"Eung.. Lalu ini.. Bagaimana ya?"
Jaemin menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal sembari memandangi sepanci kecil sup ayam buatannya—yang sebetulnya lebih cocok disebut sup ayam 'tersiksa' karena potongan-potongan ayamnya yang tidak begitu teratur, seakan Jaemin menyiksa ayam itu hidup-hidup sebelumnya. Sudah hampir 1 jam ia berdiam diri di dapur, membuatkan makan siang untuk Jeno—sebetulnya Jaemin terpaksa, karena Chenle sedang pergi bersama Haechan ke California.
"Setelah ini.. eung.." Jaemin meraih tabletnya, dimana resep membuat sup ayam terpampang di layar—sebelumnya ia mencarinya, bahkan Jaemin sampai rela menyuruh Kang Ahjussi untuk mencarikan wortel serta kentang karena dia tidak menemukannya di kulkas.
Well, bisa disebutkan dimanakah bagian terpaksanya? Jaemin justru lebih mengarah pada berniat membuatkan makan siang untuk Jeno.
"Ah! Masukkan wortel dan kentangnya lalu tunggu 10 menit lagi!" gumamnya. Jaemin lantas mengambil mangkuk kecil yang berisi potongan-potongan wortel serta kentang—yang juga 'tersiksa'—lalu memasukannya ke dalam panci bersamaan dengan ayam yang sudah merebus sejak tadi. Setelah 10 menit, ia memasukkan bumbu-bumbu, mengaduknya sebentar dan jadilah seporsi sup ayam 'tersiksa' buatannya.
"Tidak terlalu buruk.. mungkin?" Jaemin menggaruk tengkuknya lagi. Akhirnya ia pun memindahkan sup itu ke dalam mangkuk dan membawanya bersamaan dengan secangkir kopi yang sudah ia buat sebelumnya untuk Jeno. Melangkah menuju kamarnya yang ada di lantai dua dengan sedikit kepayahan agar kuah supnya tidak tumpah.
Tapi begitu sampai di depan pintu kamar, Jaemin termenung.
Apa yang sudah aku lakukan? Kenapa aku melakukan ini? Bukankah aku tidak peduli?
Pertanyaan-pertanyaan itu melintas di kepalanya. Jaemin tidak peduli pada Jeno, sungguh. Dia juga sudah tidak memiliki hati dan tak akan pernah memaafkan perlakuan Jeno selama ini padanya.
Tapi kenapa dia—
Prang!
Suara pecah dari dalam kamar membuat Jaemin tersadar dari pemikirannya. Ia membuka pintu kamar dan mendapati Jeno yang duduk di ranjang tengah menatapi gelasnya yang pecah di lantai. Ekspresinya terlihat begitu kesakitan—dan ada satu perasaan aneh di hati Jaemin saat itu juga.
"Jaemin?" Jeno mengangkat kepalanya. "Ta.. Tadi aku ingin mengambil gelas, tapi ternyata.. maafkan aku. Kau terkejut ya?" tanyanya dengan nada menyesal. Jaemin masih terdiam, memandangi pecahan gelas di lantai dan wajah Jeno secara bergantian.
Kenapa Jeno meminta maaf? Seharusnya aku yang meminta maaf padanya. Jika saja aku mau mengiyakan keinginannya untuk menemaninya makan malam sebelum pergi ke Jepang, pasti Jeno akan baik-baik saja—hei! Apa yang aku pikirkan?!
"Biar aku yang bersihkan, kau makan saja dulu, Jeno-ssi." ucap Jaemin sembari meletakkan nampan yang dipegangnya pada meja nakas. "Chenle sedang pergi ke California, jadi tidak ada yang memasak. Aku membuatkan sup ini untukmu, tapi jangan harap aku melakukannya karena aku peduli. Aku terpaksa, dan aku tidak mau kau kelaparan. Jadi, cepat makan."
Jeno terdiam, menatap sup yang Jaemin buatkan untuknya beserta dengan secangkir kopi yang masih beruap. Sebetulnya dia agak 'ngeri' melihat bentuk potongan ayam, wortel serta kentang pada sup itu, tapi rasa lapar membuatnya buta dan baginya, itu tidak terlalu buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mafia Bride ➳ nomin ✔️
ActieNa Jaemin, murid kelas 3 SMA-sangat tidak menyangka jika kehidupannya akan berubah 180 derajat sejak ia pulang dari tugas kelompoknya. Ia melihat seseorang terbunuh di hadapannya-dan si pembunuh yang seorang mafia ingin menikahinya. Warning! 18+ Adu...
