“Boleh bicara sebentar?”
Izumi menatap tangan Toru yang melingkar sempurna di pergelangan tangannya, kemudian memberikan atensinya kepada pemuda bermata sayu tersebut. Ia mengangguk.
Tepat saat itu lampu jalan menampilkan warna merah, tanda agar para pejalan kaki boleh menyebrang. Mereka, kecuali Toru dan Izumi sudah berjalan beberapa langkah di depan, Taka baru menyadari ketidakberadaan 2 orang tersebut di sekitar mereka ketika mereka sudah berada di tengah zebra cross.
Taka menoleh ke arah belakang, lebih tepatnya ke arah Toru dan Izumi yang kemudian diikuti oleh kedua temannya yang lain. “Toru!”
“Kalian duluan saja!” seru Toru.
Sedangkan Izumi menatap Risa yang memberikannya sebuah anggukan mantap, yang sama sekali tidak ia mengerti.
Ketiga temannya kembali melanjutkan jalan sebelum lampu berubah menjadi hijau. Izumi menatap ke arah Toru dengan tatapan yang bingung. “Mau bicara apa, Toru?”
Masih dengan keadaan tangannya yang dipegang oleh Toru, laki-laki itu melangkah meminta kepada Izumi agar mengikutinya. Tak berselang lama, mereka sudah sampai ke sebuah tempat yang tidak begitu ramai oleh orang. Pegangan tangan itu kemudian terlepas diikuti oleh badan Toru yang berbalik dan kini mereka saling berhadapan.
“Mau bicara apa?” kembali Izumi menanyakan hal yang sama.
“Maaf karena membuatmu pulang terlambat kali ini. Tentang kejadian tadi, aku meminta maaf karena ucapanku yang tidak bisa aku tahan.”
“Tidak apa-apa, Toru. Aku tahu kau begitu karena kau kesal kan dengan Ken.”
Toru menghembuskan nafas lega. “Syukurlah kalau begitu, aku kira kau marah tadi.”
Perempuan berwajah bulat itu menggeleng sambil tersenyum membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa tenang, sama seperti yang dirasakan oleh Toru sekarang. “Tidak, hanya saja aku kaget sekali tadi, aku mengira ada yang salah dengan pendengaranku tapi ternyata telingaku baik-baik saja. Sudah, tidak usah dipikirkan Toru.”
Hati Izumi kini menjadi sedikit lebih lega. Ia kini tahu bahwa Toru sama sekali tidak punya maksud apa-apa dari ucapannya tadi selain karena ia jengkel dengan Ken, perempuan itu tertawa dalam hati. Namun, ada yang sedikit mengganjal. Jika hanya ingin mengucapkan hal itu, mengapa ia harus mengajaknya berbicara hanya berdua saja?
Ia memberikan atensinya pada Toru dan benar saja, dari ekspresi yang ditampilkan Izumi merasa bahwa laki-laki itu ingin mengucapkan sesuatu.
“Ehh, sepertinya kau ingin berbicara tentang hal yang lain. Benar Toru?”
“Ya.”
Hening, Izumi membiarkan laki-laki itu memikirkan kata yang tepat untuk ia keluarkan dari kedua belah bibirnya. Angin berhembus pelan, menerbangkan beberapa helai rambutnya yang tergerai. Rasa dingin berhasil membuat ia mengusapkan kedua telapak tangannya.
Toru yang melihat hal itu memilih untuk segera mengucapkan beberapa kalimat yang merupakan ungkapan dari hal yang berhasil mengganggu ruang pikirnya beberapa hari ini.
“Aku menyukaimu.”
Suara daun yang bergesekan memenuhi keheningan di antara mereka. Toru yang menunggu balasan dari Izumi dengan degup jantung yang tak karuan, begitu pula dengan Izumi yang tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.
Mereka saling memiliki perasaan yang sama, namun perempuan itu merasa ragu.
“Benarkah?”
“Memangnya wajahku ini terlihat seperti orang yang berbohong?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Skinny Love | Toru ONE OK ROCK [✔]
Fanfiction[COMPLETED] Ketika dua orang saling mencintai namun terlalu malu untuk mengakuinya, tapi mereka tetap menunjukkannya. Toru ONE OK ROCK fanfiction ©2019 written by yanlors