Rebas Transparan
Netra kelabunya telah terpejam. Gumpalan kapas di angkasa ikut mendung, diiringi kilatan memori yang menyambar raga. Orang-orang masih berlalu, membuktikan bahwa aku bukanlah Tuhan. Aku hanyalah aku, seorang hamba hina yang kini bergeming di samping tubuh seorang gadis yang telah diselimuti kain putih.
Dadaku sesak. Napasku ikut tercekat. Aku marah. Aku kecewa. Aku muak. Aku, aku, aku! Hanya aku yang dapat disalahkan!
Tangan terkepal, pelipis berpeluh. Gigi menggertak, netra ikut membuntang. Gemuruh di dalam jiwa semakin membara, namun kutahan sekuat tenaga rebasan transparan yang hendak mengamuk.
Kepala tengadah, menatap gemintang di lautan kelam. Tanpa sadar aku ikut tenggelam. Karena kisah kita telah karam.
Palembang, 2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Kata
General FictionMengecap tiap inci perasaan melalui potongan-potongan kata yang hilang. Hanya berisi beberapa patah kata milik penulis sejak tahun 2018. . Higest rank: #305 - wattys #504 - poetry (5 April 2018)