6• Sleepover

3.4K 455 47
                                    

Apa yang sebenarnya salah pada Renjun?

Renjun sendiri sebenarnya tak tahu kenapa, tapi ia benar menyadari sesuatu. Dirinya yang selalu terkesan manja dan kekanakan ketika berada didekat Jeno.

Tak peduli ketika dirinya tengah emosi atau bahagia, berada disisi Jeno selalu sukses membuatnya terlihat seperti anak kecil.

"Mengantuk?"

Renjun yang sama sekali sudah tak fokus pada televisi itu mengangguk lemah, sesekali memejamkan matanya seolah tak peduli dengan apa yang ditayangkan di depan sana.

"Ayo kuantar ke kamar"

"Tidak mauuuu"

"Katanya mengantuk?"

"Kau masih mau menyelesaikan film-nya kan? Aku temani"

Jeno menghela nafasnya, tak bisa sama sekali memaksa kalau Renjun sudah merengek seperti itu.

Duduknya mendekat, mempersempit jarak antara dirinya dan Renjun hingga ia dapat memeluk tubuh mungil itu.

"Sini" Jeno menariknya, berniat membiarkan kekasih manisnya itu menyadarkan diri padanya.

"Tidak ma—"

"Pelukanku hangat tau"

"nanti ada yang li—"

"Siapa yang malam-malam akan datang kerumahku? Kau tahu juga aku tinggal sendirian"

"Jeno~"

Grep!

Pada akhirnya dengan kesadaran yang tinggal separuh, Renjun menyandarkan kepalanya pada dekapan sang pujaan. Dan.. Wah, benar-benar hangat seperti apa yang Jeno bilang.

"Jeno.."

"Hn?"

Renjun mendongak, berniat menatap netra sang kekasih, namun yang ia tangkap hanya rahang tegas disana.

"Ish, lihat akuuu~"

Jeno tak menggubris, mata bulannya masih menatap layar televisi yang menyuguhkan aksi bertarung Spiderman dengan sang musuh. Renjun merasa terabaikan.

"Jenoooo~"

"Sebentar, sayang. Lihat, klimaks nya disini--Aw!"

Pinggang jagoan basket sekolah Renjun cubit kecil, "Rasakan! Siapa yang malah mengabaikan ku, eh?"

Bibir merah mudanya dipoutkan saking kesalnya, tak mau lagi memandang sang kekasih yang kini hanya bisa tersenyum gemas.

"Ututuuu manisnya kalau sedang merajuk seperti ini"

Usapan lembut Jeno berikan dikepala Renjun, membuat si manis itu terlihat semakin nyaman diposisinya.

Debaran halus jantung Jeno juga menyenangkan, terdengar menenangkan hingga rasanya begitu nikmat jikalau Renjun benar-benar terlelap nantinya.

"Ayo kuantar ke kamar"

"hmmh, begini saja"

"Tidurlah...."

cup

"...nanti kupindahkan ke kamar kalau film-nya selesai. Hehe"

Kecupan ringan itu kembali Jeno berikan dipucuk kepala Renjun. Membuat si manis itu mengeluh pelan tapi tak sama sekali menolak ketika Jeno merengkuh pinggangnya erat.

.
.

Yang Renjun rasakan malam itu adalah hawa dingin yang mendominasi. Selimutnya ia tarik untuk menutupi seluruh tubuh, menghalau angin-angin nakal yang hampir membuatnya membeku.

FirefliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang