Putri yang pertama Al juga meninggal dunia karena DBD yang terlambat penangananya...
Sementara istrinya setres, menjadi gila lalu bunuh diri minum racun karena anak anaknya semuanya telah meninggal dunia.
Lengkap sudah penderitaan yang dialami oleh Al.
Karena selama 40 hari berturut turut semenjak meninggalnya putra keduanya istrinya menyusul.
Aku yang ikut empati kini menginap dirumahnya Al sekalipun istriku tidak memperbolehkan ku untuk nginap aku sedikit memaksanya dan memberi alasan.
Aku mencoba menghiburnya hingga membuatnya tenang.
Kami tidur di kamarnya...
Terlihat kesedihan yang begitu mendalam dimatanya yang bak elang.
Mata yang sanggup membalikkan duniaku...
Keadaanya sedang toples seperti tidak memperhatikan keadaanya yang kacau balau. Sepertinya memang tidak memperdulikan tubuhnya.
Sedangkan aku sudah malayang layang entah kemana. Terlebih mengingat kejadian kala itu dirumah ku kembali ketika dia menjamahku penuh dengan perasaan cintanya yang begitu dalam.
Aku memilih untuk diam karena aku tidak tahu harus bagaimana?
"Kau menang An. Aku kalah. Aku pantas menerima semua ini. Seharusnya dari dulu aku mati, saat aku memutuskan hubungan kita. Saat itu aku hancur An. Aku salah. Aku minta maaf!" rengeknya penuh penyesalan.
"Aku sadar. Aku sangat mencintaimu hingga saat ini. Aku tidak bisa melupakanmu sampai saat ini An-love. Tapi, hubungan seperti ini di anggap tabu. Dilaknat oleh Tuhan. Dikutuk sama pak ustad, di hujat oleh masyarakat. Untuk itulah aku mengambil keputusan sepihak. An, maafkan aku" ucapnya panjang lebar, kini menatap kearahku dengan tajam. Keadaannya yang toples dengan kulit eksotisnya membuatnya makin macho sebagai pejantan.
Air mataku luruh tak bisa ku tahan, perasaan ini begitu menyakitkan. Pernyataan Al begitu mendalam, membuatku dilema.
"Sudahlah Al, jangan kau memberiku harapan. Harapanku sudah ku kubur bersama masalaluku. Itu dulu. Aku tidak ingin mengingatnya kembali"
"Apa kamu sudah melupakan semua kenangan yang dulu pernah kita jalin, An"
Aku menggeleng lemah, sejujurnya aku masih menyimpan rasa itu tapi, rasa sakit saat ditinggalkan itu membuatku tak ingin mengingatnya kembali.
"Berarti kamu masih mencintaiku An-love. Maukah kau bersamaku-"
"Al. Aku masih waras. Aku tidak mungkin meninggalkan Revika demi kamu. Sekali pun aku masih ada rasa dengan kamu. Aku tak ingin mengulang hidupku dari nol. Dulu kau mencampakku. Begitu saja"
"Bukankah sudah ku bilang, semua itu semata mata bukan kesalahanku"
"Aku tahu. Andai kau tidak mengatakannya dengan secepat itu. Mungkin aku masih bisa menerimanya"
"Tatap aku An. Lihatlah,,,"
Al menatapku intens hal itu benar benar membuatku deg degan bahkan saat beradu pun aku makin tak karuan.Mukanya makin mendekat hingga seperti tak ada celah. Bisa ku rasakan hembusan nafasnya yang hangat ke mukaku.
Bibirnya yang sensual sangat pass dibalut senyum yang memabukkan dengan mata setengah terpejam membuatku hilang kesadaran.
Aku seperti pasrah ketika bibirnya menyentuh bibirku, dikecup kemudian dilumatnya perlahan.
Ahkkk,,,
Desah nafasnya tertahan...
Membuatku memejamkan mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
KK3 (Tamat)
Mystère / ThrillerKu tuangkan perasaanku ini pada tulisan ini. semoga mewakili perasaanku saat ini... yang sedang ku rasakan.... hingga detik ini masih memendam sebuah rasa hanya untukmu... meski kini aku telah jauh dari dan mungkin tak pernah berjumpa... kesempatan...