'Ibu kota adalah tempat yang sesuai untuk mengadu nasib'
Selalu kalimat itu yang ku dengar setiap saat, setiap waktu, bahkan bila aku mandi tetangga sebelah juga berbicara seperti itu. Tapi itu semua hanya bualan saat aku membuktikannya sendiri, pindah ke ibu kota saat masih sekolah. Ya, itu dulu dan sekarang aku sudah berusia 27 tahun. Usia yang matang bagi yeoja untuk menikah, namun demi bertahan hidup di kota ini, aku harus menyingkirkan anganku itu.
Setiap hari aku harus bekerja di dua tempat yang berbeda. Siang menjadi kasir restoran, malam aku akan bekerja di tempat yang dapat memberiku banyak uang hanya dalam tiga atau empat jam. Dari itulah aku bisa membeli rumah yang sederhana dan membayar hutang yang ditinggalkan orangtua untukku. Sedikit demi sedikit membayar karena hutang menumpuk sejak aku masih kecil.
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
Malam ini seperti biasa, di tengah kota yang ramai dan dingin irene berjalan cepat menuju tempatnya bekerja. Berharap mendapatkan kehangatan dari sehelai selimut yang mendekap tubuhnya. Jangankan beli coat, untuk beli sepatu saja dirinya masih kesusahan. Tampilannya sangat sederhana yang tanpa orang tahu ia juga menyimpan kekhawatiran yang begitu besar.
Tampak seorang namja sedang menepi bersama mobil mercedes warna hitamnya. Namja itu membuka kap depan mobil dan memegang peralatan ala bengkel. Irene mendekati namja malang itu.
"Ada yang bisa saya bantu, tuan?" tanya irene.
Namja itu menoleh padanya. "Irene?"
"Seulgi?"
Seulgi tersenyum dan membersihkan tangannya dengan lap hitam yang ada di samping kap mobil. "Tak ku sangka kita akan bertemu disini, bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tidak berjumpa ya..."
Irene tersenyum malu dan mengajak seulgi bersalaman. "Kabarku sangat baik. Kau hanya sendirian, tidak mengajak istrimu?"
Seulgi nampak diam dan berpikir sejenak, bibirnya menyunggingkan senyum yang tak dapat diartikan. "Istriku lebih memilih di rumah saja, oh iya sebentar lagi akan ada reuni di sekolah. Ku harap kau mau datang, bersama suami dan anakmu mungkin?"
"Aku berharap bisa datang. Mau aku bantu perbaiki mesinnya? Aku ahli dalam hal ini, menyingkirlah dulu nanti bajumu bisa kotor."
Setidaknya dirinya masih punya keahlian yang didapatnya dari bekerja di bengkel beberapa tahun yang lalu, hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menolong orang. Selebihnya, irene tak begitu terampil melakukan keahlian lain, hanya memasak saja karena ia seorang yeoja.
"Kau bekerja dimana? Jarang sekali seorang yeoja bisa memperbaiki mesin mobil, apakah di bengkel?" tanya seulgi.
Irene hanya tersenyum. "Sudah selesai, coba hidupkan mobilnya.."
Seulgi masuk ke dalam mobil dan menyalakan mobilnya. Tak disangka mobilnya sudah berfungsi lagi, seulgi tersenyum puas dengan hasil kerja irene.
"Terimalah uang dariku ini, aku sangat berterimakasih padamu."
Irene tidak bisa menolaknya, lumayan untuk uang makannya selama beberapa minggu. Apalagi ini tanggal tua, restoran belum memberinya gaji hingga awal bulan nanti.
"Kuharap kita lebih sering bertemu lagi." kata seulgi.
Bunyi klakson mengakhiri pertemuan singkatnya dengan namja yang dulu pernah singgah dihatinya hingga beberapa bulan. Masa lalu itu yang sedikit membuat irene tak leluasa dalam bicara, baru kali ini mereka bertemu lagi setelah hampir 11 tahun berpisah.
Seulgi selalu ada dihatinya bahkan sampai sekarang, tapi irene sadar bahwa namja yang dicintainya itu sudah berkeluarga. Kabar itu berhembus dari surat kabar yang dibacanya beberapa tahun lalu, sebagai pebisnis terkenal kehidupan seulgi disorot dan apapun yang terjadi pasti akan ada di berita. Begitulah cara irene kepo tentangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN US [SEULRENE]
FanfictionSeorang pebisnis terkenal, kang seulgi hidup bahagia bersama sang istri. Namun, apakah yang selama ini dilihat publik adalah yang sebenar-benarnya? Bagaimana saat orang lain hadir dalam hidupnya? Andaikan sang istri tahu bahwa sang suami sangatlah t...