Part 14

131 26 27
                                    

Suara detik jam terdengar memenuhi ruangan kelas XI 1 yang hanya diisi oleh 3 siswa, yaitu Toru, Taka, dan Izumi. Mereka, kecuali Taka masing-masing duduk di dalam meja yang disusun sedemikian rupa oleh sang leader tadi. Sekarang Izumi sedang fokus mengerjakan soal yang diberikan oleh Taka, sesekali pulpennya berhenti bergerak di atas kertas, berusaha mengingat rumus tenses yang sedari dulu sulit ia ingat.

Toru memperhatikan Izumi dalam diam, ia juga ikut menjawab soal yang diberikan oleh Taka, sedangkan sang guru sedang berjalan-jalan di pinggir jendela. Menunggu dua temannya itu selesai menjawab.

“Kalau ada yang susah bilang ya,” ucap Taka dengan suaranya yang khas dari sudut kelas. Di genggamannya terdapat sekotak pocky berwarna merah, rasa stroberi.

“Iya,” jawab Izumi dan Toru berbarengan.

Izumi melirik ke depan, melihat Toru yang sedang fokus mengerjakan soal. Pandangannya kini teralih ke bibir sang leader yang memiliki bentuk unik, seperti bibir Pikachu atau kucing, ia bingung sendiri. Gadis itu lantas mengalihkan perhatiannya ke lembaran jawaban yang hampir selesai. Taka cukup pandai mengajar, juga dengan caranya yang sederhana membuat Izumi lebih mengerti daripada ketika Pak Hasegawa yang melakukannya.

2 menit berlalu dan dua orang itu sudah selesai dengan pekerjaannya. Taka menerima hasil kerja dua temannya itu, membaca dengan teliti setiap kalimat yang tertulis dalam Bahasa Inggris. Ia memanggil Izumi, menyuruh gadis itu mendekat. Taka memberitahu kesalahan yang dibuat oleh Izumi dan memberikan jawaban yang benar, gadis itu mengangguk-anggukan kepalanya. Perhatiannya masih tertuju pada Taka yang mengoceh, berkomentar tentang pekerjaannya hingga tatapan yang diberikan oleh Toru sama sekali tidak ia indahkan.

Pemuda itu melihat Izumi, mengingat kembali saat pertama kali ia tidak sengaja bertabrakan dengan gadis itu dan bagaimana cara Izumi menatapnya untuk pertama kalinya. Toru tidak menyadari kalau tatapan itu yang membuatnya jatuh cinta dengan Izumi, meskipun waktu mereka bersama tidak begitu terhitung lama namun ia benar-benar nyaman berada dekat dengan gadis itu.

“Toru?!”

Pikiran Toru buyar, ia kembali fokus ke depan, mendapati Izumi dan Taka menatapnya penuh kebingungan. “Y-ya?”

“Kau kenapa?” tanya Taka bingung.

“Aku baik-baik saja.”

Taka melirik ke arah Izumi lalu tertawa, sekarang Toru yang menampilkan wajah kebingungan. “Ada apa?”

“Bukan apa-apa,” jawab Izumi sambil menggeleng. “Ya sudah ayo kita pulang.”

***

Hari rabu telah tiba, Izumi berharap Dewi Fortuna berpihak kepadanya hari ini. 2 hari berguru dengan Toru dan Taka semoga menjadi penolongnya untuk remedial hari ini. Ia menuju ruang pertemuan antara guru dan siswa, di sana, Izumi dan beberapa temannya yang lain akan mengerjakan remedial.

Izumi duduk dengan tenang di kursinya, di depannya ada meja lebar dengan kotak pensil berwarna peach berada di atasnya. Pak Hasegawa masuk dan langsung membagikan lembaran soal dan jawaban kepada para siswa termasuk Izumi. Setelah lembaran itu dibagikan mereka mulai mengerjakannya dengan tenang.

Gadis bersurai cokelat itu membaca setiap kata yang ditulis dalam Bahasa Inggris, bola matanya begerak dari kiri ke kanan, mengikuti rangkaian kalimat yang ada di kertas. Ia tersenyum dalam hati, tidak sia-sia ia belajar 2 hari kemarin, kini ia bisa menjawab soalnya dengan mudah. Izumi mengarahkan pulpennya ke atas kertas dan mulai menjawab soal.

Tidak membutuhkan waktu yang lama gadis itu sudah selesai dengan remedialnya, lebih cepat dari 3 temannya yang lain. Meskipun ia selesai lebih dulu, Izumi lebih memilih untuk duduk tenang di kursinya sambil membaca ulang soal beserta jawabannya dengan harapan semoga nilainya cukup untuk menuntaskan remedial Bahasa Inggrisnya.

“Waktu sudah selesai, kumpulkan pekerjaan kalian sekarang!”

Izumi sedikit terlonjak kaget saat Pak Hasegawa berseru dari tempat duduknya yang berada dekat dengan pintu, ia kemudian mendongak dan melihat 2 siswa lain mulai bangun dari kursinya lalu menyerahkan pekerjaan mereka kepada Pak Hasegawa.

“Ayo cepat! Hiroshi, sudah lepaskan pulpenmu itu.” Pak Hasegawa melihat ke arah seorang siswa yang sedang terburu-buru menjawab soalnya.

“Misora, sudah selesai?” Gadis yang dipanggil itu mengalihkan pandangannya dari siswa yang sibuk tersebut ke arah Pak Hasegawa.

“Sudah, pak.”

Izumi memasukkan pulpennya ke dalam kotak pensil lalu mengambil benda itu. Ia kemudian melangkah menuju tempat Pak Hasegawa dan menyerahkan lembaran soal beserta jawabannya kepada guru Bahasa Inggrisnya itu.

“Baik, kau boleh kembali ke kelas.”

Izumi menundukkan badannya kepada Pak Hasegawa lalu kembali ke posisi semula untuk membalikkan badannya dan berjalan keluar. Saat menutup pintu ruangan tersebut, ia sangat kaget ketika mendapati seseorang tiba-tiba saja muncul dari balik pintu.

“Astaga! Kau membuatku kaget!” Izumi menyentuh dadanya, tangannya yang lain masih menggenggam kotak pensil. Sedangkan orang yang berhasil membuat Izumi kaget tersebut hanya tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya, baru kali ini Izumi melihat Toru tersenyum selebar itu.

“Maaf-maaf, aku tidak bermaksud.” Rasa puas nampak di wajahnya yang mulai lesu karena sudah menghabiskan sebagian harinya di sekolah.

“Sudah lupakan. Apa yang kau lakukan di situ?”

“Aku sedang menunggu Taka, dia sedang mengumpulkan tugas di meja Bu Akira,” jelas Toru sambil melirik ke arah ruang guru yang terlihat dari sini melalui kaca lebar yang transparan. Izumi mengikuti ke arah mana mata Toru menatap.

Tak berselang lama, Takapun keluar dari ruang guru. Saat menyadari keberadaan Izumi di dekat Toru, laki-laki bertubuh pendek itu langsung melirik ke arah mereka berdua dengan tatapan menggoda dan senyum lebar yang tertahan.

“Aduh! Sepertinya aku datang di waktu yang tidak tepat.” Taka berucap dengan ekspresi bersalah yang dibuat-buat, Toru meliriknya dengan rasa malas sedangkan Izumi hanya bisa tersenyum malu, salah tingkah rupanya.

“Sudahlah, ayo kita ke kelas.”

“Kelasmu atau kelas kita berdua?” tanya Taka sambil menunjuk dirinya dengan Izumi.

“Ah iya, aku baru sadar kalau kita beda kelas.”

“Kita barengan saja ke kelasnya, kan kelas kita bersebelahan.”

“Nah! Betul apa yang dikatakan oleh Izumi, kau memang bodoh Toru. Rasanya kau tidak pantas bersanding dengan Izumi, bodohmu terlalu nampak.”

Izumi tidak bisa menahan tawanya selepas mendengar ucapan Taka yang terlalu blak-blakan, perempuan itu melirik ke arah wajah Toru yang terlihat pasrah atas ucapan Taka tadi.

“Terserah kau saja, ayo Izumi.”

Toru sepertinya sudah lelah berhadapan dengan lelaki pendek itu, makanya ia mendekat ke arah perempuan yang sedang menguncir rambutnya itu lalu meraih tangan dan menariknya pergi meninggalkan Taka sendirian di koridor. Mungkin ini sudah kedua kalinya Toru menarik atau lebih tepatnya sengaja menggenggam tangan Izumi, namun tetap saja perempuan itu masih belum terbiasa. Semburat merah muncul di pipinya yang chubby.

“Wey Toru! Kau ke sini denganku, kenapa kau malah pergi tanpa diriku!”

Taka berteriak sembari mengejar dua anak manusia itu, namun di tengah langkahnya ia tersadar. Tak seharusnya ia mengganggu mereka, maka iapun berhenti dan tersenyum.

“Sepertinya kau sudah benar-benar menemukan pujaan hatimu yaa.”

To be continued

Skinny Love | Toru ONE OK ROCK [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang