O2. Dos

71.7K 7.2K 4.1K
                                    

Jaemin menatap kosong cermin di hadapannya setelah Haechan dan Chenle menata wajah serta rambutnya sedemikian rupa untuk pernikahannya tepat malam ini. Tuxedo berwarna putih bersih membalut tubuh kurusnya, surai pirangnya turun menutupi keningnya—

Sebenarnya Jaemin sangat sempurna hari ini.

Tapi sayangnya dia sama sekali tidak bahagia dengan kesempurnaannya.

"Jangan menangis lagi, nanti eyelinermu luntur." tegur Haechan lembut sembari mengusap ujung mata Jaemin dengan tissue. Haechan dan Chenle ditugaskan oleh Jeno untuk mengurus Jaemin selama berada di Mansion pribadinya. Jadi, dengan sabar mereka merias dan menenangkan Jaemin yang tidak berhenti menangis sedaritadi.

"Everything is done?"

"Done," Chenle menoleh pada salah satu pengawal yang berdiri di depan pintu menuju altar. Ia menoleh, "Jaemin-ssi, ayo kita pergi." ajaknya. Haechan meraih lengan Jaemin dengan perlahan, yang diikuti oleh Jaemin—dengan sangat terpaksa. Langkah dan hatinya terasa berat. Jaemin tidak ingin melakukan semua ini—tapi bagaimana nasib Minhee nanti jika dia mati?

Aku merindukanmu Minhee-ah..

Haechan menggiring Jaemin menuju altar dengan perlahan, sampai setiap langkah terdengar di seisi gereja kecil tempat pernikahan dilaksanakan sekarang. Para pengawal terdekat Jeno nampak mengisi dua baris kursi bagian depan gereja. Suasana begitu khidmat dan hening. Jaemin mendongakkan kepalanya untuk menatap Jeno yang berdiri di depan altar begitu langkahnya terhenti—

Seulas seringai tercipta di ujung bibir lelaki bertuxedo hitam itu.

"Kau manis sekali," puji Jeno, tapi Jaemin sama sekali tidak tersanjung bahkan saat tangan lelaki Lee itu terulur padanya dengan maksud untuk menuntunnya menghadap altar. Ia menundukkan kepalanya lagi dan memilih untuk berdiri di sisi Jeno tanpa membalas ulurannya. Jeno masih menyeringai, justru semakin melebar.

"Kalian siap?" tanya pendeta yang kebetulan adalah orang Korea. Jeno mengangguk pasti, sementara Jaemin memilih untuk diam. Pendeta pun lantas membacakan beberapa hal dari kitab yang dipegangnya sebelum memulai sumpah. Jaemin meremas jemarinya dengan kuat dan air matanya mengalir semakin deras.

Beginikah akhirnya?

"Lee Jeno, apa kau bersedia menerima Na Jaemin sebagai istrimu dan menerima segala kekurangan serta kelebihannya?"

"Ya, aku bersedia."

"Na Jaemin, apa kau bersedia menerima Lee Jeno sebagai suamimu dan menerima segala kekurangan serta kelebihannya?"

"Aku.." Jaemin mengangkat kepalanya, membuat cahaya lampu gereja menerpa wajahnya yang dipenuhi air mata. Jeno menatapnya—

"..bersedia."

Dan setelahnya Jaemin sadar bahwa dirinya telah benar-benar berakhir pada Lee Jeno.

•••

Jaemin menundukkan kepalanya, matanya kembali menatap kosong cincin perak yang melingkar di jari manisnya. Pesta sudah selesai, kini ia sudah berada di Mansion milik Jeno.

Lebih tepatnya kamarnya bersama Jeno untuk selama-lamanya.

Suasana hening melingkupi dirinya saat ini karena pintu tertutup dan dia sengaja tidak menyalakan lampu kamar. Angin malam menghembus masuk ke dalam kamarnya, ia membuka pintu balkonnya. Membiarkan tubuh kurusnya yang masih terbalut tuxedo terbelai oleh angin yang masuk.

A Mafia Bride ➳ nomin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang