempurna." sahut Mark yang menembak di sampingnya. "Istirahat dulu, Lee. Ayo."

"Baiklah."

Kedua lelaki itu meletakkan pistol mereka dan berjalan menuju kursi yang berada di belakang. Dua gelas jus jeruk serta sepiring kudapan khas Amerika berada di atas meja untuk menemani sesi istirahat mereka.

"Malam ini kita akan pergi ke Jepang," ucap Mark setelah meletakkan gelas jusnya. "Kita akan berada disana selama 2 hari."

"Dua?" Jeno terdiam. Berada di Jepang selama dua hari? Itu berarti dia akan meninggalkan Jaemin selama dua hari juga.

Entah kenapa ada sedikit rasa tidak rela di hatinya.

"Yah, Park Chanyeol dari klan Park membutuhkan bantuan kita untuk menuntaskan para Yakuza di daerah Osaka." Mark menatapnya. Ia mengerutkan keningnya saat melihat ekspresi Jeno, "Hei Lee, kau kenapa?"

"A.. Ah, tidak." jawab Jeno. Pemikiran bahwa dia akan meninggalkan Jaemin terus melintas di kepalanya, membuat hati Jeno terasa berat. Bisa saja dia mengajak Jaemin, tapi sejak hari dimana ia meminta maaf pada lelaki bermarga Na itu, Jeno sudah berkomitmen bahwa dia tak akan pernah lagi memaksa kehendaknya pada Jaemin.

"Aku akan mempersiapkan senjata sekarang," ucap Mark sembari bangkit dari kursinya. Jeno pun mengikutinya, "aku mau menjemput Jaemin. Tolong titip peralatanku Hyung."

Mark mengangguk. Jeno lantas berjalan cepat menuju kamarnya untuk mengambil kunci mobil serta coatnya sebelum pergi menjemput Jaemin.

Sekaligus berpamitan padanya.

•••

Jaemin mengusap keringat yang membasahi wajahnya setelah hampir setengah jam berlari mengitari lapangan untuk tes sebelum menjadi anggota tim basket sekolah. Nafasnya memburu, tentu saja karena lelah. Lapangan itu berluas hampir sebesar stadion American Football, jadi tenaga Jaemin cukup terkuras bahkan hanya untuk 2 keliling.

"Minum dulu,"

Pemuda itu mendongak, menatap Lucas yang sedang menyodorkan sebotol air mineral dingin serta kain. Jaemin menerimanya dengan senyuman, "terimakasih Lucas."

Lucas mengangguk sembari mendudukan tubuhnya di sisi Jaemin, "sama-sama. Ngomong-ngomong, kau kuat juga. Kau bisa mengitari lapangan ini sampai 10 keliling. Dulu aku saja hanya sanggup 8." ucapnya. Jaemin menoleh setelah menghabiskan sebotol air yang diberi oleh Lucas, "benarkah? Entahlah, aku memang suka berlari. Saat di Korea aku pernah mengikuti kompetisi lari berjarak 400 meter."

"Apa kau memenangkannya?"

"Tidak, aku hanya mendapat perak."

Sekali lagi Lucas mengangguk. Jaemin pun kini sibuk membersihkan jejak-jejak keringat di leher serta wajahnya dengan kain pemberian Lucas tadi. Tapi tiba-tiba, Lucas bangkit dan berjongkok di hadapannya. Meraih kain itu lalu menepuk-nepuknya pelan pada pipi Jaemin yang terkejut akan perbuatannya.

A Mafia Bride ➳ nomin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang