[1]. dont break my heart.

14.4K 881 140
                                    

Kekacauan pagi ini terdengar lagi dari kamar Hani. Jungkook dan anak gadisnya tampak berdebat, Jimin berusaha menengahi tapi tak ada satu pun yang ingin mengalah.

"Sayang..lihat ini! Hani tidak mau mendengarkanku."rajuknya berkacak pinggang seraya mencari pembelaan dari bibir dokter bertubuh kecil itu.

"Kenapa aku harus mendengarkan omongan Daddy? Aku punya hak asasi manusia! Lagi pula Papa lebih menyayangi Hani daripada Dad." Hani tak mau kalah. Jungkook melotot tak senang, ditariknya tubuh mungil itu secara posesif. Untuk dirinya sendiri.

"Papa hanya milik Dad. Kau tidak bisa merebutnya begitu saja."

"Astaga bisakah kalian diam dan tenang untuk satu hari saja? Aku lelah. Aku akan meninggalkan kalian. Jungkook, kau harus mengantar Hani sekolah. Hani, untuk kali ini tolong ikuti apa kata Dad. Silahkan bubar."

"T-tapi sayang--"

"Kau mau tidur di teras huh?"ancaman yang superior sekali untuk membuat Jungkook tidak berkutik dalam satu detik.

"Papa..tapi aku ingin memakai baju yang aku siapkan hari ini."Hani mengeluh padanya bersama wajah memelas yang kentara.

"Seleramu payah,"sembur Jungkook, tak berapa lama ia tertegun menyesal karena dua pasang mata mendelik marah padanya.

"Itu namanya diskriminasi! Daddy is a bad guy?!!"teriaknya murka. Jimin menepuk wajahnya pelan. Mulai frustasi dengan keluarga kecil itu.

"Jungkook..bisakah kau menutup mulutmu?"intonasinya sudah berbeda, mematikan. Mau tak mau Jungkook mengangguk pelan seraya mengusap keringat dingin yang entah sejak kapan mengalir di belakang lehernya.

"Baiklah.."

"Hani gunakan saja apa yang kau mau.."gadis itu tersenyum menang, menjulurkan lidahnya main-main. Berbeda dengan Jungkook yang berwajah masam.

"..-tapi lakukan itu setelah kau tamat sekolah."sambungnya.

Seketika keadaan berbalik. Jungkook mendengus berusaha menahan tawanya, namun gagal. Tak ambil perduli dengan tatapan tajam dari anak gadisnya yang mendongkol.

"Papa??! Kenapa Papa jadi membela Daddy?"

"Aku tidak mau mendapat panggilan dari sekolah karena pelanggaran yang kau lakukan. Jadilah remaja yang baik dan bijaksana."

"Apa?! Bahkan teman-temanku memakai pakaian bebas setiap hari!"senyuman akhir dari peperangan terperangkap di wajah Jungkook tepat saat Hani berteriak tak terima kenyataan. Jimin mendesah lagi, angkat tangan.

"Let's go, baby! Daddy akan mengantarmu."

"Ck, aku naik taxi saja. Jangan menjemputku karena nanti aku akan pulang terlambat."katanya agak ketus. Jelas sekali Hani terlihat kesal.

"Tidak, Hani. Kau harus langsung pulang ke rumah."

"Aish! Kenapa Dad selalu mengekangku seperti ini? Ini tidak boleh, itu tidak boleh."tangan terkepal, Jungkook menghela napas dan menyentuh bahu putrinya.

"Daddy sayang padamu. Aku hanya ingin membuatmu aman.."

"Itu bukan sayang, tapi egois. Bagaimana Papa bisa tahan dengan sikap Dad yang berlebihan? Daddy itu obsesif.."

Degh.

Kalimatnya seperti sambaran petir untuk Jungkook, seketika pertanyaan yang sama sukses berputar di otaknya. Bagaimana Jimin bisa tahan dengan sikap buruknya?

"Jeon Hani?! Jaga ucapanmu. Papa tidak pernah mengajarimu bicara kasar seperti itu!" Jimin menatap remaja tanggung itu dengan pandangan setajam mata pisau. Sementara Jungkook diam tak berkedip, terpaku di tempat ia berpijak. Tangannya agak bergetar dalam jarak pandang si mungil. Jimin merasa tak enak hati untuknya.

Jungkook-ssi, My Love! [Kookmin] Book IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang