Keadaan Ayah tidak mengalami perkembangan, kata dokter. Namun akhir-akhir ini memang relatif stabil dan tidak cenderung menurun seperti beberapa hari lalu.
Mina jadi sedikit mensyukuri dipercepatnya pernikahannya dengan Yoyo karena sejak hari itu, tepatnya tiga hari yang lalu, keadaan Ayahnya tidak pernah lagi mengalami penurunan, meskipun masih harus dirawat intensif di rumah sakit.
Mina kembali dari ruangan dokter dan mendapati kamar rawat ayahnya bertambah 4 orang pengunjung. Mina langsung mengenali mereka dari seragam dinas yang sama seperti milik Ayah. Beberapa di antara mereka bahkan sudah pernah bertemu dengannya.
"Ini Mina kan? Makin cantik, ya."
"Iya, udah lama nggak lihat kamu main ke kantor. Sibuk ya sekarang?"
Mina tersenyum sopan sambil menyalami teman-teman ayahnya itu, kemudian mengangguk mengiyakan. "Sibuk kuliah, Tante. Jarang ada waktu buat ke kantor Ayah lagi."
"Sayang banget, padahal bulan lalu anak tante magang di kantor. Jadi nggak bisa ketemu kamu deh."
Mina yang tidak terlalu mengerti maksud ucapan teman ayahnya itu hanya membalas dengan senyuman.
"Kalau ketemu kayaknya bisa cocok, tuh. Yang satu ganteng, satunya cantik," timpal seorang pria yang berseragam senada namun belum Mina ketahui namanya.
"Dilihat dari umurnya juga cocok kan, anakmu baru lulus kuliah jadi pas buat Mina," sahut wanita yang lainnya lagi sebelum beralih ke Mina. "Kamu semester berapa, nak?"
"Semester 3, Tante."
"Tuh kan, aduh sayang banget belum jodoh," keluh wanita yang bertanya tadi, yang menimbulkan kerutan samar di kening Mina.
"Masih bisa diusahain kok, kapan-kapan tante kenalin sama anak tante mau kan?"
Ayah Mina yang sejak tadi hanya menyimak akhirnya mengeluarkan kekehan ringan, menginterupsi usaha Mina yang hendak menjawab pertanyaan teman kerjanya tadi.
"Harusnya kamu ajak anakmu kesini tadi, biar bisa kenalan sama putriku. Mereka pasti bisa jadi teman baik. Iya kan, Na?" Ayah menatap Mina lalu tersenyum. "Kalau untuk dijodohkan sayangnya tidak bisa, putriku ini sudah ada pawangnya," pungkas Ayah yang dilanjutkan kembali dengan tawa lemahnya.
"Anakmu udah punya pacar? Pantes sih, cantik begini nggak mungkin masih jomblo, ya."
Seisi ruangan itu kembali dihiasi tawa teman-teman Ayah. Sedangkan Mina hanya senyam-senyum sejak tadi. Ia merasa senang hari ini, senang karena ayahnya dikunjungi oleh orang-orang baik yang berhasil membuat keadaan ayahnya tampak lebih baik lagi.
Dan senyumnya bertambah lebar ketika pintu ruangan ayahnya kembali diketuk, lalu masuklah sosok yang dinantinya sejak tadi.
"Nah, ini dia orangnya." Ayah sedikit berseru dengan sisa tenaganya, menyambut kehadiran Yoyo yang meski terlihat lelah usai kuliah namun masih bisa tersenyum ramah menyapa semua orang.
Disalaminya satu-persatu penjenguk Ayah sebelum berjalan mendekati tempat Mina berdiri sambil melempar tatapan bertanya pada gadis itu.
"Ini pacarnya Mina?"
Tidak satupun dari Ayah, Mina, maupun Yoyo yang berinisiatif merespon. Namun diamnya mereka justru disimpulkan sebagai jawaban positif oleh yang lain.
"Ganteng ya, kenal Mina darimana?"
"Namanya siapa?"
"Pantesan Mina nggak mau dikenalin sama anak saya."
Yoyo tertawa kecil sebelum menjawab dengan sabar, "Nama saya Bramantyo, Tante. Seniornya Mina di kampus, tapi beda jurusan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Forelsket (On Hold)
RomansMina selalu meyakini bahwa semua yang terjadi di dunia ini sudah menjadi takdir Tuhan yang harus ia terima. Termasuk ketika Ayahnya ditakdirkan harus menerima cobaan berat melalui sebuah penyakit, yang berujung pada takdirnya sendiri yang harus meni...