5 bulan pun berlalu.
Kini, Jaemin dan Jeno sudah menjalani kehidupan normal mereka di Korea. Jeno mengurus bisnis restorannya yang sudah cukup terkenal di pusat kota Seoul bersama Mark, Haechan dan Chenle. Jisung yang berkuliah di Seoul University bersama Renjun, Xiaojun dan Yangyang-sebelumnya saat Jaemin berkata bahwa ia ingin bertemu dengan Renjun, Jisung bilang ingin ikut dan akhirnya ia menjadi dekat dengan ketiga orang itu. Lalu Jaemin yang sibuk mengurus kehamilannya yang memasuki usia 5 bulan. Tadinya Jaemin ingin ikut mendaftar bersama Jisung, namun Jeno melarang hingga anak mereka berusia 6 bulan nanti-yang otomatis membuat Jaemin akan masuk kuliah di tahun depan.
Kehidupan mereka jauh lebih bahagia sekarang. Tanpa senjata, narkoba, serta pertumpahan darah. Jeno dan Mark serius untuk menghentikan dan melupakan apa yang terjadi pada mereka dulu.
"Aku pulang~"
Jeno memasuki rumah sederhana tempat ia tinggal bersama Jaemin, Mark, Haechan, Chenle serta Jisung. Sebenarnya rumah ini tidak terlalu sederhana-justru terlampau besar dan mewah.
"Selamat datang Jeno," Jaemin tersenyum menyambut suaminya yang baru saja pulang dari Busan untuk mengurus restoran barunya yang akan dibangun disana. Ia meletakkan gelas bekas susunya di atas meja lalu dan membiarkan Jeno mengecup keningnya. Rutinitas mereka setiap kali Jeno pulang bekerja.
"Mana Jisung?" tanya Jeno sembari melonggarkan dasinya. Jaemin mendudukan tubuhnya di atas kursi meja makan-ia pegal berdiri lama-lama karena perutnya yang mulai membesar, "pergi bersama Renjun, Xiaojun dan Yangyang. Ada tugas mendadak."
"Jadi daritadi kau hanya sendiri?"
"He'em."
"Astaga.. kenapa kau tidak menghubungiku sayang? Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu dan bayi kita?"
Jaemin terkekeh mendengar nada bicara Jeno yang begitu khawatir. Sehari-hari, ia memang selalu berdua bersama Jisung-jika Jisung tidak masuk kuliah atau pulang cepat.
"Aku tidak apa-apa, Jen." ucapnya. "Ah, apa kau ingin kopi atau teh-"
"Tidak tidak, biar aku yang membuatnya sendiri nanti. Duduk saja sayang." sela Jeno. Ia ikut mendudukan tubuhnya di sisi Jaemin setelah melepas blazernya, "ngomong-ngomong, aku sudah membooking 6 tiket untuk pergi ke Yunani lusa nanti. Tolong kau katakan pada Renjun, Xiaojun dan Yangyang ya? Aku sengaja membooking untuk mereka juga."
Jaemin mengangguk. Akhir minggu nanti, Mark dan Haechan akan menyelenggarakan pernikahan mereka di Yunani-tepatnya di pantai Navagio, pantai yang ada di adegan Descendants of The Sun. Keduanya sudah berada di Yunani sejak satu minggu kemarin untuk mengurus pernikahannya-sementara Chenle pulang ke California untuk mengabari dan membawa keluarganya. Itulah alasan kenapa ketiga orang itu tidak ada di rumah-meskipun mereka memang jarang berada di rumah karena bekerja bersama Jeno.
"Eum.. Jen?"
"Ya?"
"Aku ingin es krim rasa mangga."
Jeno tersenyum kecil. Seperti biasa, di usia kehamilannya yang sekarang, Jaemin sering kali meminta sesuatu-yang biasa disebut mengidam. Tapi Jeno bersyukur Jaemin tidak pernah meminta yang aneh-aneh dan menyulitkan dirinya.
"Baiklah, lalu apa lagi?" tanya Jeno. Jaemin menumpukkan dagunya dan tersenyum manis, "hmm.. aku juga ingin jepit rambut berwarna ungu. Ya ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mafia Bride ➳ nomin ✔️
AçãoNa Jaemin, murid kelas 3 SMA-sangat tidak menyangka jika kehidupannya akan berubah 180 derajat sejak ia pulang dari tugas kelompoknya. Ia melihat seseorang terbunuh di hadapannya-dan si pembunuh yang seorang mafia ingin menikahinya. Warning! 18+ Adu...