37. Tanpa Kabar, Tanpa Kepastian

3.6K 183 5
                                    

Pelangi sudah siuman setelah tiga hari terbaring diranjang rumah sakit, orang pertama yang ia lihat saat membuka mata adalah wajah Anita yang terlihat pucat, sepertinya selama tiga hari terakhir Anita kurang menjaga kesehatannya.

Ini hari keempat Pelangi dirawat, dokter bilang dua hari lagi Pelangi sudah dibolehkan pulang kerumah dengan syarat belum boleh melakukan aktivitas seperti biasanya, Pelangi masih harus dirawat dirumah.

Sejak pertama Pelangi siuman, ia sama sekali belum melihat Angkasa menjenguk. Pernah satu kali Pelangi bertanya kepada Langit tentang keberadaan Angkasa, tapi Langit tidak mengatakan apapun selain, "Jangan terlalu banyak pikiran." Selebihnya, Langit hanya membicarakan tentang apa-apa yang harus dia perhatikan tentang kesehatan Pelangi.

Masih sibuk memikirkan tentang Angkasa, pintu kamar inap Pelangi terbuka, menampilkan Intan, Bulan, Bintang, dan Benua yang tersenyum hangat. Pelangi balas tersenyum, tapi tetap saja dia masih memikirkan Angkasa.

"Udah mendingan Ngi?"

"Udah Bulan, pertanyaan lo gak berubah-rubah deh dari petama kali gue siuman. Ganti kek, gak kreatif banget."

Bulan mendengus pelan, "Berarti lo udah benar-benar baik. Ocehan lo aja makin hari makin panjang."

Pelangi terkekeh geli, lalu pandangannya beralih menatap Benua. "Benua, Angkasa mana ya? Kenapa dia belum jengukin gue? Dari kemarin gue line, tapi gak dibales. Lo tau gak?"

Benua terdiam beberapa detik. Benua bingung harus menjawab apa, masa Benua harus bohong sih, tapi kalau jujur, kasian juga, Pelangi kan baru siuman nanti Pelangi sedih kalau tau kabar Angkasa.

"Kok diem?"

"Eh gatau nih. Sama, line gue gak dibales-bales. Sok misterius ya cowok lo hehe."

Intan, Bulan, dan Bintang menatap datar Benua. Serius deh Benua tidak punya alasan lain apa? Lihat Pelangi semakin penasaran karena Benua.

"Lo tuh jangan terlalu banyak pikiran dulu Pelangi, sini-sini lo dengerin gue." Intan mendekat, lalu duduk disamping ranjang Pelangi. "Angkasa ada. Sebelum lo siuman, dia selalu jengukin lo. Tapi sekarang Angkasa lagi ada urusan. Setelah lo sembuh dan kembali ke Jakarta, saat itu pasti lo akan tau. Percaya deh, itu bukan tentang hal buruk."

Pelangi berusaha percaya dan tersenyum. Entahlah bukan tentang hal buruk yang dikatakan Intan, menjadi bahan pikiran Pelangi. Semoga saja apa yang dikatakan Intan benar.

"Adu-adu jangan cemberut gitu dong mukanya. Smile. Gini-gini kayak gue." Bintang menarik kedua ujung bibirnya, wajahnya ingin membentuk senyuman, tapi malah terlihat konyol.

Pelangi, Bulan, dan Intan, tertawa geli melihat Bintang dengan segala kekonyolannya yang bisa mencairkan suasana.

Saat Pelangi tidak memperhatikan, Bintang berbisik kepada Benua, "Cara menghibur orang tuh begini tau! Masuk akal dikit!"

Benua mendelik tajam, "Berisik lo!"

*****

"Lega rasanya pulang kerumah."

Pelangi merentangkan kedua tangannya, seolah memberikan waktu baginya untuk jumpa-kangen dengan rumah tercinta yang sudah menjadi kediamannya selama Pelangi hidup.

"Lebay lo! Kayak udah gak pulang seabad!" Langit masuk kerumah sambil membawa dua koper besar, satu miliknya, satu lagi milik Pelangi.

"Ikut campur aja acara nostalgia gue!"

"Lebay!"

ANGKASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang