Part 13

107 28 30
                                    

“Ohh astaga, aku kira kau ingin bilang apa.” Toru sedikit kecewa mendengar penjelasan Izumi tentang hasil ulangan Bahasa Inggrisnya yang remedial. Ia sempat berharap Izumi akan berbicara sesuatu tentang perasaannya, setidaknya tentang hubungan mereka berdua. Tapi Toru mengerti, ia kini lebih prihatin dengan gadis berkuncir yang duduk di hadapannya dengan raut muka yang lesu.

“Memangnya kau pikir aku akan bilang apa?” Izumi bingung.

Ia menatap Toru lekat-lekat, yang dipandang malah salah tingkah. Ia membersihkan tenggorokannya. “Bukan apa-apa. Eh sebenarnya aku tidak begitu pandai bahasa inggris, tapi aku bisa membantumu.”

Mata Izumi melebar. “Benarkah?”

“Ya.”

Gadis itu tersenyum lebar. “Terima kasih banyak!” Ia mengucapkannya dengan sangat bahagia.

“Aku juga akan coba bertanya pada Taka, mungkin dia juga bisa membantumu. Tidak apa-apa kan?”

“Wah, maaf sudah merepotkan.”

“Tidak apa-apa.”

Izumi mengangguk sambil tersenyum. Tidak bisa Toru pungkiri kalau gadis yang ada di hadapannya ini memang benar punya senyuman yang manis, ia mulai iri pada Taka yang bisa sekelas dengan Izumi, bisa melihat gadis itu setiap hari, bahkan bisa duduk bersebelahan dengannya.

“Kira-kira kita bisa belajar dimana?” Izumi bertanya sambil menutup kotak bekalnya yang sudah kosong.

“Kalau di sekolah bagaimana? Sebentar sepulang sekolah, kebetulan kau juga bawa buku bahasa Inggris kan?” usul Toru.

“Iya! Mungkin kita juga bisa belajar lagi besok, agar persiapanku lebih matang. Itupun kalau kau tidak keberatan.”

“Sama sekali tidak kebaratan. Aku senang bisa membantumu.”

“Sekali lagi terima kasih, Toru.”

Entah sudah berapa kali Izumi menarik sudut bibirnya ke atas. Ia merasa lega, masalahnya dapat diselesaikan sepulang sekolah sebentar. Ia menatap Toru dengan penuh rasa kagum, sudah tampan, pandai bermain gitar, pintar lagi. Tak heran jika banyak siswi yang mengaguminya, dan ia menjadi yang beruntung karena bisa dekat dengan Toru.

Deringan bel pulang terdengar, semua siswa memasukkan bukunya ke dalam tas dan berjalan keluar kelas. Risa menatap Izumi yang sedang mengeluarkan buku bahasa inggris dan kotak pensil dari lacinya. “Kau tidak pulang?”

Izumi mendongak dengan kedua barang itu berada dalam dekapannya. “Oh iya, aku lupa bilang tadi. Aku mau ke kelas Toru, mau berguru dengannya.”

“Berguru?”

Izumi tertawa rendah. “Mau belajar bahasa Inggris, aku remedial.” Izumi berbicara dengan volume suara yang lemah di dua kata terakhir.

“Ohh, hanya kalian berdua?” Risa memasang tatapan menyelidik, bersiap untuk menggoda Izumi karena rasanya semakin hari, gadis itu semakin dekat saja dengan gitaris ONE OK ROCK.

“Katanya dia juga mau memanggil Taka, tapi aku tidak tahu pasti apakah ia akan ikut atau tidak.” Izumi meraih tas dan memakainya.

Risa tidak jadi menggoda Izumi, nama keramat itu disebut-sebut membawa aura negatif di sekitar Risa. Tapi dia juga sadar kalau Taka akan sangat membantu Izumi belajar bahasa Inggris. “Akan lebih bagus jika dia ikut. Ayo ku antar ke kelasnya.”

Risa dan Izumi berjalan menuju keluar kelas dengan tas tersampir di belakang mereka. “Tumben kau punya komen positif tentangnya.”

“Dia memang pintar bahasa Inggris dan akan sangat menolong kalau dia ikut mengajarmu. Maaf ya aku tidak bisa ikut, aku malas melihat laki-laki pendek itu.”

“Padahal kau sekelas dengannya. Waktu kelas satu juga begitu kan?”

“Ya memang, setidaknya masih ada siswa lain jadi aku tidak begitu memperhatikannya. Sudah ya bicara tentang dia, aku malas.”

Izumi tersenyum miring mendengar ucapan Risa. “Risa, kau suka Taka yah?”

Risa memasang ekspresi kaget dan tak percaya, bisa-bisanya Izumi mengatakan hal se-tidak mungkin itu. “Aku? Menyukai Taka? Yang benar saja, Izumi.”

“Aku dengar-dengar nih ya, jika dua orang saling membenci bisa-bisa tumbuh perasaan cinta di antara mereka,” ucap Izumi sambil mengingat-ngingat kalimat yang sering ia baca bahkan dilontarkan oleh banyak orang.

“Aku tidak percaya mitos.”

“Itu bukan mitos, itu benar!”

“Nahh! Kita sudah sampai. Tuh, Toru sedang mengatur bangku.” Risa berhasil mengalihkan topik pembicaraan, kalimat terakhir yang ia ucapkan berhasil mengalihkan perhatian Izumi untuk melirik ke dalam kelas XI 1 dan benar saja, Toru sedang sibuk mengatur bangku untuk mereka gunakan belajar sebentar. Jika dilihat dari jumlah bangkunya, Taka sepertinya akan ikut belajar bersama dengan mereka.

“Kau masuk gih bantu dia. Aku pulang dulu, selamat berduaan, eh maksudnya belajar!”
Risa melangkah mundur menjauhi Izumi dengan lambaian tangan yang terarah kepada Izumi. Gadis bersurai coklat itu balas melambai dan ekspresinya tiba-tiba berubah ketika Taka tiba-tiba saja muncul dengan sekantung minuman dan makanan ringan.

Tidak-tidak!

BRUK!!

Risa berbalik dan adegan tabrakan itu tidak dapat dihindarkan. Perempuan bersurai pendek itu menubruk Taka yang tidak begitu fokus karena sedari tadi ia mengecek isi kantung belanjaannya.

“Aduh!!”

“Kalau jalan yang bener dong!”

“Hey! Aku yang seharusnya bilang begitu!”

Taka mengeluh sakit di bagian bokongnya, begitu pula dengan Risa. Isi kantung belanjaan pemuda itu keluar dan berserakan di mana-mana. Ia melihat ke depan dan mendapati Risa sedang terduduk dengan tidak etis di hadapannya.

“Mati aku.” Taka mengucapkan itu pada dirinya sendiri.

Risa melihat ke depan dan matanya melebar mendapati laki-laki itu yang menabraknya. “Kau lagi!”

Izumi hanya bisa menonton pertunjukkan itu dalam diam. Toru yang sedang sibuk mengatur bangku di dalam kelas mendengar keributan, ia keluar dan mendapati Izumi sedang berdiri di depan kelas.

“Ada apa ini?” tanya pemuda tinggi itu.

Izumi menunjuk ke arah Risa dan Taka yang saling beraduargumen, saling membenarkan diri sendiri padahal masing-masing dari mereka juga yang salah. Risa bangkit dari duduknya, ia membersihkan roknya yang kotor sedangkan Taka memungut isi belanjaannya yang terlempar keluar akibat tabrakan dramatis tadi.

“Kau mau ke mana gadis setan? Bantu aku memungut makanan-makanan ini!”

“Tuh, pungut saja sendiri!” Risa menendang salah satu bungkusan keripik membuat benda itu terlempat beberapa centi ke depan. Taka berseru heboh dalam kekesalannya. “Hey!”

“Kau tidak boleh menendang makanan!” lagi-lagi Taka berseru ke arah Risa yang melangkah pergi meninggalkan koridor.

Toru menggeleng meliat pemandangan yang ada di depannya. Ia kemudian meraih tangan Izumi dan menariknya masuk, “Ayo.”

Sedangkan yang dipegang tangannya hanya bisa terpaku dan menahan degup jantung yang tiba-tiba berpacu dua kali lebih cepat.




***

mengingat kembali kapan terakhir kali aku mengupdate chapter terbaru dari fanfiksi ini, sepertinya sudah lama sekali.

terima kasih untuk kalian yg masih setia menunggu, semoga chapter ini bisa mengobati rasa rindu kalian.

Skinny Love | Toru ONE OK ROCK [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang