11 • Goodbye [END]

586 32 1
                                    

-Happy Reading-
_______

Rania berdiri mematung. Tubuhnya seperti membeku ketika melihat banyak orang yang menggunakan serba hitam sambil membawa buket bunga.

Semua orang bahkan terlihat histeris kala mereka semua menatap banyak foto yang terpampang di tembok dan banyak karangan bunga disampingnya.

Hari ini adalah hari dimana semua orang memperingati ke seratus hari pasca kecelakaan pesawat yang menewaskan hampir seratus penumpang. Termasuk orang tua Rania dan Rannia.

Rania sedikit tersenyum saat foto kedua orangtuanya baru saja di pasang disana. Tapi matanya tidak bisa berbohong jika ia sangat terpukul. Tanpa ia sadari air matanya jauh dan seperti biasa dengan cepat ia menyekanya karena tidak ingin orang-orang melihatnya menangis.

Sebuah tangan yang ukurannya sedikit kecil memegangi tangannya. Rania sedikit menunduk saat melihat pemilik tangan itu lebih kecil darinya. Ia tersenyum memperlihatkan bahwa dia baik-baik saja.

Kemudian enam orang dewasa tiba-tiba muncul dari belakangnya. Rania menatapnya satu persatu. Semua orang datang untuk memperingati seratus hari keluarga mereka.

"Kak Nia, itu foto mama dan papa Rannia" Ucap Rannia sembari menunjuk dia foto yang ada di depannya.

Rania melihat jelas foto yang ditunjuk oleh Rannia. Mereka sama-sama sedang tersenyum di dalam foto dan sementara anak-anak mereka menangis di kehidupan nyata. Sangat menyedihkan bukan.

Ternyata pertemuan mereka bukan tanpa alasan. Nama yang sama, sikap yang hampir sama bahkan mereka berdua juga bernasib sama. Dan mungkin itulah alasan mengapa mereka dipertemukan.

"Rasanya gak percaya, semuanya berakhir kayak gini. Kemarin aku tidak merasa khawatir sedikit pun, aku bahkan terlihat bahagia walaupun sebenarnya aku tidak tau apa yang membuatku bahagia. Tapi sekarang aku menangis saat tau mereka meninggalkan ku untuk selamanya."

"Kak Nia jangan nangis, kak Nia harus kuat, kak Nia pasti bisa ngelewatin semua ini. Kak Nia gak sendiri, kan ada Rannia."

Rania berjongkok menyetarakan tinggi badannya dengan Rannia. Ia melihat mata Rannia yang begitu kuat tidak sepertinya.

"Rannia lihat." Rania menunjuk foto kedua orangtuanya. "Itu foto mama dan papa Kak Nia. Sebelum mereka pergi, mereka menyuruh kak Nia untuk makan banyak dan mereka juga bilang kalau mereka sayang banget sama kak Nia." Rania menyeka air matanya. "Tapi sekarang Kak Nia kehilangan segalanya. Mereka tinggalin Kak Nia untuk selamanya."

"Mama, Papa Rannia juga bilang kalau mama dan papa sayang sama Rannia. Mereka juga pergi ninggalin Rannia. Tapi Rannia gak boleh nangis, kak Nia juga gak boleh nangis." Jeda beberapa detik. "Jika seseorang meninggalkan kita untuk selamanya maka kita tidak boleh menangisinya tapi yang harus kita lakukan adalah mengikhlaskan dan mendoakannya."

Rania tersenyum mendengar ucapan Rannia yang begitu dewasa dari usianya. Tidak seperti dirinya yang cengeng dan pesimis.

______

Rania membuka pintu rumahnya yang sudah beberapa bulan ia tinggalkan. Sejak hari itu ia tidak pernah lagi berkunjung ke rumahnya. Tapi sekarang dia datang untuk melihat semua kenangan yang ada dirumahnya.

Mulai dari foto masa muda orang tuanya hingga foto masa remajanya dan tak lupa foto keluarga yang di cetak dengan ukuran besar menggantung di tembok membuat matanya banjir air mata. Dengan cepat ia menghapusnya, ia tidak boleh menangis.

Seketika Rania menoleh kearah dapur dimana mamanya sering memasak makanan kesukaannya disana. Kemudian ia menoleh kearah sofa dimana papa nya selalu duduk disana sambil membaca majalah atau koran.

Rania menunduk lesu. Ternyata seperti ini rasanya kehilangan orang yang disayangi. Berat.

Rania memasuki kamarnya yang sudah penuh dengan debu karena tidak pernah dibersihkan. Ia kembali mengingat saat-saat dimana mamanya selalu mengomelinya karena sulit untuk bangun pagi.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Layar yang otomatis menyala memperlihatkan panggilan masuk dari Aji. Ia segera mengangkatnya.

"Kamu dimana?'

"Di Rumahku"

"Saya jemput!"

"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri." Ucapnya kemudian mematikan telfonnya.

Rania menatap sekelilingnya. Rumah ini adalah kenangan terindah orangtuanya. Tapi sekarang dia harus meninggalkan rumah ini untuk waktu yang cukup lama.

Setelah itu Rania berjalan keluar dari kompleknya. Ia segera mencari ojek atau taksi yang bisa digunakannya untuk pulang.

Tapi tiba-tiba mendadak waktu seperti melambat. Ia mendengar orang-orang sekitarnya berteriak dan tiba-tiba tubuhnya terpental dan tergeletak di jalan raya. Seketika semua orang yang ada di tempat kejadian menghampirinya untuk memastikan keadaannya.

Jalan seketika ramai dan terjadilah kemacetan. Sebuah mobil sedan baru saja merenggut nyawa seorang gadis.

Sementara Aji yang berada tak jauh dari tempat kejadian mulai merasa gelisah. Sedari tadi ia menghawatirkan Rania.

Aji dengan spontan memukul setir mobilnya dengan keras untuk meluapkan emosinya. Ia sedang buru-buru tapi jalan yang dilewatinya sangat tidak bersahabat.

Ia kemudian menelfon Rania untuk memintanya agar menunggunya saja disana. Tapi ternyata ponsel Rania tidak aktif. Aji semakin kesal.

"Sial! Kenapa jalannya macet sih!?"

Aji terlihat beberapa kali mengeluarkan kepalanya dari jendela mobilnya. Ia penasaran dengan kerumunan yang telah membuat kemacetan panjang.

Ia kemudian memutuskan untuk turun dari mobilnya dan menghampiri kerumunan itu untuk memeriksanya sendiri.

Alangkah terkejutnya saat ia melihat seorang gadis yang ia kenal tergeletak di jalan. Ia menatap gadis itu tidak percaya. Tubuhnya ambruk seketika. Ia dengan sekuat tenaga merangkak mendekati tubuh gadis itu yang terbaring bersimbah darah. Tangannya gemetar menyeka pipi gadis itu.

"RANIAA!..." Teriaknya membuat orang-orang disana terkejut dan menatap iba.

Aji langsung memeluk tubuh Rania yang sudah tak sadarkan diri. Ia juga menangis histeris. Melihat orang yang baru saja masuk kedalam kehidupannya pergi untuk selamanya.

"Rania bangun! Ayo bangun! Wake up please! Jangan tinggalin saya Rania! Saya butuh kamu."

Aji memeluk tubuh Rania dengan sangat erat karena mungkin ini adalah pelukan terakhirnya. Ia tak pernah menduga bahwa gadis yang baru saja mengisi hatinya akan pergi untuk selamanya.

TAMAT.

Thanks guys udah nemenin sini. Gak nyangka banget cerita ini bakal selesai kayak gini. Walaupun sebenarnya penulisannya berantakan banget dan gak jelas alurnya. Hiks.

Tapi author benar-benar berterimakasih untuk kalian yang sudah berkenan baca terutama yang namanya selalu masuk di notifikasi ku🧡🧡🧡 lov you guys 😘🥰

Dan walaupun ini part terakhir, saran dan kritikannya tetap dibutuhkan ya jadi silakan yang mau ngasih saran atau kritikan Monggo di kolom komentar, saya sebagai penulisnya dengan senang hati menjawab komentar2 kalian.

See you soon, author kece badai 🤭

You Are My Everything ✓ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang