Shadow #20 - Berhenti sejenak

1.2K 131 0
                                    

Alicia' flat, New York

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alicia' flat, New York.

"Setidaknya kau harus makan sesuatu agar tidak sakit, Alicia."

Desahan panjang lagi-lagi mengakhiri ucapan Brittany yang dianggap seperti angin lalu oleh Alicia. Gadis itu hanya diam, meringkuk di balik selimutnya dan menatap jendela besar di hadapannya dengan pandangannya yang sedih. Iris biru itu tak lagi bercahaya. Hanya kesedihan dan duka mendalam yang terpancar dari sorotnya yang redup. Matanya yang sembab karena tak bisa berhenti menangis juga membuat keadaannya tampak mengkhawatirkan.

"Sudah tiga hari kau berdiam diri seperti ini. Kau tahu, kau mulai membuatku cemas, Alicia," ucap Brittany lagi. Ia lalu meletakkan semangkuk sup wortel buatannya di atas nakas. "Aku sudah mengabari Ace dan dia akan kembali ke New York hari ini."

Alicia mengernyitkan keningnya dan berbalik. "Kau memberitahunya?"

Dan gadis berambut pirang itu hanya mengedikkan kedua bahunya acuh. "Aku tidak bisa melihatmu seperti ini terus." Mata cokelat Brittany melirik mangkuk sup di atas nakas sekilas sebelum akhirnya kembali pada Alicia. "Kau belum makan selama tiga hari, Alicia. Kau bisa sakit jika terus menyiksa dirimu begini."

Namun Alicia justru kembali berbalik dan memandangi jendelanya lagi. Tampak masa bodoh dengan berita yang baru saja Brittany sampaikan. "Aku tidak bisa merelakannya pergi, Britt."

"Nicholas akan menangani kasus ini dan kita akan segera menghukum pelakunya," sahut Brittany memperjelas. "Kau percaya padanya, bukan?"

"Tapi Mrs. Portman...," Alicia menggigit bibirnya, menahan air mata yang lagi-lagi mendesak untuk keluar dari tempatnya. "Dia sudah seperti keluarga bagiku."

Brittany hanya bisa mengembuskan napas berat sebelum merangkak naik ke atas kasur mendekati Alicia. Ia duduk di sana, meski Alicia terlihat sama sekali tak berniat untuk berhenti membelakanginya. "Kita tidak bisa merubah takdir, Alicia. Semua orang akan meninggal pada waktunya dan ketika waktu itu tiba, kita hanya harus mengikhlaskannya." kemudian Alicia berbalik, menatapnya dengan pandangan sedih. "Jangan paksakan dirimu lagi, Alicia."

Lalu cairan bening dari mata Alicia yang sejak tadi dibendungnya, kini mengalir cepat bersamaan dengan tubuhnya yang bangkit dan tangannya yang langsung mendekap Brittany erat. Dan berlaku sebaliknya, Brittany juga merengkuh sahabatnya lebih dalam saat isakan tangis Alicia terdengar semakin pilu.

"Semua akan baik-baik saja, Alicia," ujar Brittany menenangkan.

Kemudian Alicia menghentikkan tangisnya. Tubuhnya masih terguncang, tapi akhirnya ia merenggangkan pelukan itu dan menatap manik cokelat sahabatnya lurus-lurus. "Aku akan menemukan pelakunya," katanya penuh tekad.

"Tapi itu berarti--"

"Kau bilang Nicholas yang menangani kasus ini, bukan?" sela Alicia bersemangat. "Artinya akan lebih mudah bagiku untuk masuk ke dalam penyelidikan dan menemukan pelakunya."

"Alicia, tapi kurasa itu bukan ide yang baik," sanggah Brittany, berusaha mencegah sahabatnya untuk kembali berurusan dengan persoalan kriminal yang mungkin berbahaya untuknya.

