Empat

417 20 2
                                    

"AN-LOVE,,, tolong aku. Aku butuh uang 500 juta untuk operasi anakku. Aku rela jadi budakmu. Apapun yang kamu suruh akan aku lakukan asal kamu pinjamin aku uang!" air mata laki laki yang dulu sangat ku cintai didepanku saat ini menangis penuh duka. Terduduk dilantai sambil menghina. Andai keadaannya tidak menyakitkan. Mungkin ucapannya akan terasa lain karena itu panggilan sayang dan cinta padaku.

Aku sudah tahu penyakit anaknya, kanker darah dan biayanya tidak sedikit. Padahal tabunganku lebih dari cukup. Yah,,, tabungan. Tabungan kami berdua saat di Jakarta dulu, usaha kami berdua yang kami kumpulkan berdua hingga uangnya hampir 1m tapi sedikitpun aku tak menyentuhnya sama sekali sampai saat ini.

"Ha ha haaaaaaa....!" aku hanya tertawa, lalu air mataku luruh tanpa terasa. Aku menangis. Sudah lebih tujuh tahun baru kali ini aku menangis kembali setelah dia hadir kembali dalam hidupku serta mengemis ngemis padaku. Inilah saatnya aku balas dendam! Aku dulu tak pernah memikirkan hal seperti ini hingga saat ini aku nekad buat membalaskan rasa sakit hati yang dilakukannya di masa lalu.

"Bukankah kamu memberikan ku kesempatan ketiga An! Aku mohon demi cinta kita dulu" mohonnya penuh perasaan. Membuatku tambah jijik saja.

"Cuihhh....!" aku meludah ketanah. "Kesempatan ketiga itu sudah tidak ada lagi. Bersama kepingan hatiku yang hancur Al. Dan itu penyebabnya kau. Dan aku telah membencimu seumur hidupku. Dan kini kau datang dalam hidupku lalu mengemis ngemis minta dikasihani. Dulu perasaanmu dimana hah...!" bentakku. Aku sesenggukan tak karuan. Air mataku sudah tumpah ruah.

Dia terus memohon...

Aku tak berkeming...

"PERGILAH KAU DARI HIDUPKU! ENYAHLAH KAU DARI HADAPANKU. AKU SUDAH TAK SUDI MELIHATMU. HA HAAAAAA......!" aku tertawa sarkas dengan uraian air mata yang terus bercucuran.

"Kamu tega An!" ia menghentakan kakinya kuat ketanah lalu pergi dengan motornya serta meng-gas nya kuat membuat deru memekakan telinga diselingi oleh asap yang membubung.

"RASAKAN OLEH AL PEMBALASANKU. SEPERTI ITULAH RASA SAKITKU DULU!" balasku. Tak peduli dengan apa yang dirasakannya saat ini.

Ku rasakan kembali kesunyian merasuki relung hatiku.

Air mataku terus bercucuran hingga tak ku dengar lagu suara deru motor orang yang dulu sangat ku cintai.

Kebetulan istriku sedang menjemput putra kami....
___________

Esok harinya mas Roni datang kerumahku dan mengabariku...

"Mas Aan, anaknya Al meninggal semalam mas. Saat ini sudah dirumah. Nanti siang mau di makamkan. Mari layat mas!" ajak mas Roni. Istriku datang mendekat...

"Ada apa mas Roni?" tanya istriku karena penasaran.

"Ini mbak. Anaknya Al yang jadi kuli disini meninggal dunia semalam. Mau dimakamkan siang hari ini!" jelas mas Roni. Aku hanya mendengarkannya saja. Istriku sudah pucat agak takut karena mendengar kabar ada yang meninggal.

"Sakit apa mas?" tanya istriku makin kepo. Aku sudah tahu penyakitnya dan aku tak pernah menceritakannya pada istriku.

"Waduh mbak penyakitnya apa ya. Kata doker itu... Mmm.... Kekurang darah gitu... Anu ?" mas Roni nampak kebingungan gitu.

"Anemia!?" terka istriku serius, makin penasaran.

"Bukan mbak. Ya... M.. Mia gitu... Deh?" ekspresi mas Roni makin lucu, salah tingkah. Bingung. Karena tidak tahu perihal nama penyakitnya.

"Leukimia mas!" tebak istriku tersenyum geli.

"Iya mbak, itu maksudnya,. He he he...." kini mas Roni bernafas lega sekarang. Aku memilih diam tak semangat. Lagian mau layat ogah ogahan kalau gak dibujuk terus sama istriku. Terlebih mas Roni masih disini. Tapi aku ingin lihat wajah Al yang berduka. Seperti hatiku yang hancur saat itu.

KK3 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang