3. Reality Between Us

420 42 46
                                    

Don't feel alone.
I'll stand by you.

-Park Chorong-

.

.

.

.

Joy mengaduk sarapannya tanpa minat. Hal yang tentu saja membuat Chorong mengerutkan dahinya. Adiknya itu tidak akan melamun kecuali ada sesuatu yang sangat genting untuk dipikirkan. Chorong sangat tau soal itu.

"Ada apa?"tanya Chorong penasaran.

"Bukan apa-apa."ujar Joy cepat. Matanya kembali tertuju pada sarapan dan script yang harus dia hafalkan.

"Ada yang mau kau bicarakan dengan Eonni?"tanya Chorong lagi.

"Aku... Kepikiran soal script dan adegan yang harus kumainkan hari ini."aku Joy dengan senyum tipis. Sial. Dia selalu bisa berakting. Tapi tidak di depan kakaknya. Chorong terlalu tau tentang perubahan ekspresinya. Tapi gadis itu mencoba diam dan melanjutkan sarapannya kembali.

"Kau akan berangkat sendiri? Tidak berangkat bersama Sungjae?"tanya Chorong ketika Joy memasukkan buku script ke dalam tasnya. Bubur ayamnya sudah habis. Begitu juga dengan susu hangat yang selalu disiapkan Chorong semenjak orang tua mereka meninggal.

"Dia kemari?"

"Sungjae baru saja mengirimkan pesan. Aigoo... Kupikir dia sudah mengontakmu lebih dulu."

Belum sampai keduanya terdiam, bunyi bel apartemennya terdengar. Joy berlari ke arah pintu dan mendapati Sungjae tersenyum di baliknya.

"Annyeong."sapa pria itu.

"Kenapa kemari?"tanya Joy tidak percaya.

"Eee?? Kupikir akan lebih irit kalau aku menjemputmu. Bukan begitu, Noona?"tanya Sungjae pada Chorong yang hanya bisa tersenyum simpul. Pipi Joy bersemu merah. Dan melihat rona itu membuat hati Chorong tenang.

"Jangan sampai lecet, arasseo? Kembalikan kemari dalam kondisi utuh."gurau Chorong.

"Eonni!"

Chorong terkekeh dan menepuk pipi adiknya dengan lembut. "Arasseo... Arasseo. Pergilah. Nanti kau terlambat."

"Kajja." Sungjae mengulurkan tangannya pada Joy dengan riang. Joy hanya menunduk malu sembari menyambut tangan pria itu. Hatinya berdebar tak karuan. Namun berbeda dengan Joy, Sungjae tersenyum riang karena hari ini berhasil melihat Noona kesayangannya tersenyum. Aigoo... Senyum itu benar-benar membuatnya melambung. Bagaimana bisa seperti ini, Ya Tuhan?

Chorong yang sudah melihat adiknya berlalu segera kembali ke dalam dan membereskan sisa sarapan mereka dengan cepat. Dia harus segera berangkat ke kindergarden tempatnya mengajar. Bisa-bisa dia terlambat kalau tidak segera pergi.

.

.

.

.

.
"Dalam opiniku, lagumu masih kurang komersil Changsub. Musik oke. Tapi lirik belum mendukung."komentar Bae Hyunbin, salah satu produser musik dalam Cube entertainment.

"Ada masukan?"tanya Changsub harap-harap cemas.

"Entahlah. Aku hanya merasa... Liriknya kurang mengena di pasar. Dan akan kalah dengan musiknya. Yang terpenting dalam hal ini, kita harus memberikan musik yang easy to listening. Dan aku belum menemukannya dalam lagumu."

Changsub menyandar ke kursi dan menghela nafas panjang.

"Aku tidak meragukan kemampuanmu. Tapi... Kau mungkin butuh masukan dari Hyunsik untuk urusan ini. Dia punya sense of romantic yang bagus. Sekalipun dia bukan seorang cassanova seperti Minhyuk."

Gone [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang