25

2 1 0
                                    

Rebas Transparan

Netra kelabunya telah terpejam. Gumpalan kapas di angkasa ikut mendung, diiringi kilatan memori yang menyambar raga. Orang-orang masih berlalu, membuktikan bahwa aku bukanlah Tuhan. Aku hanyalah aku, seorang hamba hina yang kini bergeming di samping tubuh seorang gadis yang telah diselimuti kain putih.

Dadaku sesak. Napasku ikut tercekat. Aku marah. Aku kecewa. Aku muak. Aku, aku, aku! Hanya aku yang dapat disalahkan!

Tangan terkepal, pelipis berpeluh. Gigi menggertak, netra ikut membuntang. Gemuruh di dalam jiwa semakin membara, namun kutahan sekuat tenaga rebasan transparan yang hendak mengamuk.

Kepala tengadah, menatap gemintang di lautan kelam. Tanpa sadar aku ikut tenggelam. Karena kisah kita telah karam.

Palembang, 2019.

Rasa KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang