Mesin motor sudah dipanaskan, Yoyo juga sudah tampan dan wangi setelah mandi. Kini ia berjalan memasuki kamar untuk memanggil Mina yang sejak beberapa menit lalu sedang bersiap.
"Berangkat sekarang, Na?" Tanya Yoyo melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah delapan pagi.
Mina mengalihkan pandangan dari layar ponselnya. Yoyo seketika menaikkan alis melihat ekspresi kecewa sekaligus bingung dari istrinya itu. "Kenapa?"
"Aku ada kelas pengganti dadakan hari ini. Masuk setengah jam lagi," keluh Mina, sedikit menyesal mengapa tidak mengecek ponselnya lebih awal.
Kedua kakinya kemudian bergerak ke arah meja di sudut kamar, mengambil beberapa buku untuk dimasukkan ke dalam tas miliknya. Dari pergerakannya, Yoyo menyimpulkan kalau suasana hati Mina memburuk. Mungkin karena gadis itu kesal atas kelas pengganti, atau karena dia kecewa tidak bisa menemani Ayah di rumah sakit.
Opsi kedua lebih masuk akal.
"Aku libur hari ini, bisa temanin Ayah di rumah sakit selama kamu kuliah." Mina mengangguk tanpa semangat menyetujui usul Yoyo. "Jangan cemberut gitu dong, kuliah kan demi masa depan kamu juga."
Mina menoleh setelah menutup resleting tasnya. "Iyaaa," jawabnya kini lebih santai, tidak lagi tampak raut kesal di wajahnya. "Sekarang bisa antar aku ke kampus dulu, kan? Takut telat kalau pesan ojol."
"Bisa banget, sekarang tugas ojol-ojol kamu sebelumnya kan udah pindah ke aku. Ayo." Yoyo mengedikkan kepala sebelum berbalik.
Mina terkekeh, diikutinya langkah kaki Yoyo yang memimpin jalan keluar. Jarang-jarang Mina bisa tertawa seperti itu lagi di rumah ini, terutama sejak ayahnya divonis sakit keras.
Sekarang, peran untuk membuat Mina tertawa sudah dipegang oleh Yoyo.
---
Shanny dan Nayla, keduanya langsung menyeret Mina ke kelas setelah melihat gadis itu turun dari motor Yoyo di parkiran tadi.
Mengabaikan tatapan bingung dari beberapa orang yang sudah tiba lebih dulu di kelas mereka, Mina tetap dipaksa berjalan dengan lengan yang digenggam erat di kanan dan kiri oleh kedua temannya itu.
"Aw!" keluhnya dengan seruan tertahan saat bokongnya didudukkan paksa di sebuah kursi. Kedua matanya menyalang marah kepada Shanny dan Nayla bergantian.
"You need to explain, Min!" Dan interogasi pun dimulai.
"Ya tapi nggak perlu pakai kekerasan begini dong!" protesnya.
"Well, ini bukan pertama kalinya kan lo dibonceng Kak Yoyo ke kampus?" tanya Shanny yang lebih menyerupai sebuah pernyataan. "Kalo gue inget-inget, udah sekitar dua atau tiga kali gue dengar gosip about 'Mina and Yoyo' thingy."
Mina menyipitkan mata, dirinya bahkan baru tahu tentang gosip tersebut.
"Kata anak-anak, sekitar dua atau tiga minggu lalu lo juga pernah dianter-jemput sama Kak Yoyo? Jadi itu beneran?" timpal Nayla.
"Anak-anak siapa?" tanya Mina bingung.
"Bener, Nay." Itu Shanny yang menjawab. "Gue juga liat kok dia naik motornya Kak Yoyo pas kapan itu, tapi nggak dijemput di parkiran sih. Waktu itu dia kayak masih diem-dieman dating-nya, jadi ketemuan di halte depan sana tuh yang rada jauh."
Nayla berdecak. "Jadi cuma gue yang belum pernah ngeliat sebelumnya? Yang lain bahkan bilang kalo nggak cuma sekali mereka keliatan bareng."
"Yang gue denger sih udah sekitar dua kali Kak Yoyo keliatan di kawasan FMIPA. Dan dua-duanya itu karena nganter sama jemput Mina."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forelsket (On Hold)
RomanceMina selalu meyakini bahwa semua yang terjadi di dunia ini sudah menjadi takdir Tuhan yang harus ia terima. Termasuk ketika Ayahnya ditakdirkan harus menerima cobaan berat melalui sebuah penyakit, yang berujung pada takdirnya sendiri yang harus meni...