ONE - AWAL YANG BARU

4.8K 178 48
                                    

"Hingga kapan aku mampu membalut lukaku sendiri dan menguburnya dengan rapi saat aku masih dilanda rapuh yang terus menerus?"


Zara. Gadis ceria yang selalu tersenyum di balik luka yang masih ia balut dengan rapi.

Sebenarnya kata 'rapuh' sudah menjadi sahabatnya sejak lama. Namun, ia selalu berpikir bagaimana cara membahagiakan orang di sekitarnya di atas perasaannya sendiri.

Jam dan waktu yang berlipat sudah dia arungi dengan keterpurukannya, 'saat ia sendiri'.

Melainkan, bukan orangtua namanya jika tak mengenal tabiat dari seorang anak sendiri. Tak ada yang jauh lebih mengenal Zara, selain ia dan keluarganya.

*****

Hari ini adalah hari pertama sekolah setelah libur panjang yang sudah dilewati dengan sangat baik oleh para siswa. Hadirnya hari senin merupakan malapetaka tersendiri bagi mereka, utamanya untuk siswa baru yang harus menjalankan MOS.

Tak lain halnya dengan Zara, gadis manis yang barusaja bergulat dengan trauma masa lalunya. Ia dan keluarganya belajar untuk membuka lembaran baru di ibukota yang terkenal dengan macet dan polusinya. Yap, di mana lagi kalau bukan Jakarta.

Sebenarnya, mereka harus beradaptasi dengan lingkungan barunya yang cukup berbeda dengan sebelumnya. Hal yang paling susah ditolerir dari kota barunya adalah macet.

Hiruk pikuk dan asap dari kendaraan yang tak terhitung jumlahnya cukup membuat pagi gadis ini semakin suntuk dan dirundung kecemasan yang bertubi.

Ibaratnya, di saat remaja lain hanya berpikir tentang A, gadis unik ini bisa berpikir A hingga Z dan segala angka-angka lain yang bertebaran di otaknya. Mungkin, overthinking istilah tepatnya.

Apalagi, ini adalah pertamakalinya ia menjadi warga metropolitan. Ia pun agak ragu jika dirinya mungkin akan dijadikan sebagai 'bahan bully-an' di sekolah barunya.

"Ah apaansih alay banget", ucapnya tanpa sadar.

"Kenapa, honey?"

"Eh eh engga kok Mam. Mamam alay banget ih manggil-manggil honey segala."

"Lah bisa aja ngelesnya. Udalah Ra, pasti kamu lagi mikirin banyak hal kan? Mamam mau kamu lupain hal yang buruk di masa lalu ya sayang, life must go on. Kamu nggak bisa stuck di situ terus. Kita pindah ke Jakarta bukan untuk merenungi masa lalu, tapi untuk menghadapi masa depan yang tidak mudah."

Mendengar ucapan dari Mamam (sebutan khas gadis ini untuk ibunya), membuat ia tersadar bahwa dirinya tak lagi memikirkan luka lama yang masih mengorek hatinya.

Ia memang memikirkan banyak hal, melainkan bukan tentang masa lalunya yang terpuruk.

Kini, ia baru sadar ternyata pilihan untuk pindah ke Jakarta tidak terlalu buruk baginya. Ia bisa memikirkan banyak hal baru yang secara tidak langsung membantunya untuk move on.

"Ra, kok malah ngelamun? Kamu dengerin yang Mamam bilang gak? Mau sampe kapan kamu bengong? Udah nyampe tuh!", ucapnya sambil mengguncang bahu anaknya yang masih fokus dengan dunianya sendiri.

"Astaganaga kaget, Gusti! Iyaiyaa, Zara denger kok. Yaudah Mam, doain Zara ngga dibully ya. Mwah, love you 6000 Mam!"

*****

Barusaja menginjakkan kaki di sekolah, ia sudah merasa pening dan ingin kembali ke kasurnya saja.

Mungkin fangirlingan sambil berguling-guling di kasur jauh lebih mengasyikkan daripada berdiri di tengah lapangan yang memaksanya bermusuhan dengan terik matahari.

Apalagi, mendengarkan ocehan kakak kelasnya tentang peraturan yang harus dipatuhinya selama MOS tidak lebih baik daripada menikmati ocehan Jimin BTS berbahasa korea tanpa translate.

"Kalo aja Jimin yang ngomong, aku jabanin tuh walopun ngga ngerti bahasanya", lagi-lagi ia tak sadar berucap agak keras. Mungkin itulah salah satu bad habit Zara yang susah ia basmi.

"Apa katamu tadi?", kini seorang cowok yang notabenenya adalah kakak tingkat pengawas peserta mos memergokinya sedang berbicara sendiri.

"Eh?"

"Eh?", ungkapnya melontarkan balik pertanyaan dari Zara

"Iya kak 'eh'. Eh.. maksut aku maaf kak. Eh.. aku cuman ga sengaja. Eh"

"Gagap?"

"Grogi kak. Eh. Bukan. Eh.. Abisnya kakak ngagetin."

Tanpa banyak bicara, cowok itu dengan sigap mencatat di buku pelanggaran dengan menulis nama "Adhisty" dan memberi poin 5.

Zara yang sengaja mengintip tulisan kakak kelasnya, buru-buru berujar.

"Adhisty Zara, kak. Atau Zara aja. Jangan Adhisty. Aku biasanya dipangggil Zara."

"Hm siapa?"

"Zara kak. Ini di nametag kan Adhisty Zara tulisannya", ucapnya polos sambil memamerkan nametag nya.

"Siapa?", tanya cowok itu lagi.

"Zara kak Zara. Z - A - R - A. Adhisty Zara.", ucapnya sambil mengeja namanya satu per satu.

"Yang nanya", ucap cowok itu tanpa ekspresi sambil melewati gadis mungil yang tubuhnya hanya sedikit 'lebih tinggi' dari bahunya.

Hening.

Gadis mungil ini bahkan tak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Ia masih cukup terkejut atas harga dirinya yang terluka.

"EWH!! Sok ganteng!", ucap Zara setelah otaknya kembali merespon. Seperti tadi, suaranya lagi-lagi tak terkontrol. Untung saja, kali ini ia aman karena tidak ada kakak pengawas yang memergokinya lagi.

*****

Masih sibuk bercerita dengan teman sebangkunya tentang cowok yang sudah mempermalukan dirinya tadi, Zara pun berapi-api.

Meski baru pertama kenal dengan Meme, ia merasa sudah klop satu sama lain. Kepribadian Zara yang ceria dan mudah membaur dengan siapapun ternyata memiliki keuntungan tersendiri.

Alih-alih menjadi bahan bully-an, Zara justru banyak menarik perhatian siswa-siswi. Selain wajahnya yang 'enak dipandang', ia memiliki senyum manis yang menular, membuat siapa saja yang melihatnya juga ikut tersenyum. Ternyata, bukan siapa saja. Ada pengecualian dalam hal ini.

Selain parasnya yang jelita, ia juga memiliki kepribadian yang membuat mayoritas teman gadis mungil ini nyaman dengannya.

"Me, jadi dia tuh nyebelin banget tau gak. Masa ya tadi aku bilang kalau namaku Adhisty Zara, tapi dia...... "

"Ra, lo udah ngomong ini kelima kalinya"

"Belum ke sepuluh kalinya kan? Serius Me. Sebel banget aku ta..."

"Sssttt. Diem dulu ih!"

"Meme dengerin dong aku belum selesai ngo...", ucapannya terpotong karena Meme yang menyambar lebih dulu.

"Kakak pengawas kelas kita uda dateng. Busetdahh demi dewa dewi mahabarata dia ganteng bangettt Ra."

"Apaan sih pasti lebih ganteng Jim...", lagi-lagi ucapnya terpotong setelah melihat siapa yang dimaksud oleh teman sebangkunya.

"D-dia?"

"Dia yang bakal ngawasin kelas kita selama MOS???", Zara kembali bertanya pada Meme yang rupanya tidak merespon dirinya.

"Iyaa Ra, kenapa emang?"

"SERIUS??!!"

"SERIBURIUS RA!"

"DEMI DEWA NEPTUNUS SATURNUS MERKURIUS???"

"Apansihh Adhisty Zara Tralala yang bawelnya super super, iye gue tau emang ganteng, tapi ga gini juga kali."

"MA-TI!!"

*****

Nahh gimana guys pendapat kaliaan? Kira2 siapa tuh cowoknya? Segini dulu yaa, jgn lupa vote buat penyemangat aku❤ tungguin chapter selanjutnya yaaa hihi

WILL YOU? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang