36. Selamat Tinggal

3.7K 204 3
                                    

Angkasa mengusap batu nisan didepannya. Setelah hari itu, Angkasa baru memberanikan diri untuk berkunjung. Rasa bersalah itu masih ada, tapi rasa rindunya lebih besar.

David Mahendra
Lahir : di Yogyakarta, 14 April 1950
Wafat : Yogyakarta, 23 Januari 2016

Angkasa menangis membaca nama yang tertera.

Grandpa-nya. Pria paling tangguh yang pernah Angkasa kenal. Pria yang mengajarkan Angkasa cara menggunakan sepeda, cara bermain layangan, cara merayu grandma agar memberikan THR lebih banyak dari sepupunya yang lain, cara berenang, cara kembali tersenyum saat Semesta memarahinya karena bermain ketapel didalam rumah sampai membuat beberapa perabotan rusak. Grandpa-nya memeuhi setiap kisah hidup Angkasa sampai Angkasa berumur 15 tahun.

David Mahendra adalah penyemangat hidup Angkasa.

Sampai hari itu terjadi...

Yogyakarta, 23 Januari 2016

Angkasa Semesta masih berumur 15 tahun, ia baru saja menyelesaikan sekolah menengah pertama. Sekarang, Angkasa sedang berlibur ke Jogja. Rumah Grandpa.

Seperti tahun-tahun sebelumnya saat Angkasa berkunjung, semua sepupunya berkumpul, ikut berlibur di rumah Grandpa.

Pada siang hari itu, Angkasa sedang bermain bersama Angin dan Awan, mereka bertiga baru saja belajar menaiki skateboard. Berhubung mereka bertiga seumuran, mereka bertiga menjadi sangat akrab dibanding para sepupu mereka yang lain.

David datang menghampiri mereka yang sedang berkumpul dihalaman depan rumahnya sambil membawakan dua gelas susu coklat panas kesukaan Angkasa dan Angin, serta satu gelas teh hangat untuk Awan. Awan tidak terlalu suka susu seperti Angkasa dan Angin yang menjadikan susu sebagai minuman favorit mereka.

"Tumben kalian gak balapan sepeda. Sudah gak hobi karena sekarang sudah mahir pakai motor?"

"Balapan sepeda itu kan udah sering Grandpa, sekarang kami bertiga mau coba hal yang baru. Balapan skateboard." Angkasa menunjukan skateboard barunya hasil merengek dari Semesta. Semesta kurang setuju Angkasa bermain skateboard, katanya berbahaya. Padahal kan ini hanya skateboard, Angkasa meyakinkan Semesta jika dia akan bermain dengan hati-hati.

"Kita tadi udah balapan, coba Grandpa tebak siapa yang menang." Ujar Angin penuh semangat. Tentu saja Angin semangat, pemenang balapan skateboard barusan adalah Angin Topan. Dirinya sendiri.

"Hmm, Angin?"

"Yap benar sekali!" Angin bersorak untuk dirinya sendiri.

Angkasa dan Awan mendengus sebal. Mendapatkan pujian Grandpa itu adalah hal yang mereka banggakan. Pasti saat makan malam nanti Angin akan selalu membahas jika ia mendapatkan pujian dari Grandpa sedangkan Angkasa dan Awan, tidak sama sekali.

"Sombong!" Sahut Awan. Sebenarnya Awan tidak terlalu suka permainan skateboard, Awan lebih suka bermain dikamarnya, berperang dengan segala makhluk didalam komputernya. Tapi tentu Angkasa dan Angin akan selalu mengejek Awan nantinya jika ia tidak bisa bermain skateboard sedangkan Angkasa dan Angin bisa. Dua saudara liciknya itu selalu punya cara membuatnya keluar dari kamar, istana pribadinya.

ANGKASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang