"Toru, apakah itu tidak berat?" tanya Izumi setelah sadar kalau sedari tadi pemuda itu membawa gitar di belakangnya.
"Ini? Lumayanlah, tapi aku sudah terbiasa membawanya."
"Ohh... rumahku ada di depan sana." Izumi berucap sambil menunjuk sebuah rumah berwarna putih tulang yang berjarak setengah meter dari tempat mereka berdiri sekarang.
Mereka lalu berjalan, sesampainya mereka di depan rumah. Izumi langsung melepas earphone yang ada di telinganya lalu memberikannya pada Toru, pemuda itu juga melakukan hal yang sama dan memasukkannya ke dalam saku hoodienya.
Tepat setelah Toru memasukkan iPodnya ke dalam kantung, pintu rumah Izumi terbuka menampilkan seorang pria yang merupakan ayah Izumi.
"Itu ayahku," ucap Izumi.
"Selamat malam," ucap Toru lalu menunduk memberikan hormat kepada Ayah Izumi.
"Selamat malam. Izumi, ayo masuk sudah larut," ucap Ayah Izumi memanggil anak gadisnya masuk.
Izumi menoleh ke arah Toru. "Terima kasih banyak sudah menemaniku pulang," ucap gadis itu sambil tersenyum membuat matanya menyipit.
Pemuda itu mengangguk. "Sama-sama," balasnya.
"Aku masuk dulu," ucap Izumi lalu membuka pintu pagar dan menutupnya kembali. Sesampainya di depan pintu utama, ia bercakap sebentar dengan ayahnya dan masuk ke dalam rumah, sedangkan Ayahnya masih berdiri di depan pintu.
"Terima kasih sudah mengantar Izumi pulang," ucap Ayah Izumi.
"Bukan apa-apa, Paman. Kalau begitu saya pulang dulu, permisi."
"Ya."
***
"Aku pulang!" seru Toru setelah ia masuk ke dalam rumah lalu menutup kembali pintu. Ia berhenti sebentar untuk membuka sepatunya dan menggantinya dengan sandal rumah.
"Bagaimana acaranya?" tanya Ayako, kakak perempuan Toru yang muncul dari ruang tengah.
Toru tinggal berdua dengan kakaknya sejak Sekolah Menengah Pertama, sedangkan orang tua mereka berada di kampung, mengurus ladang dan kebun. Hasil dari kerja orang tua akan dikirimkan untuk biaya sekolah Toru dan Ayako, namun itu bukan berarti alasan untuk Toru dan kakaknya bersantai-santai, kakak beradik ini juga harus bekerja sebagai tambahan biaya hidup mereka di sini dan tak jarang juga mereka kirimkan untuk kedua orang tuanya.
"Sukses seperti biasa."
"Cih sombong sekali."
"Kenyataannya memang seperti itu," ucap Toru memutar bola mata. Ia berjalan masuk ke dalam kamarnya yang dekat dengan ruang tengah.
"Ya yaa... kau sudah makan?"
"Sudah sebelum acara tadi," jawab Toru dari dalam kamarnya.
Pemuda itu melepas tas gitarnya, kemudian menyandarkannya pada dinding. Ia kemudian membuka hoodie dan menggantungnya di belakang pintu kamar.
"Tapi pasti kau menghabiskan banyak tenaga saat tampil tadi, ugh! Bahkan aku bisa mencium bau keringatmu! Cepat mandi sana!" 3 kata terakhir diucapkan Ayako dengan suara sengau, ia menutup hidungnya karena bau badan Toru yang menyengat.
"Eh! Apa maksudmu?!" Toru mencium bau badannya sendiri dan merasakan hal yang sama, bau khas keringat. "Mati aku..."
"Apa yang mati?" tanya Ayako bingung.
"Bukan! Bukan apa-apa! Kak Aya keluar saja, aku mau siap-siap mandi!" Toru menutup pintu namun lebih dulu ditahan oleh Ayako.
"Beritahu aku dulu, apa yang mati?" tanya Ayako penasaran sambil berusaha menahan dorongan pintu kamar Toru.
"Bukan apa-apa!"
"Kau yakin?" Ayako memberi tatapan menyelidik kepada Toru, tatapannya sama seperti milik Taka.
"Yakin seratus persen."
"Baiklah kalau begitu." Ayako melepas tangannya dari pintu dan Toru langsung menutup pintu kamarnya. Ia langsung berdiri di depan pintu dengan perasaan khawatir.
"Jangan-jangan selama perjalanan pulang tadi Izumi mencium bau keringatku? Tapi, tapi aku sudah melap keringatku dengan handuk sebelum pulang tadi. Sama seperti biasa setelah kami selesai manggung."
Toru kini memasang wajah khawatir, ia takut Izumi jadi benar-benar jengkel padanya dan menjauhinya karena Toru merasa Izumi adalah seorang gadis yang begitu menjaga kebersihan dan bau keringat adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh gadis itu. Memang sebelum pulang tadi ia sempat membersihkan diri seadanya dengan handuk, tak ada waktu cukup untuk mandi di sekolah apalagi kalau malam kamar kecil di sekolah mereka nampak menyeramkan. Toru tiba-tiba jadi ingat cerita Taka saat terjebak tadi.
Pemuda tinggi tersebut kemudian menggeleng dan berharap Izumi baik-baik saja dengan hal itu.
***
Double update karena lagi pengen aja, wkwkwk. Alasan karena aku ga pernah update lagi karena chapter ini, aku ragu soalnya chapter ini yang paling gaje dari semuanya juga isinya lebih sedikit, cuman ada 500 an words, ke depannya aku akan lebih bnyak nulis lagi.
Makasih udah baca dan sampai ketemu di chapter selanjutnya!
Naya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Skinny Love | Toru ONE OK ROCK [✔]
Fanfic[COMPLETED] Ketika dua orang saling mencintai namun terlalu malu untuk mengakuinya, tapi mereka tetap menunjukkannya. Toru ONE OK ROCK fanfiction ©2019 written by yanlors