Laki laki itu...
Tujuh tahun yang lalu pernah mengisi hidupku dengan candanya, rayuan gombalnya yang mampu membuatku bertekuk lutut dihadapannya dengan segenap cinta ku serahkan segala yang ku punyai,...
Itu dulu...
Dan sekarang aku sangat membencinya...
Aku tak ingin melihatnya...
Hingga kesempatan kedua untuknya telah dilanggarnya dengan menikahi wanita yang dicintainya serta menghianatiku, sampai aku ingin mengakhiri hidupku...
Kini dia muncul dihadapanku...
Dilembaran baru hidupku...
Dikesempatan ketiga ini...
Mungkinkah dia akan kembali dan meminta kesempatan ketiga itu padaku...
Dia begitu keras bekerja sebagai kuli angkut balem (karet yang beku dikotak karena berhari hari didalamnya, dan baunya sangat menyengat hidung bagi yang belum terbiasa, tapi kalau sudah biasa maka aromanya seperti kaos kaki yang belum dicuci selama seminggu, asem asem gimana gitu, bikin meriang. Wkwkkkkk...)
Aku sebagai bossnya yang mencatat setiap orang yang menimbang karet dan aku akan menulis berapa berat dan nantinya akan ditotal lalu dibayar karena dapat berapa kilo.
"Mas Al. Sini bantu?" kata orang yang agak kurus tapi juga bagus tubuhnya, tubuh laki laki yang olah raganya alami.
"Iya Ron..." jawabnya. Aku sedikit memperhatikannya, sesekali meliriknya. Dia sama sekali tak mengenaliku, hanya saja tadi dia sempat tertegun saat kami beradu tatap mata. Sepertinya dia juga mengenaliku tapi aku pura pura menulis tak menghiraukannya.
"189 kg mas! Lanjut.... Yang itu...!" tunjukku pada balem yang agak kering. "Tolong nanti yang itu ditaroh diatas ya mas, buat nutupi yang masih basah!" imbuhku.
"Baik mas Aan!" jawab mas Roni, tentu saja Al sejurus menatapku. Namun aku memilih cuek. Sepertinya dia telah mengenaliku. Dari tatapannya yang sendu sepertinya ada problem yang disembunyikannya. Tapi, aku sudah tak peduli lagi padanya. Rasanya, sakit kala itu cukup membuatku untuk melupakan tentangnya. Walaupun tak bisa ku pungkiri kalau didalam palung hati ku yang paling dalam masih ada setitik rasa yang masih terpendam. Aku menghela nafas dalam. Berat. Rasanya, dadaku sedikit sesak untuk mengenang masa laluku yang begitu menyakitkan.
Dan tak terasa, hari mulai rembang sore. Dan pekerjaan hampir selesai. Karena semua balem sudah naik ke atas mobil semuanya sebanyak 7 mobil truck.
Semua kuli berjumlah 6 orang termasuk Al sendiri yang kini terlihat gimana gitu. Tapi aku tak peduli. Toh, aku sudah melupakan masa laluku...
"Mas selesai ini, kalian istirahat ya, cuci tangan. Makan, tuh udah dipersiapkan oleh istriku...
Ya, ini terakhir mas Roni!" jelasku. Tentu saja aku masih mencatat. "126kg,,,!""Iya boss Aan!" balas mas Roni. Dan semua kegiatan angkut balem telah selesai.
Semua kuli mulai membersihkan diri untuk makan karena telah disiapkan istriku.
Setelah mereka selesai, semua kuli pada makan, mereka pun berkumpul...
Terlihat senang, karena selain itu ada rokok satu bungkus untuk satu orang yaitu rokok Surya 16. Hanya satu orang yang tidak terlihat bahagia, bahkan senyum pun tidak sama sekali yaitu Al. Seperti ada sesuatu yang jadi beban pikiran. Aku tidak tahu apa itu? Tapi, aku tidak peduli."Mas Roni, hari ini aku kasih lebih supaya tambah semangat lagi" kataku tersenyum.
Aku suruh istriku tidak boleh keluar, tadi aku sms dia supaya Al tidak tahu wajahnya, kalau dia tahu pasti akan shock. Juga anakku yang masih satu, semata wayang. Laki laki tampan dong, he he.....
KAMU SEDANG MEMBACA
KK3 (Tamat)
Mistério / SuspenseKu tuangkan perasaanku ini pada tulisan ini. semoga mewakili perasaanku saat ini... yang sedang ku rasakan.... hingga detik ini masih memendam sebuah rasa hanya untukmu... meski kini aku telah jauh dari dan mungkin tak pernah berjumpa... kesempatan...