Namun Alicia sudah bersikukuh dan meneguhkan hatinya sendiri. "Cukup rahasiakan ini dari Ace dan aku akan menemukan pelakunya secepat mungkin." Ia menggenggam tangan Brittany setelahnya. "Percaya padaku, Britt."

Merasa tak bisa berbuat banyak, gadis berambut pirang itu hanya bisa mengangguk setuju dan kembali menyambut pelukan penuh syukur yang diberikan Alicia.

"Terima kasih sudah membantuku sejauh ini, Brittany."

***

Suara merdu milik Avril lavigne menemani malam Alicia yang gerimis. Ia memandangi jendela besar di kamarnya yang mulai tertutupi embun sejak tadi. Dilihatnya dengan jelas di sana, bahwa langit begitu gelap dan tampak sama sedihnya dengan dirinya.

Ia lalu menghela napas panjang dan duduk di tepi ranjang. Iris biru itu memang menyorot pemandangan yang ada di balik jendela, tapi pikirannya justru mengawang entah kemana.

Sampai suara ketukan dari luar, membuatnya tersadar dari lamunan.

Siapa yang bertamu semalam ini? pikir Alicia.

Namun ia tetap bergerak menuju pintu utama untuk menemukan jawabannya sendiri. Dengan kehati-hatian, ia melangkah mendekati pintu yang masih diketuk tersebut. Dan dalam satu helaan napas pendek, ia memberanikan dirinya untuk menarik kenop pintu dan membukanya.

"Alicia!" Belum sempat berkata-kata, sang tamu sudah menerjang masuk ke dalam dan memeluk gadis itu. "Apa kau baik-baik saja, sayang?"

"Ace?"

"Aku sangat khawatir saat mendengar semuanya dari Brittany." Ia merengkuh tubuh Alicia lebih erat sekarang. Ace jelas terdengar sangat-sangat khawatir kepada Alicia.

Namun Alicia justru memilih melonggarkan pelukan dari kekasihnya itu. Ia lalu memutar kedua bola matanya malas dan menimpali, "Aku baik-baik saja, Ace."

Jelas akhir-akhir ini Alicia sedang kehilangan perasaannya untuk Ace, ditambah lagi suasana hatinya yang tak mendukung karena kepergian Mrs. Portman. Sekarang, Ace justru kembali dengan sikap berlebihannya? Alicia tentu merasa tak nyaman.

"Kudengar kau belum makan apapun selama tiga hari," tukas Ace prihatin. Ia kemudian merogoh saku celananya dan menyodorkan sekotak cokelat khas eropa kepada Alicia. "Aku membawakan ini untukmu. Jadi kumohon ... makanlah."

Alicia memperhatikan kotak cokelat tersebut beberapa detik, sebelum akhirnya rasa bersalah muncul dan melemahkan hatinya. Ia-pun segera menerima kotak cokelat dengan pita putih di atasnya itu dan tersenyum tipis pada Ace. "Maaf karena aku tidak mengabarimu," ucapnya berusaha terdengar tulus. "Aku ... tidak bisa, hanya tidak bisa melakukannya."

Pria bertubuh tinggi itu lalu mengusap pipi Alicia dengan lembut. Iris cokelatnya yang gelap-pun memandangi gadis di hadapannya sendu. "Tidak apa sayang. Aku mengerti situasinya." Alicia lalu kembali tersenyum. Memang tidak sehangat biasanya, tapi setidaknya cukup untuk membuat Ace merasa lega. "Aku akan menginap untuk memastikan keadaanmu malam ini," sambungnya.

Butuh waktu beberapa saat hingga akhirnya Alicia menyetujui tawaran Ace barusan. "Baiklah." Lagipula, mungkin memang ada baiknya jika Alicia berhenti sejenak untuk membuat perasaan hatinya sedikit lebih baik.

Karena esok, ia akan bersiap untuk mengusut tuntas kasus pembunuhan yang menimpa Mrs. Portman, dosen kesayangannya itu. []

Another Shadow : Secret Series (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang