O6. Seis

58.4K 5.2K 2K
                                    

"Hnghh.."

Jaemin membuka sepasang matanya, mengerang pelan sembari menggerakkan tubuhnya. Cahaya matahari yang nampak menembus dari sela-sela tirai jendela mengusiknya, membuat pemuda bersurai pirang itu sedikit menyipitkan matanya lagi.

"Sudah bangun?"

Ia sontak menoleh saat mendengar suara yang tepat berada di sisinya menyapa gendang telinganya. Sang pemilik suara tersenyum teduh padanya-yang tentu membuat sepasang pipi Jaemin merona tipis.

Entah kenapa, sejak kemarin senyuman Jeno selalu membuat pipinya memerah disertai sensasi degupan jantung yang tidak biasa.

"Se.. Selamat pagi, Jeno-ssi." ucapnya dengan suara serak khas orang bangun tidur. Jeno terkekeh kecil dan mengangguk, "selamat pagi juga. Bagaimana tidurmu semalam? Nyenyak?"

Kali ini Jaemin yang mengangguk. Ia ingat, tadi malam setelah ia melampiaskan semua hal yang mengganjal pikirannya pada Jeno, lelaki itu langsung membawanya ke ranjang lalu memeluknya sembari membisikinya lirih layaknya sebuah lullaby yang membuat Jaemin mengantuk. Jaemin tidak menolaknya, dia justru menikmatinya. Tidurnya pun menjadi lebih nyenyak daripada biasanya.

"Kau akan pergi ke sekolah jam berapa, Jaemin?" tanya Jeno seraya mengubah posisi tubuhnya untuk menghadap langsung pada Jaemin. Lehernya terasa pegal, jadi daripada terus menoleh lebih baik ia mengubah posisinya.

"Jam 10. Memangnya kenapa?" tanya Jaemin balik. Jeno menatapnya lekat selama beberapa detik. Lalu, ia menggerakkan jemarinya, mengelus dan mengusap wajah Jaemin yang membuat sang empunya terkejut.

"Jen.. Jeno-ssi?"

"Jaemin, kenapa kau begitu sempurna?"

Jeno mendekatkan wajahnya secara perlahan, diam-diam Jaemin bisa merasakan deru nafas hangat pria bermarga Lee itu. Jantungnya berdetak kencang ketika jarak semakin mengikis wajahnya dengan wajah Jeno.

Tapi anehnya, dia sama sekali tidak menolaknya. Bahkan ketika akhirnya Jeno mencium bibir tipisnya. Awalnya hanya ciuman biasa, namun tiba-tiba saja Jeno menggerakkan kedua bibirnya yang tentu membuat Jaemin mengerang dan tanpa sadar membuka mulutnya. Detik itu lidah mereka menyatu, saling melumat dan melilit yang menghasilkan suara kecipak di seisi kamar.

"Hmmphhh-Jeno-ssi-" Jaemin melenguh tertahan. Jemarinya bergerak meremas sweater hitam yang membalut tubuh Jeno untuk melampiaskan sensasi menggelitik di bawah perutnya.

Kenapa rasanya sangat menyenangkan?

"Jaemin," Jeno menempelkan keningnya pada kening Jaemin begitu ciuman mereka terlepas karena kebutuhan oksigen. Jaemin sedikit terkesiap. Sepasang mata hitam Jeno kembali menatapnya lekat yang semakin membuat jantung Jaemin berdetak kencang.

"Bolehkah?" tanyanya dengan suaranya yang entah kenapa terasa lebih berat daripada biasanya. Jaemin tahu maksud Jeno, dia menginginkan seks. Tapi kali ini Jeno memintanya dengan halus dan tanpa paksaan seperti saat mereka pertamakali menikah dulu.

"A.. Aku belum mandi.." jawabnya pelan-dia tidak menolaknya. Jeno terkekeh pelan sebelum berucap, "lalu? Tidak masalah Jaemin. Aku juga sama sepertimu."

Jaemin menggigit bibirnya sebentar untuk berpikir. Tak lama, ia mengangguk dengan rona merah yang semakin menjalar di wajahnya.

A Mafia Bride ➳ nomin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang