Lima

371 18 0
                                    

Perasaanku semakin tidak enak.....

Betapa tidak, kini orang yang dulu ku cintai kemudian aku sangat membencinya dalam hidupku, kini tinggal sebatang kara karena orang orang yang di cintai nya telah meninggalkannya.....

Masih ada rasa cinta dalam hatiku untuknya, namun aku tidak pernah untuk memberi peluang pada hatiku untuk tumbuh subur rasa cintaku padanya.

Bagitu kejamkah apa yang ku lakukan padanya? Karena membalaskan rasa sakit hatiku, yang telah dia perbuat terhadapku dimasa lalu. Tapi, itu pantas ia dapatkan karena telah mengkhianati ku, cintaku juga janji yang telah diucapnya padaku.

Dendam yang begitu mendalam padanya, bahkan  maafpun rasanya tidak cukup...
____________

Aku bisa merasakan siapa orangnya yang telah membonceng di motorku...

Al-farid!

Dia memegang pinggangku, bukan, tapi memelukku kuat, ia tak  perduli dengan tatapan orang orang yang melihat kearah kami....

Dia menangis disepanjang jalan, penuh dengan penyesalan. Bahunya terguncang hebat, aku bisa merasakan hal itu, bahkan bajuku yang dibagian punggung basah oleh air matanya. Ia laki laki rapuh saat ini, padahal dulu dia pria yang paling tangguh dan kuat, tapi kini pria yang membonceng ku pria yang cengeng dan lemah...

Aku biarkan Al-farid menangis sepuasnya dibelakangku sambil memelukku erat, hingga tak terasa sampai kami ditempat pemakaman umum karena jaraknya tidak terlalu jauh, kisaran 150 meter dari rumahnya Al-farid.

Setengah berlari Al mendekat kearea dimana putranya akan dimakamkan.

Aku mengikutinya dari arah belakang dengan tenang.

Sesi penguburan berjalan lancar, hingga selesai ...

Al tidak menangis lagi karena mendapat peringatan dari orang orang yang ikut mengebumikan.

Kini, dikuburan yang sunyi tinggal kami berdua karena semua pelayat telah pulang kerumahnya masing masing.

Aku berjalan meninggalkan makam putra Al yang masih tertunduk disana. Aku hanya diam saja hingga aku hanya menunggunya di gubuk yang ada didekat kuburan karena disediakan.

Cukup lama aku menunggu hingga Al tampak beranjak dari tempat berjalan kearah ku dengan tak semangat sembari menatapku tajam.

Aku coba bertahan hingga aku tak kuat serta ku alihkan pandanganku, kehadiran Al telah berada didekatku.

Matanya merah, penuh penyesalan...

Dulu, jika keadaannya seperti itu, maka Al akan segera memelukku serta menceritakan keluh kesahnya sampai akhirnya tenang. Tapi, kini keadaan berbeda karena kita sudah pada tua karena sudah menikah dan punya anak. Ceritanya tentu berbeda.

Al duduk didekatku masih dengan tatapannya yang sendu. Air matanya telah mengalir, terlihat sangat rapuh. Tak berani memelukku sekali keadaan kuburan sepi tak ada seorang pun yang mengetahuinya.

"An,,, terima kasih-"

"Buat apa?"

"Kamu masih peduli"

"Bukan apa apa. Karena istriku selalu mendesaku"

"Ternyata kamu telah menikah dengan Revika maula putri gadis yang sangat peduli serta mencintaimu"

"Bukan urusanmu"

"Perlu kamu ketahui, mengapa sampai aku memutuskan hubungan kita?"

"Aku tidak tahu?" balasku ketus. Karena aku masih sakit hati padanya.

"Salah satu Revika. Dia yang telah memintaku untuk menjauhi waktu itu karena dia sangat mencintaimu" ucapnya. Aku menatapnya tajam. Ku lihat kejujuran disana.

Aku hanya memilih untuk diam...

"Ku harap kamu jangan membencinya. Untuk itulah aku saat itu memutuskan hubungan kita karena Revika memohon agar aku meninggalkanmu. Sebenarnya aku ingin menjelaskannya padamu. Tapi, aku tidak ada kesempatan karena Revika selalu ada didekatmu, bahkan saat kamu melakukan tindakan bunuh diri. Dan kau tahu, An. Aku sangat kehilangan dirimu, tapi kamu terlanjur membenciku. Aku pantas untuk dibenci olehmu An. Aku hanya bisa meminta maaf padamu saat ini. Ku harap kamu mengerti keadaanku. Maafkan aku!" terangnya panjang lebar.

Pikiranku langsung blank. Aku tak tahu harus ngomong apa saat ini atas semua penjelasannya.

Revika istriku begitu terobsesi padaku hingga meminta Al untuk memutuskan hubungannya denganku. Kini aku telah dikaruniai seorang  tampan dari rahim Revika istriku. Aku tidak tahu lagi apa yang kulakukan saat ini. Apakah aku harus marah dengannya?   Ataukah aku harus membencinya nya?

"Kenapa baru kau ungkap sekarang Al. Mengapa tidak dari dulu. Hingga aku sampai membencimu hingga saat ini. Kau tahu Al, aku bahkan tidak akan pernah memaafkan dirimu seumur hidupku.  Kau kejam Al"

"Karena kau tidak memberiku kesempatan An. Aku tidak bisa berbuat apa apa"   

"Ya Alloh! Bertahun tahun aku memendam kebencian padamu. Bahkan aku dendam atas semua yang telah kau lakukan padaku"

"Maafkan aku An-love. Maafkan aku,,," terangnya penuh sesal, menubruk serta memelukku dengan erat bahkan air matanya bercucuran sangat deras. Aroma tubuhnya begitu khas dari dulu. Aroma yang ku rindui. Aku sangat merindukannya. Namun, kini sudah lain ceritanya.

"Sudahlah Al. Sekarang jalan hidup kita sudah berbeda. Jangan berharap seperti dulu. Masalalu bagiku hanyalah kenangan"

"Andai aku bisa mutar kembali masalalu, aku ingin selalu bersamamu selamanya. Kini, aku telah kehilangan putraku" ucapnya penuh sesal dengan menarik nafas berat. Dia melepaskan pelukannya sedikit tak rela. Sedari tadi aku membiarkan memelukku, menumpahkan perasaannya yang selama ini dipendamnya.

"Aku bersyukur pada Alloh karena aku tidak terlalu menanggung beban dosa yang begitu besar" selalu dengan nafas berat. Mata Al menatapku tajam. Dicengkeram kuat dua bahuku dengan nafas berat.

"An- apa kamu tidak mencintaiku lagi? Apa kamu begitu mudahnya melupakan masalalu yang dulu kita lalui bersama?"

"Kau pikir aku tidak sedih, aku tidak sakit hati Al. Kau bagai mencampakanku begitu saja. Aku berusaha mati matian untuk menata hidupku yang porak poranda. Dan itu karenamu. Aku terpuruk Al. Begitu susah payahnya aku menyatukan kepingan hati ku yang hancur berkeping keping. Dan itu karena ulahku" tudingku dengan air mata yang deras.

"Maafkan An-love. Maafkan aku!" ucapnya penuh sesal. Tapi, semua sudah terlanjur. Masalalu tak mungkin terulang kembali.

Kini ku jalani kehidupanku dengan kebahagiaan berbalut kesedihan. kini...

#bersambung.....

KK3 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang